Setelah keluar dari lift, Gu Hai melangkah menuju Bai Luoyin.
Tepat di pintu keluar, kerumunan wanita itu tiba-tiba bubar menyebar ke segala arah.
Bai Luoyin masih bersandar di depan mobil, sosok tampan itu tidak bisa diabaikan.
Gu Hai berjalan menghampiri Bai Luoyin, kini wajah kedua pria itu saling bertemu.
"Sedang apa?". Tanya Gu Hai.
Bai Luoyin meletakkan tangannya di bahu Gu Hai. "Tidak ada, hanya mencari tempat untuk beristirahat sambil merokok".
"Pintar". Gu Hai tersenyum, "Beristirahat setiap hari di sini".
"Ada banyak wanita cantik di sini". Bai Luoyin berkata sambil menyalakan sebatang rokok.
Gu Hai merebut rokok dari mulut Bai Luoyin dan mengisapnya. Mereka berdua bersandar di mobil, dengan mata yang suram memandang gedung kantor yang berada di depannya.
"Besok-besok jangan datang lagi". Gu Hai memeringatkan.
Bai Luoyin menepisnya, "Kenapa tidak boleh datang ke tempat umum? Lagipula saya datang bukan untuk menemuimu. Saat ini saya masih lajang, jadi ingin mencari kekasih di perusahaanmu".
Asap dingin dari rokok Gu Hai mengepul dingin. Mencari kekasih? Aku kekasihmu. Mau mencari apa lagi?
"Jangan lagi mencarinya. Di perusahaan ini tidak ada wanita yang cocok untukmu. Terlebih lagi, mereka memiliki standar yang tinggi. Jadi siapa yang akan melirik penjahat sepertimu?".
Gu Hai terus berbicara tanpa henti, sampai akhirnya dia menyadari tidak ada reaksi sama sekali dari Bai Luoyin. Kemudian Gu Hai menoleh, terlihat kalau Bai Luoyin sedang mengeluarkan tumpukan kartu nama, setidaknya ada lima puluh kartu nama di situ, sambil merapikannya satu demi satu.
Gu Hai mengambil kartu nama itu. Tanpa berkata apa-apa, dia langsung memasukkannya ke dalam kantongnya.
Bai Luoyin memandang Gu Hai dengan sebuah senyuman tapi tidak seperti sedang tersenyum. "Presiden Gu, jangan terlalu pelit. Kamu sudah banyak memiliki kartu nama itu di kantormu. Kenapa kamu masih ingin mengambil punyaku?".
"Saya hanya ingin melihat berapa banyak dari perusahaanku yang memiliki standar rendah".
Bai Luoyin melepas rokok dari mulut Gu Hai, kemudian membuat ekspresi seperti sedang kebingungan.
"Eh, coba kamu katakan, hari ini kenapa asap rokok ini memiliki rasa asam ya?".
[Menyindir kecemburuan Gu Hai. Asam atau cuka, memiliki arti yang tersirat cemburu]
Gu Hai melirik wajah Bai Luoyin, terlihat betapa indahnya ekspresi itu.
Bai Luoyin membuka pintu mobil. "Baiklah. Presiden Gu, ini sudah hampir malam, saya harus segera pulang untuk makan malam".
Hati Gu Hai gelap. Jika sekarang kamu memasuki rumahku, dan kau keluar lagi, maka margaku bukan lagi Gu!
Tanpa diduga, ternyata Bai Luoyin tidak naik mobil, dia langsung berjalan ke tempat makan di seberang Perusahaan. Gu Hai bertanya dari belakang, "Kenapa kamu pergi ke sini?".
"Makan di sini!". Langkah kaki Bai Luoyin berhenti di pintu masuk.
Gu Hai dengan tenang mengingatkan, "Di sini tidak ada makanan kesukaanmu".
Bai Luoyin berbalik dan sedikit tersenyum, "Di rumahmu memang ada makanan kesukaanku, tetapi saya tidak bisa terus datang ke sana. Makan di rumah orang membuat harus patuh, hanya beberapa hari saja saya ikut makan, tapi kamu sudah bersikap begitu ketika saya parkir di depan perusahaannmu".
KAMU SEDANG MEMBACA
KECANDUAN 2
RomanceMusim ke-2 烈焰浓情 (lièyàn nóng qíng - Cinta Yang Membara) Bab 1 - Bab 106 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 柴鸡蛋 (chái jī dàn) Judul Asli : 你丫上瘾了 (nǐ ya shàngyǐn le) Judul : 上瘾 (shàngyǐn) Dikenal Juga Dengan : 海洛因 (hǎiluòyīn - Hero...