Baca pelan-pelan biar ngeh.BACA AUTHOR NOTES DIBAWAH!
Happy Reading!
___________________
Namanya Tommy Adileon, putra tunggal dari keluarga besar nan terhormat Aditamaleonel. Paras wajah yang tampan dan mapan diumur yang masih terbilang sangat muda, membuatnya banyak sekali dikejar oleh para wanita.
Namun, tentu saja Mr. Aditamaleonel tak membiarkan putra pertama dan terakhirnya yang emas itu, jatuh pada wanita yang tak selevel dengan mereka. Mereka adalah termasuk kategori keluarga yang arogant dalam kekayaan.
Aditama menjodohkan puteranya dengan anak temannya dari perusahaan lain yang cukup berkembang dan menyeimbangkan kekayaannya. Ia sangat setuju sekali, terlebih Giasy Aditama sangat menyukai gadis cantik dan pandai merawat diri itu. Namun, Tommy menolak keras. Ia sudah dewasa dan pandai mencari jodoh sendiri, namun Mr. dan Mrs. Aditama tak senang. Mereka mengancam akan mengambil semua fasilitas yang notabene-nya hasil uang jerih payah Tommy sendiri, tak hanya itu, perusahaan yang sudah susah payah didirikan Tommy juga terancam bangkrut dan ia angkat kaki dari rumah itu. Sangat arogant dan egois, bukan?
Akhirnya, dengan segala taktik susunan yang sudah dipersiapkan Tommy dari awal, ia menikah juga dengan gadis itu. Jessy Vitaloka Eziro. Anak sulung dari tiga bersaudara keturunan Eziro. Tommy tahu, sejak awal pertemuan Jessy sudah jatuh hati padanya, namun tentu saja membuat Tommy semakin tak suka. Murah sekali, bukan? Hanya dengan bertatapan langsung falling in love? Sungguh, bukan tipe perempuan idaman Tommy.
Mereka hidup berdua di Amerika karena perusahaan Tommy yang disana sedang mengalami masalah hingga menyusahkan mereka untuk pulang keindonesia.
Tommy sabar, ia mencoba menerapkan pepatah cinta tumbuh karena terbiasa.
Namun, tunggu dulu!
Bukankah, sudah dibilang bahwa Tommy memiliki rencana tersendiri?
Sudah cukup penantiannya selama dua tahun ini, hatinya tak kunjung menumbuhkan benih cinta untuk Jessy, bahkan setelah seorang buah hati sudah hadir diantara mereka.
Ia membayar kolega ternama dan cukup cerdas untuk menelak ucapan dan tindakan Aditama nantinya hingga si tua arogant itu kehabisan jalan rencana, jika bisa ia yang membalas jebakan. Kesempatan itu tak Tommy sia-siakan, ia kembali ke-indonesia dengan perjalanan tak terbaca oleh mata-mata ayahnya. Meninggalkan Jessy dan darah dagingnya sendiri dikota asing itu.
"Ayah akan jemput kamu, saat ayah berhasil mengalahkan tua bangka itu. Ayah akan selalu mencintaimu, tapi tidak bisa untuk ibumu." Begitulah bisikan terakhir Tommy untuk putera kesayangannya. Putera pertama tampan yang sedang tertidur lelap dengan piyama ditubuhnya. Nathan Jessyleon, berumur satu tahun.
Tommy memilih tinggal didesa terpencil, desa asri namun penduduknya yang terbilang kehidupan ekonomi sangat terbatas, atau bahkan mungkin kurang. Ia bahagia bebas sendirian, berjalan-jalan ia disana tanpa menggunakan kendaraan seperti dikota-kota, menyusuri jalan kecil dengan sawah luas terbentang disisi kiri dan kanannya.
Tentu saja, ia langsung menjadi bulan-bulanan gadis desa. Secara, saat ia masuk kesana dua mobil mewah langsung memenuhi pekarangan rumahnya, baju atau apapun yang melekat ditubuh atletisnya juga menjadi pendukung bahwa orang kaya kota sudah pindah didesa kecil mereka. Disepanjang jalan, Tommy selalu saja diperhatikan bahkan diajak mengobrol oleh gadis bertudung kepala rotan, namun ia hanya tersenyum atau membalas percakapan sekilas.
Tiba diperkebunan teh yang menyejukkan, matanya tertangkap satu objek yang cukup menarik perhatiannya. Gadis cantik dengan wajah berseri dan rambut tergerai bersurai cokelat yang berterbangan mengikuti arah angin yang sejuk. Satu kata dibenak Tommy, cantik. Namun, perhatian Tommy yang lain teralihkan. Gadis itu tengah menggendong seorang bayi lelaki ditangannya dan sibuk menggesekkan hidung mereka dengan tawa bahagia dari gadis cantik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA' S[completed!]
Romance"Kamu itu, udah seperti pompa bagi kerja jantung aku. Kalau kamu menjauh, otomatis jantung aku melemah. Artinya apa?" Gadis polos itu menggeleng lugu. "Kamu bunuh aku secara perlahan. Kamu tega?" Secepat kilat gadis itu menggeleng keras, "Ara nggak...