Sangat jarang menikmati akhir pekan, Gu Hai memutuskan untuk membuat kudapan.
Sementara di sampingnya, Bai Luoyin ikut membantu memipihkan kulit pangsit, selain hasilnya tidak ada yang rapi, diapun terlalu lambat, sehingga Gu Hai harus menunggu lama untuk mengisi pangsit. Akibatnya, Gu Hai mendorong Bai Luoyin ke samping, Bai Luoyin-pun hanya bisa menyaksikan kesibukan Gu Hai.
Pangsit buatan Gu Hai berkulit tipis dengan isian yang banyak, sehingga terlihat seperti perut buncit.
Melihat itu, Bai Luoyin tergoda ingin mencobanya. Dia mulai mengambil kulit pangsit dan mengambil isiannya dengan sendok, dia mengerjakan sesuai apa yang dia lihat dari Gu Hai. Setelah menyelesaikannya, dia merapikannya, kemudian mengangkatnya ke mata Gu Hai.
"Bagaimana? Bagus kan?".
Perlahan Gu Hai melirik, bibir tipisnya sedikit terangkat.
"Bagus, itu bagus, ambil lagi dan kerjakan. Patuh!".
Bai Luoyin, "...".
Hari ini mereka bisa makan pangsit dengan porsi yang bisa dimakan dalam jumlah keluarga. Sementara Gu Hai tetap fokus dengan pekerjaannya, dan hal itu membuat Bai Luoyin di sampingnya benar-benar merasa bosan.
"Ketika masih kecil, keluargaku hanya bisa makan pangsit pada saat tahun baru saja. Saat itu, kakek dan nenek selalu kerjasama membuatnya, sementara saya bersama papa hanya menunggu di meja makan untuk menghabiskannya".
Gu Hai menghentikan gerakannya, dia menghela napas, "Bahkan saya sudah kehilangan kakek sebelum lahir. Seingatku, nenek tidak pernah memasak, karena pada saat itu, tentara memberi dua pelayan, khusus memasak dan khusus pengasuh anak, selain itu masih ada pekerja paruh waktu. Ketika saya masih kecil, saya selalu bertanggung jawab atas apa yang saya makan, saya tidak bisa makan apapun yang saya inginkan".
Bai Luoyin terkejut. "Sebentar... Seingatku, dulu kamu pernah cerita kalau kakekmu lumpuh dan mengalami Inkontinensia urine. Kenapa kamu mengatakan kalau kakekmu sudah meninggal sebelum kamu lahir? Memangnya kamu punya berapa kakek?".
"Satu!". Gu Hai pura-pura lupa, "Memangnya saya mengatakan kalau kakekku lumpuh? Kamu salah ingat mungkin".
Mata Bai Luoyin terlihat sangat yakin, "Iya, kamu mengatakannya begitu. Waktu kamu datang ke rumahku untuk makan malam, saat itu kakek menyemburkan makanannya ke meja. Dalam perjalanan pulang, saya meminta maaf padamu, kemudian kamu cerita kalau kakekmu juga selalu melakukan hal yang sama".
Gu Hai stagnan, dia ingat, dia memang mengatakan seperti itu. Aduh, kenapa kamu masih bisa mengingat hal kecil seperti itu?
Bai Luoyin melihat apa yang dipikirkan Gu Hai, wajahnya memasang ekspresi kesal.
"Kamu bohong ya?".
"Mana?". Gu Hai menyeringai, "Bukankah saat itu saya lagi berusaha supaya bisa lebih dekat denganmu?".
Bai Luoyin mendengus, tangannya meremas adonan.
Tiba-tiba Gu Hai teringat penampilan Bai Luoyin pada waktu itu, Bai Luoyin yang membawa tas sekolah yang rusak, mengenakan seragam sekolah yang bolong, rambutnya tidur seperti sangkar ayam, dan kadang-kadang mengenakan sandal ke kelas... Semakin memikirkannya semakin Gu Hai merasa lucu dan menggemaskan. Dia tidak bisa menahan tangannya untuk meraih monster kecil di selangkangan Bai Luoyin.
"Jurus monyet mencuri buah persik!". Disertai tawa jahat.
Bai Luoyin terkejut sekaligus kesal, segera dia melayangkan beberapa pukulan ke pantat Gu Hai, kemudian mengeluarkan benda kecil dari sakunya, dan menyerahkannya kepada Gu Hai.
KAMU SEDANG MEMBACA
KECANDUAN 2
Storie d'amoreMusim ke-2 烈焰浓情 (lièyàn nóng qíng - Cinta Yang Membara) Bab 1 - Bab 106 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 柴鸡蛋 (chái jī dàn) Judul Asli : 你丫上瘾了 (nǐ ya shàngyǐn le) Judul : 上瘾 (shàngyǐn) Dikenal Juga Dengan : 海洛因 (hǎiluòyīn - Hero...