Warning!Masih kawasan buciiinnnn!!!
Baca catatan author dibawah, jangan scroll dan kasih pendapat. Terima kasih ❤❤❤
Happy Reading!
________________________________________
“Liat kesini, harus langsung ngerti pokoknya.”
“Ih, kalau Ara nggak langsung ngerti, gimana?!”
“Yaudah, nggak usah pake dasi.”
Ara mengerang, memukul bahu Azam kuat-kuat lalu kembali menatap tangan Azam yang tak mau memelankan gerakan sedikitpun dengan seksama.
Pagi yang cerah dan damai tidak membuat mereka yang terbiasa terlibat perdebatan dan pertengkaran akan berdamai juga. Wajib itu!
“Ngerti, kan?” Azam menyelesaikan tahap terakhirnya, lalu mengambil sisir dan menyisir jambulnya dengan pandangan fokus ke cermin didepan mereka.
Sementara Ara yang lebih pendek, mendongak untuk menatap nyalang ekspresi santai Azam, “Ih, sekali lagi, Ajim! Janji, nanti Ara langsung ngerti.” Ujarnya memohon namun terdengar menahan kesal.
“Enggak, kesempatan cuma datang satu kali.” Astaga, ini Azam kalau tidak nyagil bakal cepat kelar, kok!
Ara mengerucut sebal, namun langsung terkikik tanpa suara saat satu ide melintas diotaknya. “Ajim, coba liat kesini.” Ara memggerakkan tangannya mengode Azam agar menurunkan kepala.
Azam mengerutkan kening, belum langsung menyetujui permintaan Ara.
“Iiih, sini. Dimata Ajim itu ada apa?” Ara segera menarik kepala Azam agar turun saat cowok itu langsung memandang kecermin.
“Apa emang?” Azam membalas tatapan Ara yang kini sedang menyentuh area matanya.
Kesempatan itu langsung Ara gunakan, membuka dengan gerakan cepat dasi Azam hingga simpulannya terlepas kembali. “Yeay! Ajim ulang lagi.” Ara menjulurkan lidah didepan Azam dengan tawa puasnya.
Sementara Azam yang baru sadar langsung memicing, “Kurang asem!” Dia menurunkan kepala untuk menggigit pipi Ara, namun dengan lihai gadis itu menghindar dan melarikan diri keluar kamar. Dia terkekeh, “Heh, dikira aku nggak bisa nangkep kamu?”
Ara langsung teriak dan menambah laju larinya saat mendengar ucapan Azam itu masih dengan tawa. Menemukan slot sempit, langsung saja masuk kesana agar Azam tak dapat menemukannya. Dia terkikik, saat kaki Azam melintas didepannya dengan langkah lebar.
Azam membuka pintu apartmen, sengaja dengan kencangnya agar Ara mendengar dan keluar dari persembunyian. Berdiri diluar dengan menyenderkan bahu didinding menghadap pintu.
Ara mengerjap saat mendengar suara itu, segera berdiri dan berjalan kearah pintu. Dia melotot, saat melihat pintu apartmen yang sudah terbuka. Azam meninggalkannya!
“Mau sekolah, ya, Zam?”
Azam berdecak dalam hati, cewek itu membocorkan tempat persembunyiannya! Tak ayal, Azam tetap tersenyum simpul dengan anggukan satu kali, lalu kembali menghadap depan dengan kedua tangan terlipat didepan dada.
“Mau bareng turun? Nunggu siapa?”
Dih, si uler kepo ae!
Meski malas, Azam tetap menolehkan kepala kesamping untuk membalas pertanyaan Gladys, “Gue bareng—”
“Ajim? Iiih, Ara cari-cariin juga.” Ara langsung keluar, menatap perempuan itu sekilas lalu melingkarkan tangannya dileher Azam dengan senyum manis. Lah, si Ara kesambet apaan? “Ayo masuk, Ajim. Kita belum sarapan.” Ujarnya seraya berjalan mundur hingga Azam ikut memajukan langkah agar masuk kedalam apartmen, “Ara masuk dulu, ya, kakak.” Pamitnya dengan kalem dan santun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA' S[completed!]
Romansa"Kamu itu, udah seperti pompa bagi kerja jantung aku. Kalau kamu menjauh, otomatis jantung aku melemah. Artinya apa?" Gadis polos itu menggeleng lugu. "Kamu bunuh aku secara perlahan. Kamu tega?" Secepat kilat gadis itu menggeleng keras, "Ara nggak...