Bai Luoyin mendengus, "Selama ini belum pernah makan pangsit yang rasanya benar-benar enak".
Mata Gu Hai terfokus melihat wajah itu dari sisi dekat, terlihat jelas sentuhan garis di wajahnya bak lukisan yang indah, menggambarkan sosok yang lebih dewasa dan lebih tampan. Satu-satunya yang tidak berubah dari dirinya adalah mulut yang keras kepala. Dalam delapan tahun itu seperti satu hari, sentuhan warna merah yang memudar mendorong ingatannya yang kuat ke alam masa muda, diwarnai dengan endapan lapisan waktu yang bercampur suasana kagum.
Hal itu membuat Gu Hai menjadi geregetan dan benar-benar ingin menggigit wajahnya, ingin merasakan apakah rasa manisnya itu masih sama seperti delapan tahun yang lalu.
Asap rokok yang keluar bersamaan dengan napasnya, menyebar memenuhi ruangan itu. Tanpa sadar Bai Luoyin menundukkan kepalanya, membiarkan Gu Hai menatap udara kosong.
"Saya pergi". Bai Luoyin beranjak.
Gu Hai segera meraih lengannya sambil tersenyum, "Hari ini izinkan saya mengundangmu makan".
"Tidak usah". Bai Luoyin menghempaskan tangan Gu Hai. "Ini bukan transaksi jual beli. Tidak perlu harus ada perhitungan".
"Meskipun saudara masih harus melakukan perhitungan, apalagi kita bukan saudara kandung".
Bai Luoyin menegakkan lehernya. "Tapi sekarang saya harus....".
"Memangnya kamu tidak ingin melihat rumahku?". Gu Hai menyela penolakan Bai Luoyin.
Ekspresi Bai Luoyin segera berubah, setengah menyindir. Tatapannya lurus ke arah Gu Hai, dan bertanya, "Kamu ingin menunjukan kediamanmu atau kamar pengantinmu?".
"Apa bedanya?". Mata Gu Hai sangat tenang.
Hati Bai Luoyin tenggelam. "Tidak ada bedanya sih. Ayo pergi".
-----------
Rumah baru Gu Hai berada di Distrik Xicheng, ukurannya lebih dari 100 meter persegi. Rumah itu dapat dikatakan kecil bila dibandingkan dengan rumah-rumah yang lainnya, tapi cukup untuk satu orang hidup di dalamnya. Ruangannya yang paling luas adalah tempat gym, dan hanya memiliki satu kamar tidur. Gu Hai secara khusus memandu Bai Luoyin untuk melihat-lihat, dan tentu saja kamar itu jauh lebih rapi dibanding kamar Bai Luoyin. Tanpa sadar Bai Luoyin melirik tempat tidur, dia melihat ada selimut dan bantal yang masing-masing berjumlah dua set.
"Kapan kamu akan menikah?". Bai Luoyin bertanya.
Mendengar tidak ada jawaban, Bai Luoyin segera menoleh dan menemukan kalau Gu Hai sudah tidak ada.
Kemudian Bai Luoyin memasuki ruang kerja, tanpa sengaja dia melihat komputer Gu Hai yang sedang menyala, tampilan gambar layarnya bergambar foto dua orang di pantai. Bai Luoyin terkejut, hatinya seperti terpana oleh sesuatu, saat itu dia tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Kemudian dia menggeser mouse untuk menghindari gambar itu, akan tetapi, tanpa di duga gambar belakang layarpun memakai foto yang sama.
Bai Luoyin duduk di depan komputer dengan alasan yang tidak dapat dijelaskan, Bai Luoyin mengubahnya.
Sementara saat itu Gu Hai sedang memasak di dapur.
Sambil merokok, Bai Luoyin bersandar di pintu dapur, diam-diam matanya memerhatikan sosok sibuk Gu Hai.
Dia masih tetap terlihat sama, tampilannya yang serius namun berhati lembut, kadang-kadang dia galak dan berbahaya, tapi dia masih memiliki kejujuran dan pemikiran yang terbuka. Dia bisa bersikap dingin terhadap yang lain, tapi dia bisa sangat perhatian terhadap orang yang dicintainya. Seorang pria yang seperti itu, dengan keagungan yang tinggi, karir yang sukses, kekasih yang selalu dimanja... Seorang pangeran tampan dan sempurna merupakan impian banyak wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
KECANDUAN 2
RomanceMusim ke-2 烈焰浓情 (lièyàn nóng qíng - Cinta Yang Membara) Bab 1 - Bab 106 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 柴鸡蛋 (chái jī dàn) Judul Asli : 你丫上瘾了 (nǐ ya shàngyǐn le) Judul : 上瘾 (shàngyǐn) Dikenal Juga Dengan : 海洛因 (hǎiluòyīn - Hero...