Setelah kembali dari makam, Gu Hai langsung pulang ke rumah orangtuanya.
Saat itu Gu Weiting sedang duduk di atas sofa ruang tamu, sementara Jiang Yuan sedang menyiapkan makanan di dapur. Ketika Gu Hai masuk, wajah Gu Weiting langsung berubah, matanya menatap wajah yang terbakar dan berlumpur, sudah tidak seperti manusia.
Tahu kalau Gu Weiting sedang memerhatikannya, Gu Hai terdiam beberapa saat di dekat pintu, dan dengan perlahan mulai berganti sepatu.
"Kau bahkan tidak memberitahuku ketika kamu pergi mencarinya. Awalnya aku hanya mencari satu orang. Tapi karena masalah yang kau timbulkan, tim penyelamat juga harus mencarimu". Nada bicara Gu Weiting tidak terlalu baik.
Gu Hai tidak marah, dia berbalik ke arah Gu Weiting dan dengan tenang berkata. "Jika saya tidak mencarinya, mereka tidak dapat menemukannya. Yinzi terjebak di tengah rawa, tidak bisa keluar tanpa bantuan. Tempat itu sangat berkabut, menyebabkan pesawat sulit untuk menemukannya, dan tidak ada tentara yang bersedia mengambil risiko. Selain itu, saya juga tidak pergi sendiri, ketika mereka menemukan Yinzi, saya juga berada di sana, kenapa ayah bisa mengatakan kalau saya membuat masalah?".
Dengan dingin Gu Weiting mendengar, kemudian berkata, "Kata-katamu selalu terdengar masuk akal".
Gu Hai berdeham, kemudian berkata dengan ekspresi yang baik. "Saya tidak mencari orang lain, orang itu putramu".
Jiang Yuan mendengar ada kehidupan di ruang tamu, dia segera keluar dari dapur, dia mendengar percakapan terakhir. Mendengar kalimat seperti itu, sejenak terpaku, ada sedikit keraguan sebelum akhirnya berkata, "Biarkan Xiaohai pergi mandi dulu, masalah lain dikesampingkan saja dulu".
Jiang Yuan sangat berterimakasih kepada Gu Hai. Seperti apa yang dikatakan Gu Weiting sebelumnya, dia pura-pura tidak mendengarnya.
Gu Weiting melihat mata Jiang Yuan yang tenang, dia tidak perlu khawatir lagi tentang Gu Hai. Kemudian dia mengangkat dagunya, memberi isyarat kepada Gu Hai, menyuruh sesuatu.
Ketika ketiga orang itu makan bersama, Jiang Yuan terus memberi Gu Hai makanan.
"Xiaohai, makan lebih banyak, kali ini ibu mengucapkan terima kasih banyak".
Gu Hai terus makan dengan tenang, tidak ingin mengambil inisiatif untuk mengatakan sesuatu.
Ayah dan anak itu memilih diam.
Setelah makan selesai, Gu Weiting meletakkan sumpitnya, kemudian bertanya kepada Gu Hai. "Apa rencanamu untuk menjelaskan kepada calon mertua?".
"Tidak ada rencana apa-apa, katakan saja yang sebenarnya". Gu Hai dengan tenang berkata.
Mendengar itu Gu Weiting merasa lega.
Sambil membereskan meja, Jiang Yuan berkata. "Dia sudah berusia dua puluh enam tahun, sudah tahu apa yang harus dilakukan, dan apa yang tidak seharusnya dilakukan. Biarkan saja, anak muda zaman sekarang pemikirannya selalu panjang".
Gu Weiting menatap Gu Hai dan berkata dengan nada suara tenang. "Aku harap juga begitu".
Setelah makan bersama, Gu Hai segera berkemas untuk pulang ke rumahnya sendiri. Sebelum Gu Hai berangkat, Jiang Yuan meraihnya.
"Xiaohai, keluarga mereka juga tidak sembarangan. Dengan pertunangan yang tiba-tiba harus berakhir seperti itu, keluarga kita akan terlihat buruk di mata keluarga mereka. Ingatlah untuk berkata yang baik dan sopan ketika mengobrol dengan mereka. Jangan membuat kedua hubungan keluarga ini menjadi kaku".
Gu Hai mengangguk. "Saya tahu".
-----------
Keesokan harinya, pagi-pagi Gu Hai pergi ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
KECANDUAN 2
RomanceMusim ke-2 烈焰浓情 (lièyàn nóng qíng - Cinta Yang Membara) Bab 1 - Bab 106 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 柴鸡蛋 (chái jī dàn) Judul Asli : 你丫上瘾了 (nǐ ya shàngyǐn le) Judul : 上瘾 (shàngyǐn) Dikenal Juga Dengan : 海洛因 (hǎiluòyīn - Hero...