Setiap pagi, sudah menjadi rutinitas bagi Yan Yajing masuk ke kantor Gu Hai untuk memeriksa ruangan. Dia selalu saja menemukan hal-hal besar ataupun kecil untuk dilaporkan kepada Gu Hai, bahkan hal sepele sekalipun. Sebenarnya, itu alasan dia untuk selalu dapat bertemu, tidak melihat Gu Hai, hati Yan Yajing benar-benar tidak bisa tenang.
Hari ini, seperti biasa Yan Yajing pergi, tetapi langkahnya terhenti di depan pintu oleh seseorang yang tidak ingin dilihatnya.
Tong Zhe yang baru saja keluar dari kantor Gu Hai dan melihat Yan Yajing berdiri di sampingnya, dia menatapnya dari atas hingga bawah, dan bertanya dengan nada merendahkan "Mengapa kamu di sini?".
"Apa urusanmu?". Ini sudah berakhir! Yan Yajing menatap tajam, memaksa memasuki kantor Gu Hai.
Tong Zhe merentangkan lengannya, "Kamu tidak bisa masuk tanpa menjelaskan alasan".
"Mengapa kamu mengaturku?". Wajah Yan Yajing memerah karena marah.
"Wakil Presiden harus bisa memberi contoh. Jika kamu menganggap enteng Presiden dengan alasan pekerjaan, bagaimana karyawan dibawah kita bisa disiplin?".
Seiring kalimat itu keluar, banyak mata yang tertuju ke sana, Yan Yajing merasa kemenangan berpihak pada Tong Zhe. Di perusahaan dengan semua pegawainya wanita, wanita hebat mana yang mampu bersaing dengan pria yang tidak berpengaruh.
"Kenapa kamu beranggapan kalau kedatanganku ke sini untuk menyepelekan Presiden?". Yan Yajing menatap Tong Zhe dengan tegas. "Ada berkas yang harus aku serahkan kepada Presiden Gu. Apakah kamu pernah berpikir kalau kamu orang yang membosankan?".
Tong Zhe mengulurkan tangannya, matanya begitu tajam.
"Mana, biar aku lihat sepenting apa berkas itu sehingga harus Wakil Presiden yang menyerahkannya secara langsung".
Yan Yajing mengangkat berkas itu ke hadapan mata Tong Zhe, dan berkata dengan tenang. "Rancangan pidato Presiden Gu siang ini".
Tanpa diduga, Tong Zhe menanggapinya dengan ekspresi jijik.
"Bukankah ada sekretaris? Wakil Presiden melakukan pekerjaan seperti ini, bukankah itu berlebihan?".
Yan Yajing mengambil napas dalam-dalam, matanya terus menatap Tong Zhe dengan wajah hijau.
"Presiden Gu tidak memiliki sekretaris. Aku yang selalu mengurus hal ini".
"Ternyata begitu...". Tong Zhe dengan cepat merebut berkas itu dari tangan Yan Yajing, dan kemudian berbalik memasuki kantor Gu Hai lagi, tidak lama kemudian dia kembali keluar menemui Yan Yajing dengan sepasang mata yang acuh tak acuh
"Baik, berkas sudah aku serahkan kepada Presiden Gu, sekarang kamu bisa pergi". Yan Yajing membeku, matanya yang marah langsung menusuk Tong Zhe.
Tong Zhe masih memiliki ekspresi datar, "Aku sudah membantumu menyerahkan berkas, kamu tidak hanya tidak mengucapkan terima kasih, tetapi juga memberiku tatapan seperti itu, apakah itu pantas?".
Mata merah Yan Yajing menatap gagang pintu di belakang Tong Zhe, Meskipun dia ingin meraihnya, dia tidak dapat melangkah lebih jauh lagi, apalagi ada begitu banyak mata di belakangnya. Yan Yajing tidak ingin orang-orang beranggapan kalau dirinya seorang yang tidak punya etika.
Melihat punggung Yan Yajing yang menjauh dengan marah, ada sedikit seringai di mulut Tong Zhe.
Sepanjang pagi itu, Yan Yajing berada dalam kondisi gelisah, dia selalu merasa ada sesuatu yang salah. Saat itu kebetulan orang dari departemen marketing datang dan menyerahkan dokumen analisis data. Yan Yajing akhirnya menemukan sesuatu untuk dibawa kepada Gu Hai, segera dia sedikit merias wajahnya di cermin, dan berjalan menuju kantor Gu Hai.
KAMU SEDANG MEMBACA
KECANDUAN 2
Lãng mạnMusim ke-2 烈焰浓情 (lièyàn nóng qíng - Cinta Yang Membara) Bab 1 - Bab 106 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 柴鸡蛋 (chái jī dàn) Judul Asli : 你丫上瘾了 (nǐ ya shàngyǐn le) Judul : 上瘾 (shàngyǐn) Dikenal Juga Dengan : 海洛因 (hǎiluòyīn - Hero...