Dalam beberapa hari terakhir ini, Bai Luoyin telah bersarang di kediaman Gu Hai. Meskipun sudah berulang kali meminta untuk kembali ke asrama, tetapi Gu Hai selalu mencegahnya. Alasan utama Gu Hai adalah karena dia ingin yinzi kecil sampai benar-benar pulih, maka dari itu, selama si yinzi kecil itu belum pulih maka Bai Luoyin tidak akan diizinkan untuk pulang. Tentu saja, alasan itu tidak semata-mata hanya untuk menyembuhkan si yinzi kecil saja, akan tetapi dia juga harus menebus utangnya kepada si haizi kecil yang sudah terabaikan selama beberapa hari.
Siang ini, Gu Hai mengajak Bai Luoyin ke perusahaannya, makan siang bersama, dan pulang di malam hari. Tidak hanya itu, Gu Hai juga selalu mengikuti setiap gerak-gerik Bai Luoyin, bahkan saat Bai Luoyin ke toiletpun tidak lepas dari pengawasannya, itu karena Gu Hai takut kalau istrinya tiba-tiba kabur.
Biasanya, Gu Hai selalu sendiri, dan para karyawan wanita perusahaan telah terbiasa dengan sosok gagah dan dingin itu. Tapi sekarang, setiap harinya, Presiden itu datang ke perusahaan selalu berdua, keluarpun berdua, selama 24 jam mereka tidak terpisahkan. Jika itu adalah orang yang berpandangan jauh pasti akan menaruh curiga.
Sisi lain, Bai Luoyin memanfaatkan periode ini untuk meninjau kemajuan proyeknya, ikut Gu Hai ke bengkel setiap hari, dan sesekali diapun memberi beberapa saran. Pada awalnya, membina kerjasama dengan perusahaan Hai-Yin dalam proyeknya itu bukanlah mitra utamanya. Tapi sekarang, di bawah kerjasama suami-istri, hampir semua komponen inti diproduksi oleh perusahaan Gu Hai.
Dalam kata-kata Gu Hai, uangku adalah uangmu.
Siang itu, Gu Hai sibuk di depan komputer. Sementara Tuan Bai Luoyin duduk santai menikmati cahaya matahari dari balik jendela.
"Presiden Gu, ini dokumen rancangan terbaru kita, silakan dikaji". Salah seorang karyawan wanitanya berkata.
Gu Hai mengambilnya, kemudian melirik dengan muka masam, lalu berkata, "Sini, lihat! Bagian ini masih perlu diubah".
Karyawan wanita itu segera membungkuk, setengah dari tubuhnya melekat pada meja, belahan dadanya sangat terpapar, selama Gu Hai mengangkat kelopak matanya, selama itu pula dia bisa melihat alur seksi di tengah dua bongkahan bunga putih yang besar.
Bai Luoyin memicingkan matanya lalu melirik ke arah sana, kemudian menutup matanya lagi, ekspresinya acuh tak acuh.
Segera, karyawan wanita itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya sebagai tanda kalau dia mengerti, dan kemudian berjalan pergi.
Begitu pintu ditutup, Bai Luoyin batuk sengaja.
Gu Hai menoleh, "Kenapa?".
Bai Luoyin melekukkan jari-jarinya, "Sini, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu".
Gu Hai tidak merasakan bahaya, segera duduk tepat di samping Bai Luoyin, tangannya ditempatkan di bahu Bai Luoyin, "Apa yang ingin kamu katakan?".
Tangan Bai Luoyin langsung menyelinap masuk ke dalam baju Gu Hai.
"Jangan sekarang, ini di kantor".
Tangan Bai Luoyin langsung menyentuh puting dada Gu Hai, garis bibirnya membeku, kemudian jari kuatnya memelintirnya. Seketika otot-otot di wajah Gu Hai langsung menegang.
"Aaahhh...".
Gu Hai meraih pergelangan tangan Bai Luoyin sambil mengernyitkan alisnya, dan berkata, "Saya tidak bisa merasakan nikmat kalau kasar seperti ini".
"Setiap hari, matamu kenyang ya melihat itu?". Bai Luoyin masih belum melonggarkan pelintirannya.
"Jangan memelintirnya, lepaskan". Gu Hai menghadapi dengan getir, "Kalau sampai putus, apa yang akan kamu lahap nanti?".
KAMU SEDANG MEMBACA
KECANDUAN 2
RomanceMusim ke-2 烈焰浓情 (lièyàn nóng qíng - Cinta Yang Membara) Bab 1 - Bab 106 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 柴鸡蛋 (chái jī dàn) Judul Asli : 你丫上瘾了 (nǐ ya shàngyǐn le) Judul : 上瘾 (shàngyǐn) Dikenal Juga Dengan : 海洛因 (hǎiluòyīn - Hero...