Happy Reading!
Ara's
• • •
“Jangan nangis lagi, ah. Jelek.”
Bukannya memberhentikan tangisnya, Ara malah semakin meraung seraya tangannya yang menempel dilayar laptop seperti tengah menyentuh wajah lelaki berlesung pipi diseberang sana.
“Denger, nggak? Ngertikan apa yang sering Ajim sampaikan?”
Ara mengangguk pelan setelah mendengar suara lembut yang selalu menenangkan hatinya itu, “Tapikan cuma sama ayah dan bunda.” Ujarnya dengan isakan.
“Tetap nggak boleh. Cukup dengan Ajim aja.”
Ara memanyunkan bibirnya jauh, tak ayal tangannya yang mulai menghapus jejak air mata yang masih menggenangi wajahnya dan melihat lelaki itu tersenyum teduh.
“Maaf, ya.”
Ara hanya mengangguk pelan, hatinya masih sendu karena merindukan lelaki yang begitu berpengaruh dihidupnya itu.
“Lagi dikamar ayah sama bunda?”
Ara kembali mengangguk. Ia sungguh tak mau membuka suaranya yang masih bergetar menahan tangis.
“Lagi ngapain mereka?”
Ara menolehkan kepalanya kearah sofa kecil dimana orang tuanya duduk lalu kembali menghadap kelayar yang menampilkan wajah tampan itu. “Lagi liatin Ara.” Ujarnya jujur, membuat lelaki itu terkekeh lalu geleng-geleng sendiri.
Ara diam, Azam pun ikut diam. Mereka hanya saling menatap dengan pancaran yang menyirat akan kerinduan yang kian lama kian menderu, membuat tidur tak lagi nyenyak dan hangat sebagaimana biasanya.
Ara menguap disertai matanya yang mulai berair, ia menggesek-gesekkan jarinya dimata karena merasakan gatal.
“Jangan digituin!”
Ara langsung berhenti dengan tangannya yang masih tertempel disana, “Ini gatal.” Rengeknya, biasanya Azam-lah yang selalu menghembuskannya hingga rasa gatal itu menghilang.
“Pokoknya jangan dikucek! Ntar mata kamu rusak.”
Ara mengercutkan bibirnya kesal. Ia kembali menguap lebar seraya membaringkan tubuhnya dengan laptop yang sudah tertaruh disebelah kepalanya dan mulai merengek layaknya anak kecil.
“Ngantuk, hem?”
Ara mengangguk pelan dengan air matanya yang kembali ingin keluar, dengan wajahnya yang tak bisa dikondisikan lagi bagaimana keadaannya.
Tak menyadari bahwa disini, dihotel biasa namun juga terkenal dengan masing-masing kamarnya bersisi tiga orang Azam yang dibuat terkekeh geli.
“Mau apa?” Tanyanya lembut. Penuh pengertian. Seperti biasa.
“Mau Ajim.”
Azam terkekeh, tak ayal membuat hatinya juga ingin sekali langsung mendarat disamping gadis itu. “Nyanyi?” Usulnya karena ia lupa membawa salah satu novel milik Ara. Gadis itu tampak berpikir dengan wajah yang masih menyirat akan kesedihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARA' S[completed!]
Romance"Kamu itu, udah seperti pompa bagi kerja jantung aku. Kalau kamu menjauh, otomatis jantung aku melemah. Artinya apa?" Gadis polos itu menggeleng lugu. "Kamu bunuh aku secara perlahan. Kamu tega?" Secepat kilat gadis itu menggeleng keras, "Ara nggak...