Commitment

1.7K 120 1
                                    

       Setelah lamaran tidak terduga Dhimas di kafe, seminggu kemudian orangtuanya datang untuk berkenalan secara resmi. Tentu saja, kedatangan mereka disambut hangat orang tua Danurdara, Bagus dan Ajeng.
Siapa yang tidak bangga punya besan pengacara kondang pemilih Harsanto Law and Co?

        Obrolan ringan akan dilanjutkan dengan rencana pertunangan resmi, tanggal 10 bulan depan. Ajeng sangat bersemangat mempersiapkan momen bahagia putri sulungnya. Kehebohan sang bunda, berbanding terbalik dengan Danurdara yang terkesan tidak tertarik.

       "Nanti jangan lupa, ke butik tante Selda. Kamu ajak Dhimas, kalian harus fitting baju," pesan Ajeng pada anak gadisnya yang mau berangkat kerja.

       "Aduh Mam, ini cuma pertunangan. Ngapain pakai pesen baju dari tante Selda.  Baju Dara juga banyak.yang belum dipakai?" Jawab Danurdara malas. Ajeng melotot, yang dipelototi hanya nyengir.

      "Pertunangan kamu bilang "cuma"! Kamu lupa siapa calon mertuamu?"

       "Terserah Mama deh! Entar kalau gak sibuk Dara ke sana," sahutnya sambil ngeloyor pergi.

       "Dara, jangan lupa telpon Dhimas!"  Teriakan ibunya membuat gadis itu semakin mempercepat langkahnya.

        Danurdara memang berbeda dengan ibunya, yang selalu menjaga penampilan, glamour. Tipe emak sosialita banget. Gaya Ajeng diikuti Hayu, putri bungsunya. Danurdara sangat sederhana, meski terlahir dari keluarga berkecukupan gadis itu tidak suka kemewahan.

       Jalanan di Jakarta pukul 9 pagi, sedikit agak lenggang. Tentu saja, karena aktivitas perkantoran sudah dimulai. Orang-orang sudah sibuk di balik balik meja, jangan tanya nanti jam 12 saat makan siang. Jakarta akan kembali macet tidak terkendali..

       Danurdara melajukan kendaraannya menuju kafe miliknya dengan kecepatan sedang. Suara mneghentak Agnes Monica menemani perjalanan panjangnya.

Bukannya aku tak tau
Kau sudah ada yang punya
Saat kau bisikan cinta
Ku tau engkau berdusta

Namun ku tak mau mengerti
Selama kau masih bersama ku
Kerana ku suka
Ku buntu
Cinta yang pernah hilang darimu

Cinta ini
Kadang-kadang tak ada logika
Ilusi sebuah hasrat dalam hati
Dan hanya ingin dapat memiliki
Dirimu hanya untuk sesaat

Bukannya aku tak tau
Kau sudah ada yang punya
Kerna saat…

       Tanpa disadarinya, senyum sinis mengembang dibibir.

       "Logika, kayaknya gue sudah kehilangan itu," gumamnya lirih. Sejak kedatangan kedua orang tua Dhimas, Danurdara dihinggapi kebimbangan. Benarkah keputusannya menerima lamaran sang kekasih?  Kebimbangan gadis berambut panjang itu semakin menjadi saat ngobrol dengan Saras sahabatnya, di ruangannya.

       "Yakin Lo, mau nikah sama Dhimas?" Gadis berkaos merah itu langsung melempar tubuhnya di sofa.

       "Apaan sih, datang datang langsung ngomel," balas Danurdara tanpa meninggalkan pekerjaannya.

       "Gue kok gak yakin, ya?" Gumamnya garuk-garuk kepala.

       "Gak yakin sama siapa?"

       "Suer, lo sudah ketularan cowok lo itu. Nyebelin!" Bantal sofa yang sempat dipegangnya melayang ke arah sahabatnya.

      "Gak asyik ah, mainnya kasar!" Danurdara berdiri lalu duduk dekat sahabatnya.

       "Mau minum apa?" Tanya sang tuan rumah.

       "Kopi aja, mata gue sepet," Danurdara mengangguk pelan, membuka gawainya lalu menelpon seseorang.

       "Put, buatin capucino dua ya? Sama bilang Bang Raja, buatin pisang goreng kesukaan Saras. Thanks," Gawai dimatikan. Disandarkan tubuh lelahnya di sandaran sofa. Saras menatapnya dengan dahi mengeryit.

        "Lo, kelihatan beda sekarang. Katanya mau dilamar, tampangnya gak kelihatan seneng gitu?" Danurdara masih diam, menatap langit-langit ruangan kerjanya.

        "Kalau lo gak siap, ngapain dipaksa?"

        "Sok tahu lo!"

        "Tentu saja gue tahu! Kita itu seperti dua sisi mata dua tak terpisahkan," Jawaban diplomatis Saras membuat Danurdara tergelak.

       "Dua sisi mata uang itu, tidak pernah ketemu neng. Gimana bisa saling tahu!" timpal Dara santai. Saras garuk-garuk kepala, argumentasinya lagi-lagi salah.

        Saras sadar, dia tidak pernah menang berdebat dengan sahabatnya ini, mereka berdua bukan pasangan tanding yang seimbang.  Tingkat kecerdasan Danurdara tidak diragukan lagi, tetapi dia merasa kali ini sahabatnya salah mengambil keputusan.

                   ***
Cast Dhimas Raka Harsanto

                   ***Cast Dhimas Raka Harsanto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cast Danurdara Agni Pratista

Selamat malam reader, mumpung hari belum berganti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat malam reader, mumpung hari belum berganti. Saya laporan ya...eh update... meski badan lagi teriak pingin istirahat, tetap maksa nulis. Aku tidak mau berhutang, kalau numpuk malas bayarnya. Lapak sebelah juga belum bisa update.
Sabar ya. Akan aku kerjakan one by one..

Ok.

Salam literasi
   

      

All About Danurdara (LENGKAP Alias Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang