19. 沼泽里的温情 - Kehangatan Di Rawa-Rawa

4.9K 219 20
                                    

Setelah Bai Luoyin selesai makan, dia kemudian memikirkan sesuatu, dan tiba-tiba berteriak ke sisi yang berlawanan. "Istrimu membolehkanmu datang ke tempat yang berbahaya seperti ini?".

Istri? Gu Hai sudah lupa, siapa yang dimaksud Bai Luoyin dengan istri.

"Istri apa?". Gu Hai balas berteriak.

Bai Luoyin berteriak lagi, "Memangnya kamu tidak bertunangan?".

"Tunangan?". Gu Hai memahaminya, ternyata anak itu masih mengira kalau dirinya sudah bertunangan, akibatnya dia kembali berteriak. "Jika benar saya tunangan, kenapa masih bisa berada dalam kesulitan seperti ini? Dari dulu saya selalu melewati hari-hari dengan sendiri, kau membusuk di lumpurpun, saya tidak peduli!!".

Detak jantung Bai Luoyin berubah tenang.

"Kamu tidak tunangan? Lalu apa maksudmu memberiku undangan? Sengaja menakut-nakuti?".

"Iya, memang sengaja untuk menakuti orang bodoh sepertimu!!".

Bai Luoyin langsung berdiri dan berteriak dari sisi yang berlawanan. "Kau memang jahat!!".

"Jahat?". Gu Hai balas teriak. "Berarti pacarmu tidak jahat, kalau dia tidak jahat, kenapa dia tidak mencarimu?".

Meskipun saat itu Bai Luoyin memasang wajah marah, tapi sebenarnya hatinya sangat bahagia. "Dia kan perempuan, bagaimana bisa dia datang ke tempat seperti ini?".

Gu Hai marah lagi. "Jadi kalau laki-laki, boleh jadi keledai? Aku jatuh ke lumpur dan badanku dibungkus lumpur bau, itu boleh? Coba lihat berapa banyak orang terhormat yang rela mencarimu? Bagaimana dengan dia yang kau sebut rekan itu? Yang memberimu pangsit, bocah kecil yang berbaring di tempat tidurmu kemana?".

Bai Luoyin menerima serangan bombardir Gu Hai dari sisi yang berlawanan, dia tidak bisa tidak berteriak, "Sepertinya kamu butuh istirahat!".

Gu Hai tutup mulut.

Ada rawa yang luas di tengah-tengah mereka, permukaannya penuh dengan gelembung, dan sekitarnya ditutupi kabut. Kedua orang itu duduk bersila, bak dua orang biksu yang sedang meditasi. Setelah merasa tenang, kedua pria itu saling memandang untuk waktu yang lama, perlahan mereka mengeluarkan perasaan yang kompleks.

Bai Luoyin berbicara lagi, "Bagaimana kamu bisa datang?".

Di musim dingin, rawa yang begitu besar itu, sangat tidak mungkin orang bisa keluar dengan sedikit kecerobohan.

Mendengar itu, dengan kesal Gu Hai kembali berteriak dua kata.

"Qīnggōng!".

[轻功 - qīnggōng, seni bela diri tradisional (ilmu meringankan tubuh)]

Bai Luoyin tertawa sampai matanya basah. Kenapa aku harus menanyakan pertanyaan seperti itu? Padahal aku sudah tahu isi hatinya. Bertahun-tahun berlalu, kini penampilannya telah berubah, kariernya telah berubah, identitasnya telah berubah, dia sudah banyak berubah... Satu-satunya yang tidak pernah berubah adalah hatinya, hidup yang selalu sendiri seperti berada di atas bara api yang mengepul, menopang kehampaan dirinya sendiri selama delapan tahun.

Bai Luoyin berbaring di atas tanah, meskipun matanya menatap langit yang kelabu, tapi suasana hatinya sangat jernih.

Sementara dari sisi lain Gu Hai menatapnya, terlihat orang itu begitu nyaman berbaring. Kemudian dia melihat wilayahnya sendiri yang panjangnya kurang dari dua kaki, kalau berbaring sudah pasti akan mengenai tanah lumpur, akibatnya dia berteriak, "Saya mau ke sana ah!".

Mendengar teriakan Gu Hai, Bai Luoyin langsung terperanjat dan duduk sambil berteriak histeris.

"Kamu jangan bergerak!!".

KECANDUAN 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang