Dua mata hitam Bai Luoyin seperti bilah es yang menggores hati Gu Hai.
"Kau sengaja memanggilku ke sini, dan mengatakan begitu banyak omong kosong, tapi intinya hanya ingin saya mendengar kalimat terakhirmu kan?".
Gu Hai tersenyum, "Ternyata kau masih mengenaliku".
"Karena kau itu bawang".
Gu Hai mengerutkan alisnya, "Maksudmu?".
"Kau membungkus dirimu begitu ketat, hingga membuat orang merasa susah untuk mengupas rahasia hatimu, tetapi ketika orang itu terus mengupasnya lembar demi lembar, yang ada hanya mengundang air mata, disitulah orang akan mulai sadar kalau bawang merah itu memang tidak punya perasaan".
Gu Hai tidak marah, diapun tersenyum. "Tidak ada hati yang lebih baik daripada hati yang busuk".
Bai Luoyin mengambil napas dalam-dalam. "Presiden Gu, biarkan saya mengundangmu makan".
"Tidak perlu".
Bai Luoyin sangat sopan. "Saya sangat menyesal, saya sangat bangga kepadamu karena mau bekerjasama dengan kami, saya telah menyangkal kebaikanmu. Anggaplah makanan ini sebagai permintaan maaf, saya harap Presiden Gu tidak terlalu memasukkannya ke dalam hati".
Kalimat ini seperti meragukan niat Gu Hai untuk kerjasama.
Ekspresi Gu Hai tidak berubah, dia tersenyum lebar, kemudian meletakkan tangannya di pundak Bai Luoyin.
"Sehari menjadi pasangan suami-istri, seratus hari mendapat rahmat. Saya tidak akan memasukkannya dalam hati".
Seolah-olah Bai Luoyin merasa tangan Gu Hai yang berada di bahunya terasa memiliki berat.
--------
Keduanya tiba di sebuah restoran, pelayan segera menyajikan daftar menu, kemudian Bai Luoyin menyerahkannya kepada Gu Hai.
"Tidak usah sungkan, pesan saja apa yang kamu mau".
Gu Hai langsung berkata, "Kalau begitu, mari kita pesan beberapa masakan rumahan!".
"Jangan!". Bai Luoyin cukup bermurah hati. "Tidak perlu datang ke sini kalau sekedar pesan makanan rumahan, keterampilan memasakmu tidak lebih buruk daripada koki di sini, pesanlah makanan yang tidak biasa".
"Baiklah".
Setelah berkata seperti itu, Gu Hai langsung memesan selusin hidangan terkenal, dan dari masing-masing hidangan itu dia pesan dua porsi. Setelah makanan itu datang, Gu Hai memasang ekspresi penyesalan. "Oh tidak, saya telah memesannya seperti memesan sarapan pagi, kupikir nafsu makan kita masih seperti dulu, semuanya harus dua porsi. Bagaimana kalau saya suruh pelayan untuk menarik beberapa porsi?".
Bai Luoyin berkata sambil tersenyum, "Tidak usah". Tetapi sebenarnya, dia ingin memaki. Gu Hai kau memang sengaja!!
Setelah semua pesanan terkumpul, ketika Gu Hai akan memakannya dan mengangkat sumpit, tiba-tiba dia berhenti.
"Mayor Bai, bagaimana kalau saya sudah makan, tiba-tiba kamu berubah pikiran dan ingin bekerjasama. Bukankah kamu akan menderita kerugian besar?".
"Sama sekali tidak!". Tatapan Bai Luoyin ditujukan kepada Gu Hai, "Sekarang kamu bisa makan dengan tenang!".
Setelah acara makan selesai, Bai Luoyin segera pergi untuk membayar.
"Tuan, total seluruhnya jadi 4.512 Yuan, apa anda akan membayar dengan menggunakan kartu atau tunai?".
Gu Hai yang berada di sampingnya pura-pura bertanya. "Apa uangmu cukup? Atau biar saya saja yang membayarnya?".
Bai Luoyin langsung menyerahkan kartu. Makanan ini sangat menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KECANDUAN 2
RomanceMusim ke-2 烈焰浓情 (lièyàn nóng qíng - Cinta Yang Membara) Bab 1 - Bab 106 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 柴鸡蛋 (chái jī dàn) Judul Asli : 你丫上瘾了 (nǐ ya shàngyǐn le) Judul : 上瘾 (shàngyǐn) Dikenal Juga Dengan : 海洛因 (hǎiluòyīn - Hero...