Bai Luoyin tertidur selama lebih dari sepuluh jam, dan ketika dia bangun, sudah di pagi berikutnya.
Saat kelopak matanya mulai terbuka, dia melihat atap kamarnya seperti dalam ingatan masa lalunya, Bai Luoyin terpaku.
Matanya terus berputar menyapu ruangan. Dia melihat pola dinding yang tidak asing, serta lukisan yang menggantung di dinding yang pernah dia gantung sendiri pada saat itu. Ketika matanya beralih ke kanan, pintu yang familier juga masih tertempel jadwal pelajaran. Setelah bertahun-tahun berlalu, semua masih tampak seperti baru.
Bai Luoyin memegang tangannya sendiri, dan kemudian menunduk, tanpa diduga terlihat kalau selimut itu persis sama dengan selimut yang selalu dia pakai di masa lalu, kemudian dia menciumnya, benar saja kalau itu masih berbau khas waktu itu. Setelah bertahun-tahun berlalu, mengapa selimut ini masih begitu bersih dan lembut?
Saat memalingkan kepalanya, dia melihat seragam sekolah yang terlipat rapi di meja samping tempat tidurnya.
Apa yang terjadi?
Mimpikah?
Bai Luoyin mencubit dirinya sendiri dengan keras, dan rasa sakit itu memang terasa. Tapi semua ini nyata.
Mungkinkah Gu Hai membawa semua barang-barang yang ada di rumahnya ke sini untuk bermain?
Masih memikirkan hal itu, tiba-tiba ada suara dari luar pintu, Bai Luoyin dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah pintu.
Seorang Gu Hai muda membuka pintu dan masuk, dia mengenakan seragam sekolah, lengkap dengan wristband-nya yang biasa dia pakai, bahkan kebiasaan gerakan menata rambutnya di depan cermin, semua persis seperti yang ada di masa lalu.
Bai Luoyin benar-benar bingung. Apakah mungkin dia sedang ingin berakting, yang seolah-olah seperti nyata?
Gu Hai menghampiri Bai Luoyin, dua tangan dingin itu menyelinap masuk ke dalam selimut Bai Luoyin, kemudian tangan nakal itu menjalar naik, sampai akhirnya mencapai pipi Bai Luoyin, dan mencubitnya dengan keras.
"Masih belum mau bangun juga? Kamu akan terlambat kalau terus seperti ini".
Bai Luoyin meraih tangan Gu Hai, "Tidak lucu".
Kemudian Bai Luoyin berbalik dan kembali tidur.
Tanpa diduga, Gu Hai memberi tamparan ke punggungnya dan berkata, "Siapa yang tidak lucu? Pagi-pagi sekali saya pergi untuk membeli sarapan, dan sekarang pulang untuk membangunkanmu. Kamu masih bilang tidak lucu. Cepat bangun!".
Bai Luoyin menjawab dengan sabar, "Tinggalkan saya di sini, saya tidak akan bisa dibodohi olehmu".
"Bukankah saya sudah baik? Jangan salahkan saya kalau roti itu menjadi dingin, terus kamu sakit perut! Kuberi tahu ya, dua hari ini bibi sedang tidak sehat, tapi demi kita dia paksakan dirinya untuk memasak. Sekarang kamu menyia-nyiakan masakannya, pasti bibi kecewa".
Bai Luoyin memicingkan matanya saat memandang Gu Hai, "Akting, teruslah berakting!".
"Akting apa?". Gu Hai berkata dengan ekspresi serius, "Bibi sedang sakit, nanti setelah pulang sekolah, kita harus menjenguknya".
Bai Luoyin memejamkan matanya, dengan ekspresi masa bodoh, tidak ada respons sedikitpun.
Gu Hai menambahkan, "Bajingan kecil mana yang tadi malam mengatakan kalau dia tidak mau mengerjakan PR Kimia, dan akan berangkat sekolah pagi-pagi agar bisa mengerjakannya di ruang kelas, hehh?".
Bai Luoyin pura-pura mati.
Gu Hai menariknya, sementara tangan satunya menunjuk ke layar jam digital di dinding di depannya, dengan marah berkata. "Belum mau bangun juga? Lihat jam berapa sekarang?".
KAMU SEDANG MEMBACA
KECANDUAN 2
RomanceMusim ke-2 烈焰浓情 (lièyàn nóng qíng - Cinta Yang Membara) Bab 1 - Bab 106 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 柴鸡蛋 (chái jī dàn) Judul Asli : 你丫上瘾了 (nǐ ya shàngyǐn le) Judul : 上瘾 (shàngyǐn) Dikenal Juga Dengan : 海洛因 (hǎiluòyīn - Hero...