Setelah selesai makan malam, keduanya membenahi asrama Bai Luoyin. Gu Hai menemukan sebuah kotak di bawah tempat tidur Bai Luoyin, dan menariknya keluar. Kotak yang berisi penuh dengan buku, dan semua buku itu tentang manajemen bisnis juga beberapa majalah bisnis. Banyak dari buku itu terbitan edisi terbatas, Gu Hai tidak tahu dari mana Bai Luoyin bisa mendapatkan semua itu.
"Kamu membaca semua buku ini?". Gu Hai bertanya.
Bai Luoyin melirik, ekspresinya tidak nyaman.
"Sesekali membukanya ketika sedang bosan".
Tangan Gu Hai berhenti, "Yinzi, apakah kamu masih ingin terjun ke dunia bisnis? Apa kamu mau meninggalkan tentara? Jika memang begitu, kamu masih belum terlambat untuk ganti profesi".
"Saya sudah mengira kalau kamu akan berpikiran seperti itu". Bai Luoyin tersenyum datar, "Saya sama sekali tidak memikirkan ke sana".
"Jadi untuk apa kamu membeli begitu banyak buku?".
Bai Luoyin terdiam untuk waktu yang lama, sampai akhirnya dia berkata dengan ringan, "Untukmu".
"Untukku?". Gu Hai terkejut, "Lalu kenapa kamu tidak memberikannya padaku?".
"... Setelah saya buka bola-balik ternyata isinya biasa saja, itulah kenapa saya tidak memberikannya kepadamu".
Gu Hai menyukai sikap keras kepala Bai Luoyin yang seperti ini, selalu tidak pernah mau mengakuinya. Itu seperti ada daya tarik khusus, sehingga Gu Hai selalu ingin terus menggodanya.
"Kenapa kamu bisa terpikirkan membeli buku untukku?".
Bai Luoyin menjawab enteng, "Bukankah kamu pernah mengatakan kalau perusahaanmu akan melakukan penawaran lebih luas lagi?".
Itu sebenarnya ucapan Gu Hai yang asal keluar saat mereka di dalam pesawat pada hari itu. Gu Hai tidak menyangka dalam situasi seperti ini Bai Luoyin akan mengingatnya, padahal itu hanya obrolan kecil saja. Kenyataannya, pada saat itu, Gu Hai diam-diam merasa khawatir pada Bai Luoyin, dia sangat takut kalau Bai Luoyin belum berpengalaman menghadapi masa-masa bahaya...
Bai Luoyin melihat Gu Hai menghampirinya, segera dia mengulurkan lengannya sebagai isyarat berhenti, "Saya beri tahu, jangan terlalu emosional. Kuponku akan habis masa berlaku dua hari lagi, jika tidak segera dibelanjakan, itu akan hangus...".
Bai Luoyin paling malas jika ada orang yang terlalu emosional, tapi sebaliknya, Gu Hai sangat menyukainya. Saat dia merasa tersentuh, maka dia akan menempelkan tubuhnya kepada orang itu seperti seekor ulat. Kemudian tunggu kesempatan untuk meniup bara menciptakan nyala api, dan mulai memasakmu hingga matang, sampai akhirnya dia makan habis hingga ke tulang-tulangnya.
"Saya menghampiri bukan karena emosional, saya mendekat untuk mengekspresikan perasaan yang sebenarnya". Benar saja, dia mulai melahap.
Bai Luoyin mendorongnya dengan keras. Pintu itu masih terbuka, dan setiap saat pasti akan ada satu-dua perwira dan prajurit yang lewat. Otomatis dia harus menghentikannya, "Diam! Besok saya harus pergi".
Begitu mendengar kalimat itu, hasrat Gu Hai langsung hilang, dan tidak ada minat lagi untuk menggoda. Tidak ada sesuatu yang ampuh selain kalimat itu. Sejak mereka berdua kembali bersatu, Gu Hai tidak tahu sudah berapa kali dia mendengar kalimat seperti itu. Dan sekarang ini yang paling dia takuti, ini lebih menakutkan daripada yang pertama, kedua, ketiga.
"Bukankah kamu mengatakan akan pergi tiga atau lima hari lagi? Kenapa jadi besok?".
"Perintah baru saja turun, besok malam berangkat, mengenai jam berapa masih belum ditentukan. Saya akan menemuimu besok setelah jam selesai kerja. Saya mau makan malam berdua".
KAMU SEDANG MEMBACA
KECANDUAN 2
RomanceMusim ke-2 烈焰浓情 (lièyàn nóng qíng - Cinta Yang Membara) Bab 1 - Bab 106 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 柴鸡蛋 (chái jī dàn) Judul Asli : 你丫上瘾了 (nǐ ya shàngyǐn le) Judul : 上瘾 (shàngyǐn) Dikenal Juga Dengan : 海洛因 (hǎiluòyīn - Hero...