•Suasana Buruk•

11.4K 789 100
                                    


Happy Reading!

ARA'S

• • •

Ara melangkah dikoridor dengan riang dan senyum begitu manis saat senior laki-laki melewatinya sembari menyapa.

"Heh, bahagia amat, ada apa sih?"

Ara menoleh dan sedikit mendongakkan kepala karena lelaki dengan tinggi menjulang kini berjalan bersisian dengannya. Ia tersenyum dan kembali menatap kedepan.

"Nggak ada apa-apa, kok, kak Rai." Ujarnya seraya tercengir lucu.

"Mau, nggak?" Ryan menyodorkan susu kotak berwarna pink kedepan Ara. Gadis itu tampak memikirkan sesuatu, kemudian membuka tas LOL nya seraya tersenyum lega. Membuatnya mengernyitkan dahi.

"Ara udah ada, kok, kak Rai. Itu disimpen buat kak Rai aja, mana tau nanti kak Rai laper, kan." Ujar Ara dengan lugunya dan menatap bingung saat Ryan tertawa seraya mengacak gemas pucuk kepalanya.

"Kak Rai nggak minum ini, nggak suka." Ucap Ryan seraya menatap Ara gemas dari samping.

"Kenapa? Susu, kan, enak!" Beritahu Ara, tersirat nada tak terima yang membuat Ryan semakin tertawa kemudian mencubit sebelah pipinya.

"Iya, tapi minuman kak Rai udah bukan itu lagi." Balas Ryan.

Ara mengangguk saja karena posisi mereka sudah berada didepan kelasnya. "Ara masuk dulu, ya, kak Rai!" Dia melambaikan tangan, dan dibalas pula dengan Ryan seraya mengedipkan sebelah mata yang membuat Ara tertawa kecil dan melihat Ryan yang kini melempar dengan ringan helm nya keatas dan menangkapnya lagi.

Ara berbalik, memandangi ketiga sahabatnya yang kini tengah sibuk memberesi sesuatu dengan gerakan tergesa dimejanya. "Hai, cabat-cabat Ara!" Sapanya girang, namun terpelonjak kaget saat ketiga temannya malah berteriak dan menatapnya kikuk. "Kok kaget, sih? Ara, kan nggak ngagetin kalian." Tanya Ara dengan bibir maju dan pancaran mata jernihnya yang tampak bingung.

"B-bukan apa-apa, kok, Ra." Balas Dhiya gugup dengan mereka yang langsung duduk dikursi masing-masing.

Ara berjalan, menaruh tasnya dimeja dan duduk dengan anteng. Kepalanya tertunduk untuk melihat keadaan kolong mejanya dan menatap Dhiya yang kini tengah memainkan handphone, "Yaya, cokelat sama bunganya udah dibagi-bagiin untuk mereka, ya?" Tanya Ara memastikan yang langsung diangguki Dhiya. "Tadi kalian ngapain dimeja Ara?" Tanyanya menatap Dhiya yang kini mulai memucat.

"Nggak ada apa-apa kok, Ra. Tadi itu banyak sampah aja." Ujarnya seraya tersenyum, senyum yang tampak dipaksakan.

Ara mengangguk mengerti, lalu tersenyum sangat manis kearah Dhiya yang kini menatapnya lama. "Terima kasih, loh, teman-teman Ara." Ucapnya seraya menoleh juga kebelakang kearah Nita dan Anna yang kini tersenyum. Ara tak sadar saja senyum yang mereka keluarkan adalah senyum tegang.

"Siapa, sih, orang yang tega ngelakuin hal sampah gini kegadis baik seperti Ara?" Bathin Dhiya.

• • •

"Aduh, gue kebelet, nih!" Dhiya gerusuh ditempat duduknya, dia dengan brutal berbalik kebelakang menatap Nita dan Anna yang sibuk menyalin tugas dari buku paket kecatatan mereka. Sama seperti yang Ara lakukan. "Wei, temeni gue, dong, salah satu!" Ajaknya. Ia melompat-lompatkan bokongnya dikursi, hingga menyenggol tangan Ara yang sedang menggambar tengkorak manusia dengan isinya sedikit tercoret.

ARA' S[completed!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang