Happy Reading!ARA’S
• • •
Ara memasukkan buku-bukunya kedalam tas dan mengambil susu kotak yang dimasukkan Nathan sebelum berangkat sekolah tadi.Ia minum dengan sangat nikmat karena memang susu kesukaannya seraya memainkan handphone, tak peduli pada kelas yang sudah sepi, hanya ada beberapa murid yang sedang mengerjakan tugas sisanya.
Ara menoleh kesamping, seketika pekikan kagetnya langsung memenuhi ruang sunyi itu. “Kak Rai ngagetin!” Kesalnya seraya memukul lengan Ryan yang tertawa.
Ryan mendudukkan dirinya dibangku depan Ara, menjulurkan tangannya didepan seraya menyodorkan susu kotak yang sama persis dengan yang digenggam Ara.
“Ara udah ad—”
“Simpen didalam tas buat nanti.” Potong Ryan kesal karena saat terakahir kali Ara menolak hanya karena gadis itu sudah memilikinya.
Ara tercengir lucu, mengambil susu kotak itu masih dengan cengiran tak enaknya.
Ryan berdecak malas seraya memutar bola matanya, ‘Tahan tangan, tahan...’ Rapalnya dalam hati.
“Ih, biasa aja dong, kak Rai! Dikit-dikit kesal!” Ujar Ara ngegas, menatap mendelik kearah Ryan yang menatapnya terkejut.
Ryan memicing, ‘Tangan gue mulai gatel.’
“Yee, ngegas!” Ucapnya ikut mendelik.
Ara melotot dengan mata bulat polosnya, seolah seorang ibu kost yang harus ditakuti semua orang dengan Ryan yang balas melotot, kemudian ia mengerjap beberapa kali karena matanya mulai pedih lalu menguceknya, “Aduh, mata Ara perih jadinya, kan.” Ujarnya pelan masih.
Ryan meringis, tak tahan ia langsung mencubit sebelah pipi Ara dengan sangat gemas.
Ara mengaduh kesakitan lalu mengusap pipinya yang pegal karena ditarik Ryan begitu kuat. Ia heran, mengapa pipinya selalu saja ditarik oleh orang-orang?
“Bucheennn terosss!”
Sontak keduanya menoleh kearah sumber suara, menemukan dua manusia yang seenaknya masuk kedalam.
Ryan memutar bola matanya jengah, “Ngapain kalian disini?” Tanyanya kesal.
“Dih, dih, sok marah digangguin. Biasanya juga nggak apa-apa.” Ujar Gilang mengejek, duduk disebelah Ryan dengan temannya Angga duduk diatas meja yang berada belakangnya. “Ya, nggak, Ra?” Godanya menatap Ara dengan alis dinaik turunkan.
Ara yang sedang membuka buku paketnya untuk mencari kesibukan lain mengangguk saja, “Iya.” Balasnya santai.
Ryan menahan senyum sementara Gilang dan Angga tertawa karena tingkah lucu gadis itu.
“Heh, lo dari mana kenal Ara?” Tanya Ryan mendelik baru sadar.
Gilang menatap Ryan dengan wajah songongnya, “Gue yang nemu dia duluan, anj—”
“Bahasa lo!” Tegur Ryan langsung, menatap Gilang malas yang kini tengah cengengesan.
Gilang menatap Ara dengan bangga, “Ra, gue siapa lo, Ra?” Tanyanya seraya mengedip-edipkan sebelah mata kearah Ara agar mau diajak kompromi.
“Ketua barak Ara.” Jawab Ara jujur yang membuat Gilang berdecak keras dan tawa bahagia dari Angga kemudian Ryan mencebik ejek kearah Gilang.
Ara mengerjap bingung, berikutnya kembali membuka buku pelajarannya karena terlalu malas nimbrung dengan tiga lelaki itu. Baru saja menoleh kearah pintu, matanya sudah menangkap keberadaan Azam yang tengah berjalan melewati kelasnya tanpa menoleh sedikitpun. Hatinya mencelos, ia mengikuti arah pandangnya hingga tatapan mereka bertemu lewat jendela dan Ara langsung cepat-cepat meluruskan pandangannya kearah Ryan yang kini juga tengah menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA' S[completed!]
Romance"Kamu itu, udah seperti pompa bagi kerja jantung aku. Kalau kamu menjauh, otomatis jantung aku melemah. Artinya apa?" Gadis polos itu menggeleng lugu. "Kamu bunuh aku secara perlahan. Kamu tega?" Secepat kilat gadis itu menggeleng keras, "Ara nggak...