59. 还一见钟情么 - Apa Masih Bisa Disebut Cinta Pada Pandangan Pertama

3.1K 170 9
                                    

Sudah hampir sepuluh hari Gu Hai menghabiskan waktunya di perusahaan Gu Yang, pada dasarnya dia mengambil alih perusahaan Gu Yang, mulai dari mesin, barang impor hingga kebutuhan peralatan kantor kecil lainnya, selama Gu Hai menyukainya semua dikirim ke Beijing. Tidak hanya itu, dia juga memangkas semua modal menjadi dua pertiga dari rencana awal dengan alasan mengurangi biaya pengeluaran. Adapun sepertiganya, selain Gu Hai tidak ada seorangpun yang tahu.

Disamping itu Gu Hai juga selalu mencoba untuk membuka dokumen rahasia di dalam komputer Gu Yang, tetapi selalu menampilkan kata sandi yang salah, belum lagi pengenalan wajah dan pengenalan sidik jari. Komputer itu tidak seperti sekelompok orang idiot di luaran sana yang masih tidak menyadari kalau pimpinan perusahaan mereka telah berganti orang.

Saat dia memeras otak, Gu Hai tiba-tiba punya ide, dia terpikir ingin mencoba dengan memasukkan angka kelahiran Bai Luoyin. Tetapi ketika dia sudah meletakkan jarinya di keyboard, tiba-tiba hatinya merasa tertekan. Dia merasa lebih baik tidak membuka sandi daripada akhirnya tahu kalau sandi itu berkaitan dengan Bai Luoyin.

Gu Hai menahan kecemasan batinnya, akhirnya dia memberanikan diri untuk memasukkan sandi dengan angka kelahiran Bai Luoyin.

Pesan kesalahan muncul.

Gu Hai merasa lega. Untunglah bukan itu.

Saat hendak untuk mencoba kata sandi lain, tiba-tiba bel pintu kantor berdering.

"Silakan masuk".

Dua orang pria muda berpakaian jas rapi itu merupakan wajah yang akrab. Kedua orang itu yang bertanggungjawab atas pengeluaran barang dibawah perintah Gu Hai.

"Tuan Gu, semua sampel yang anda minta untuk kami keluarkan, semuanya dikirim balik".

"Dikembalikan?". Gu Hai menyipitkan matanya, "Mengapa?".

Keduanya belum sempat berbicara, tiba-tiba suara asing masuk.

"Aku yang mengirim balik".

Sosok itu tiba-tiba muncul, membuat Gu Hai terpaku. Perawakan pria itu ramping dan tampan, kedua matanya tampak bercahaya, sehingga mampu menyinari seluruhnya.

Tentu saja, Gu Hai memperhatikannya bukan karena penampilannya, tetapi dia merasa kalau sosok itu seperti tidak asing.

"Kalian keluar dulu!". Gu Hai berkata kepada dua pria itu.

Kini hanya mereka berdua. Gu Hai bertanya, "Mengapa kamu mengirimnya kembali?".

Pria di depannya berkata dingin, "Mengapa harus mengeluarkan barang dari perusahaan kami?".

"Bukankah saya sudah menjelaskannya? Barang-barang itu masih belum layak untuk dijual, itu baru produk setengah jadi, masih perlu uji coba sebelum dipasarkan...". Gu Hai berkata sambil menggeser mouse mencari dokumen profil orang itu. Akhirnya, dia menemukannya, Tong Zhe, 28 tahun, Asisten sekaligus Wakil Presiden.

"Tidak usah mencarinya, aku akan memperkenalkan diri".

Ekpresi Gu Hai berubah. Sudah hampir sepuluh hari dia tinggal di sana, dan hampir tidak ada yang bisa mengenalinya, tetapi berbeda dengan Tong Zhe, baru saja dia memasuki pintu tapi sudah bisa langsung mengenalinya kalau dirinya bukanlah Gu Yang. Gu Hai dapat merasakan kalau hubungan orang itu dengan Gu Yang sangatlah dekat.

"Bagaimana kamu bisa tahu kalau saya bukan Gu Yang?".

"Intuisi". Jawab Tong Zhe dengan santai.

Gu Hai memandang Tong Zhe dengan penuh minat, "Mengapa saya tidak pernah melihatmu?".

"Saya baru saja pulang dari luar negeri". Tong Zhe duduk di sofa, kaki jenjangnya naik ke sudut meja. Matanya mengamati Gu Hai, "Sudah berapa lama kamu di sini?".

KECANDUAN 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang