•Gadis Edelweis bersama Hujan•

11K 836 50
                                    


Happy Reading!

ARA’S

• • •

“Jadi, gini, bang. Gue...” Mario tak mampu melanjutkan kata-katanya saat sorotan mata penuh selidik yang ditembak langsung kematanya oleh Nathan.

“Lanjut.” Suruh Nathan tajam, membuat personil yang sedang duduk disofa meneguk ludah kasar, duduk secara berkelompok yang terbagi menjadi tiga.

“Gue, dan tujuh orang yang lain, diperintah oleh Ryan untuk mencari keberadaan Ara, udah lama, sih, bang. Bahkan sebelum Ryan diangkat jadi ketua. Dan ketika sudah ketemu, kami disuruh terus memata-matai apapun kegiatannya dan selalu mantau Ara aman atau nggak.” Jelas Mario sejelas-jelasnya dengan sisa keberanian yang dia punya. Dia dan teman-teman utusan Ryan akhirnya dapat bernapas lega saat melihat Nathan yang mengangguk mengerti.

Nathan beralih pada Exel, “Kalau kalian?” Tanyanya.

“Kami berdelapan, perintah Azam. Baru aja kemarin ini sebelum dia bilang mau lomba basket selama satu minggu.” Ucap Exel santai. Karena, apa yang perlu dia takutkan? Toh, dia hanya diperintah, bukan?

“Terus, kalian mau aja?” Tanya Nathan sarkas. Karena, jelas saja Ryan adalah ketua sementara Azam sudah mundur menjadi ketua. Bahkan, dari grup  Stagnasi.

“Ya, namanya uang nggak bisa nolak, lah, bang.” Ucap Exel, dilanjut dengan cengiran anehnya.

Nathan menghembuskan nafas lelah, melipat tangannya didepan dada seraya bersandar disofa lebih rileks. Bagaimana bisa, mereka satu grup namun saling menyembunyikan seperti ini? Ya, dia sadar tindakannya juga begitu pada anak-anak utusannya. Point plus saja, berarti mereka adalah manusia yang handal dalam mengemban amanah. “Gue, bangga.”

Mereka semua tersenyum lega, dan saling bertos ria kemudian memeluk mantan ketua pertama yang membentuk awal Stagnasi sejak mereka masih menginjak kelas satu Sekolah Menengah Pertama.

“Adek gue mana?” Tanya Nathan mulai panik, meneliti setiap ruangan dengan mata tajamnya.

“Oh, jadi adek lo, bang?” Tanya Exel mewakili yang lain.

“Ya iyalah, terus siapa lagi?” Tanya Nathan tak santai, segera berdiri untuk mencari keberadaan Ara.

“Ya, gue kira ketiga ketua kita ini bakalan bersaing untuk dapetin satu cewek.” Ucap Mario tercengir, menunjukkan jari tengah dan telunjuknya serantak saat mendapat tatapan tajam dari Nathan.

“Ya, bisa dibilang gitu. Mereka berdua bersaing dan gue nahan si Ara untuk dipilih kesiapa yang bisa dipercaya.”

Mereka semua serentak tersenyum penuh bangga pada ketua tertua dan yang paling disegani itu.

• • •

“Kak Rai nggak bisa tangkap Ara, wle!” Teriak Ara yang berdiri didepan Ryan namun dibatasi oleh tumbuhan bunga berkelopak putih bersih dengan serbuk sari yang berwarna kuning terang.

“Awas lo, ya!” Teriak Ryan yang dibalas tawa oleh Ara yang kembali berlari.

“Awas kenapa?!” Tanya Ara mengejek, dan berlari keujung kemudian berlari keujung yang lain didepan Ryan yang terkekeh.

ARA' S[completed!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang