Happy Reading!
ARA’S
WARNING!
CERITA INI MEMBUAT ANDA EMOSI BERKEPANJANGAN! BERHATI-HATI LAH.
• • •
“Ra, lo dideket kak Azam atau kak Ryan bisa, ya, tenang-tenang gitu?”
Ara yang sedang mencatat pelajaran beberapa menit yang lalu, menoleh menatap Nita yang duduk disebelahnya, “Terus Ara harus gimana? Teriak? Nangis?”
Nita meringis, “Nggak gitu juga!” Kesalnya, “Ya, kayak keringet dingin ditatap dua cogan secara langsung. Gue liat mereka dari jauh aja, beuh... Dag-dig-dug serr.”
Ara menatap Nita sekilas, lalu kembali pada bukunya, “Nita lebay.”
Nita berteriak heboh, merasa tak terima, “Lo tuh, ya! nggak ngerti lagi gue sama hati lo. Secara kan, ya, kak Azam itu tampan nggak nyantuy, kak Ryan apalagi! Udah tampan, kadang kelakuannya itu, loh. Gemes pen dikarung!” Nita terus mengoceh, mumpung tak ada Dhiya dan Anna yang selalu menghentikan omongannya didepan Ara, kini ia bebas mengutarakan isi hatinya didepan gadis terlampau lugu itu, “Apalagi Breel, si cuek bermata elang, eaa. Nggak salah deh kita-kita iri sama lo, orang yang kita bertiga suka ternyata semuanya suka sama lo. Anjir, sih.” Dia terus mengoceh, tak memedulikan Ara yang menjauhkan kepala seraya menutup kuping. “Lo pakai pelet apa, sih, Ra? Gue mau ikutan, dong! Ih, bocoran dikit nggak—”
“Dia bukan pake pelet, tapi inner beauty.” Seseorang langsung menyela, sontak Ara dan Nita menolehkan kepala, “Cantik luar dan dalam. Karena itu kita suka.” Lanjut Ryan, duduk dikursi kosong tepat didepan Ara. Kursi andalannya ketika mengunjungi gadis itu.
Nita meneguk ludah kasar, sudah dipastikan kini jantungnya serasa ingin melompat karena melihat wajah sang cassanova sekolah dari radius dekat. Terlebih, seringai kecil dibibir yang membuat lelaki itu semakin terlihat jantan. ‘Gue lemah cogan!’
“Kak Rai kenapa disini?! Ini bukan istirahat, kak Rai. Bentar lagi pak Han masuk.” Ujar Ara panik. Pasalnya, pak Han alias pak Handoko itu orang yang sangat killer dan tak kenal toleransi, pelajaran Fisika. Terbayang, kan? Pelajaran yang nge-kill dengan guru killer!
“Tenang aja, Ra. Sobat kak Rai itu, mah.” Balas Ryan bangga, menikmati wajah yang kini kegelisahan itu. Ia terkekeh, saat melihat Ara yang melotot kearah pintu kemudian menatapnya memohon. Namun sepertinya terlambat.
“Heh, sopan sekali kamu! Sini!” Bentak pak Han didepan karena melihat murid lelaki yang masih memunggunginya saat ia sudah didepan, pelototan matanya seperti siap mematikan lawan.
Sebelum berdiri, Ryan mengedipkan sebelah mata kearah Ara yang membuat siswi kelas harus menjerit tertahan. Setelah melihat wajah kaget pak Handoko, Ryan semakin tersenyum manis.
“Ngapain kamu disini?” Loh, loh, intonasi pak Handoko bahkan berubah berbanding 180 derajat!
“Ngapel gebetan saya, pak. Ralat, sepertinya calon pacar.” Ujar Ryan lantang dengan senyum tebar pesona andalannya. Dasar Ryan!
“Masuk kelas sana.”
“Loh, nggak jadi dihukum ini, pak?”
Ara melongo, sejak kapan ada orang minta dihukum?
“Tuh, kan, Ra. Gemes banget sih, astaga takut khilaf gue.” Ye, si Nita. Giliran orangnya jauh baru keluar tuh suara. Tadi saat dekat seperti tikus lihat kucing!
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA' S[completed!]
Romance"Kamu itu, udah seperti pompa bagi kerja jantung aku. Kalau kamu menjauh, otomatis jantung aku melemah. Artinya apa?" Gadis polos itu menggeleng lugu. "Kamu bunuh aku secara perlahan. Kamu tega?" Secepat kilat gadis itu menggeleng keras, "Ara nggak...