Happy Reading!
ARA'S
Azam keluar kamar dengan wajah lebih fresh daripada sebelumnya. Dia membuka pintu bercat pink itu, berharap sang penghuni didalamnya masih betah ditempat.
Azam melihat kearah kasur, Ara tak ada lagi disana. Langsung saja ia berjalan kearah kamar mandi, mengetoknya keras, "Ara!"
"Ajim, Ara disini."
Azam berbalik, berjalan kearah jendela, dan menemukan gadis itu sedang berbaring dilantai hanya memakai tank top dan celana pendek.
"Ngapain disitu?" Tanya Azam.
"Ara kepanasan, Ajim. Abisnya nungguin Ajim kelamaan!" Ujarnya kesal.
"Bangun!" Suruh Azam, mengulurkan tangannya.
"Nggak mau."
Jangan katakan Ara jika gadis itu tidak membangkang terlebih dahulu terhadap Azam, selalu saja mengadakan debat mini diantara mereka. Gadis itu membalikkan badannya menjadi tengkurap, dengan tanpa bersalahnya mengeluarkan gas beracun itu panjang.
Azam mengerjap sabar, ia memilih pergi saja dari sana. Setiap hari, ada saja tingkah laku aneh Ara yang membuat ia begitu menahan emosi.
"Yah, pergi." Ara sedikit duduk, "Ajim, maafin Ara!" Teriak gadis itu lantang.
"Nggak peduli, jangan masuk kamar aku lagi." Ujar Azam berlalu sembari menutup pintu kamar Ara.
Ara melotot, sejurus berikutnya gadis itu membuka bajunya bersiap untuk mandi kilat.
Bukannya kejadian seperti ini baru sekali terjadi, tetapi memang sudah menjadi kegiatan rutin sehari hari. Dan Ara tau, laki laki itu tambah tidak mau mendekati dirinya jika dia belum mandi.
Selesai. Bahkan baju kaos masih miring sana-sana, tapi Ara tidak peduli dan mengetok pintu kamar Azam tergesa, "Ajim, bukain pintunya!" Ujar Ara keras. Lelaki itu kalau marah tidak tanggung-tanggung menguncinya sendirian. Waktu itu pernah dia dikunci didalam kamar mandi, lalu kamarnya sendiri, dan kamar Azam akibat nakal.
Tak ada suara apapun dari dalam kamar. Ara menempelkan daun telinganya dipintu dengan mata berair. "Ajim..." Panggil Ara tak mau menyerah. Atau jangan-jangan Azam meninggalkannya pergi tanpa pamit?!
"AJIM!" Sekarang nadanya berubah menyentak. Seolah Azam mendengarnya dan akan segera memunculkan diri didepannya.
Ara mencoba-coba membuka knop pintu. Seketika itu senyumannya mengembang, pintu kamar Azam tidak dikunci ternyata. Tentu saja ia langsung masuk kedalam berjalan pelan-pelan hanya menggunakan ujung telapak kakinya. Persis seperti orang maling yang mengendap-endap. Berusaha tidak menimbulkan suara, binar matanya seolah seperti kucing yang melihat ikan untuk disantap. Senang bukan kepalang.
Ikut berbaring disebelah Azam yang tertidur membelakangi dirinya, gerakan pelan mengiringinya menjelang sampai pada tujuan akhir. Yaitu, memeluk Azam dari belakang dengan satu kali gerakan sebelum laki-laki itu menjauh dan enggan dia dekati. Ikut memejamkan mata, akibat lelah pulang sekolah.
Tak lama setelah itu, Azam membuka matanya. Ia tak benar benar tidur ataupun mengunci pintu kamarnya. Hanya ancaman saja agar Ara mau mandi tetapi tidak menghabiskan waktu yang lama. Bagaimana bisa ia meninggalkan bocah itu sendiri dengan rumah yang selalu sepi seperti ini?
Ia berbalik menghadap Ara, mengangkat kepala gadis itu agar bersandar didadanya, kemudian membalas pelukan Ara tanpa erat namun nyaman.
Secara naluri, Ara tentu mencari posisi yang lebih nyaman lagi, mengeratkan pelukannya yang sempat terlonggar. Bahkan dalam keadaan tidur, gestur tubuh gadis itu bergerak seakan dia akan kabur jika ada secercah angin yang lolos diantara mereka. Tangan Azam mengunyel-unyel pipi bulat Ara dengan jahil, matanya memandang muka lucu itu dengan seksama. Saat tidur saja gadis itu sedap dipandangannya, lain saat sudah membuka mata, aksi-aksi menyebalkan justru mendorong rasa keki saat melihat wajah Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA' S[completed!]
Romance"Kamu itu, udah seperti pompa bagi kerja jantung aku. Kalau kamu menjauh, otomatis jantung aku melemah. Artinya apa?" Gadis polos itu menggeleng lugu. "Kamu bunuh aku secara perlahan. Kamu tega?" Secepat kilat gadis itu menggeleng keras, "Ara nggak...