Sehari sebelum libur berakhir, Bai Luoyin kembali ke asrama diantar Gu Hai. Hari ini Gu Hai benar-benar mengabaikan Bai Luoyin, dia bersikap seolah-olah seorang atasan yang membuat Bai Luoyin tidak bisa berkutik.
Itu bukan karena mengatasnamakan Tuan Gu, itu murni karena ia merasa kalau asrama Bai Luoyin sangat tidak layak.
Seperti tentara yang patuh perintah, Gu Hai membersihkan semua bagian dalam dan luar asrama. Bai Luoyin ingin campur tangan, tapi Gu Hai membentaknya, "Kamu pergi! Ini akan lebih bersih tanpa campur tanganmu".
Bai Luoyin hanya bisa menyaksikan dengan bodoh, menonton Gu Hai melempar satu per satu barang-barang kesayangannya.
"Hei, kuberitahu, pelembab ini dibeli oleh Xiao Wuxin tahun lalu".
Sebenarnya sama saja dengan Bai Luoyin mengatakannya ataupun tidak mengatakannya, Gu Hai akan tetap membuangnya. Tapi setelah mendengar kalimat itu, Gu Hai menjadi sangat ingin membuangnya, segera dia melemparkannya sekuat tenaga.
"Kenapa dilemparkan?". Bai Luoyin memungutnya.
Gu Hai berdiri di pintu sambil menatap Bai Luoyin dengan wajah cemberut.
"Buang!".
Si bodoh itu masih memeganginya seperti anak kesayangannya. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana dia menjalani hidupnya selama delapan tahun ini.
Bai Luoyin berdiri di luar asrama. Setiap saat, pasti ada tentara dan petugas lewat, bahkan dari mereka ada yang menyapa Bai Luoyin. Bai Luoyin merasa kehilangan mukanya, terang saja sebagai Wakil Komandan Batalyon, dengan ratusan orang di bawah komandonya, dan sekarang, karena masalah kebersihan, dengan tidak berdaya dirinya harus terus dimarahi oleh orang luar militer.
Ketika Gu Hai hampir selesai, Bai Luoyin masuk, dan melihat Gu Hai sedang menggulung selimutnya.
"Selimut juga mau dibuang?". Cegah Bai Luoyin.
"Kenapa harus sampai menunggu di buang sih?". Gu Hai menenangkan wajahnya. "Kamu menyukainya? Lembab begini? Kamu tidak merasa jijik?".
Bai Luoyin menyentuhnya. Benar lembab. Tapi kenapa kemarin-kemarin saya tidak merasakannya ya?
"Apa perlu kasur juga dibuang?".
Bai Luoyin melihat kalau Gu Hai telah menggulung kasur itu dari tempat tidur.
Gu Hai berhenti kemudian menatap jengkel Bai Luoyin, "Jangankan kasur, aku juga akan mengganti tempat tidur ini!".
"Itu milik militer, kamu tidak bisa membuangnya begitu saja".
Akibatnya, Bai Luoyin, dengan jabatan Mayor, citranya runtuh di depan orang ini.
Setelah Gu Hai mendengarkan, dia tidak mengubah ekspresinya, segera dia menggunakan buku-buku jarinya menekan kepala Bai Luoyin dan berkata, "Seharusnya kau bersyukur aku tidak memanggil orang untuk mengangkutnya, jika aku mengikuti emosiku, aku akan memindahkan tempat tidur kayumu ke tempat latihan, biar semua orang tahu betapa menyedihkannya Mayor mereka, tidak mau mengganti tempat tidur yang sudah berjamur".
"Berjamur? Di mana?". Bai Luoyin melihat-lihat.
Gu Hai terlalu malas untuk menanggapi Bai Luoyin. Kemudian dia mengambil bantal dan melemparkannya ke tumpukan sampah di belakangnya.
Bai Luoyin langsung meraihnya. "Bantal tidak harus dilempar juga".
Gu Hai sementara menghentikan gerakannya, lalu mengulurkan tangannya sambil berkata kepada Bai Luoyin. "Bawa padaku!".
Bai Luoyin mengapitnya. Sikapnya sangat tegas.
"Bantal ini telah bersamaku selama bertahun-tahun, dan saya menyayanginya".
KAMU SEDANG MEMBACA
KECANDUAN 2
RomanceMusim ke-2 烈焰浓情 (lièyàn nóng qíng - Cinta Yang Membara) Bab 1 - Bab 106 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 柴鸡蛋 (chái jī dàn) Judul Asli : 你丫上瘾了 (nǐ ya shàngyǐn le) Judul : 上瘾 (shàngyǐn) Dikenal Juga Dengan : 海洛因 (hǎiluòyīn - Hero...