"Thanks Bro, lo sudah tolongin Dara," ujarnya setelah sadar dari penyesalannya.
"Gue yang terima kasih, lo datang tepat waktu?" balas Bima.
Kalau Rajasa tidak datang, mungkin Dhimas akan habis ditangannya. Pemegang sabuk hitam taekwondo itu tentu saja akan susah dikalahkan Dhimas yang tidak mempunyai dasar beladiri. Untungnya Bima masih memakai sedikit akal sehatnya agar tidak menimbulkan masalah baru untuk Dara.
"Terima kasih sudah menjaga Dara Bang Raja, dan Mas Bima," bisik Danurdara lirih.
"Sudah tugas gue kali, Bos," sahut Rajasa getir.
Rajasa sadar, ucapan Dhimas tadi benar. Dara tidak akan pernah melihatnya sebagai laki-laki, mereka cukup aman sebagai sahabat, dan laki-laki disebelahnya ini bukan lawan yang ringan. Hanya melihat interaksi mereka saja, Rajasa tahu dia sudah kalah.
"Mbak, ini minum dulu," Putri ikut masuk membawa minuman untuk sang pemilik kafe.
Danurdara menerimanya dengan tangan sedikit gemetar, Bima membantu mengambil gelas itu. Rajasa hanya bisa menahan diri, membiarkan Bima melakukan perannya. Danurdara mencecap teh manis hangat perlahan.
"Put, turun yuk? Kita harus kembali bekerja," ajak Rajasa pada Putri yang masih memandingi bos nya dengan wajah kasihan. Danurdaara pasti tidak suka mendapat empati seperti itu dari anak buahnya.
"Bro, titip Dara ya. Gue kerja dulu," Ditepuknya pundak laki-laki saingannya, menyerahkan gadis yang dicintainya.
Bima mengangguk, diam-diam dia salut dengan kematangan sikap Rajasa. Seharusnya laki-laki seperti Rajasalah yang memiliki Dara, bukan Dhimas.
"Gimana sudah enakan?" Tanyanya sabar.
Danurdara mengangguk lemah. Berdua saja dengan laki-laki ini membuatnya sedikit canggung. Perlahan gadis itu beranjak, dengan cepat Bima menahannya.
"Istirahat saja dulu, nyandar di sini saja," Ditepuknya bantalan sofa didekatnya, Danurdara tersenyum jengah.
"Kenapa? Tidak usah malu, aku akan menjagamu," bisiknya yang membuat sang gadis tersipu malu.
"Apa mau pulang? Aku bisa mengantarmu,"
"Aku gak apa-apa Mas, terima kasih sudah menjagaku,"
Aku mencintaimu Ra, tentu aku akan menjagamu semampuku, jawabnya dalam hati.
"Tidak usah sungkan. Kita..temankan?" Akhirnya kata itu yang keluar.
Bima pikir, tidak bijak membicarakan perasaan dan keinginan ibunya dalam keadaan seperti sekarang. Laki-laki itu tidak sadar, pernyataan yang diucapkannya mengecewakan Danurdara.
Senyum terpaksa menghiasi wajah cantiknya. Bima membuang pandangannya, dadanya terasa sesak melihat ekspresi gadis yang dicintainya itu.
Betapa hatinya ingin melakukan lebih dari hanya diam melihat gadis itu termenung di depannya. Memeluknya seperti tadi tanpa sungkan, mungkin akan memberinya semangat. Agar gadisnya tetap menjadi tegar seperti pertama kali mereka bertemu. Tetap tangguh tanpa airmata ketika melihat kekasihnya berselingkuh.
"Ra," Bima memberanikan diri memulai pembicaraan.
Dara bergeming. Matanya masih terpejam rapat, gadis itu mencoba mengusir bayangan Dhimas yang menciumnya dengan liar. Marah dan terhina membuatnya tidak mampu berkata-kata.
Bima memberanikan diri lebih dekat lagi, dipeluknya tubuh gadis pujaannya yang saat ini terlihat kacau. Perlahan mata Danurdara terbuka, mata mereka bertemu. Bima dapat menangkap luka yang dirasakan Dara. Sebuah senyuman menguatkan menghiasi bibir Bima, diusap wajah Dara dengan lembut.
"Kalau mau nangis, keluarkan saja Ra. Jangan disimpan kemarahanmu dalam hati, gak bagus buat kesehatan kamu," bisiknya lembut.
"Dia tidak pantas ditangisi Mas," sahutnya sinis.
"Aku juga gak rela kamu menangisi dia. Keluar emosimu saja, biar hatimu lega,"
"Marah di sini malah akan membuat mereka ketakutan punya bos gila," sahutnya tersenyum.
"Cari tempat yang bebas teriak mau?"
"Emang ada?"
"Ayo bangun, kita ke sana!" Bima langsung berdiri, diulurkan tangannya, Dara masih ragu menyambutnya. Laki-laki berkemeja kotak-kotak itu mengerlingkan matanya.
"Kok jadi genit?" Dara tergelak. Uluran tangan Bima disambutnya dengan senang hati. Laki-laki itu ikut tertawa.
"Akan kulakukan apa pun asal kamu kembali menjadi Daraku," katanya dalam hati.
***
Malam kawan-kawan, puji Tuhan author baru saja selamat serangan sakit gigi. Sampai guling-guling, untungnya setelah dua jam berjuang akhirnya bisa nulis lagi.
Makasih sudah setia membaca, vote atau pun komen. Authornya gak pamdai merayu sih hehehheSalam literasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Danurdara (LENGKAP Alias Tamat)
ChickLitDanurdara Agni Pratista Cinta, silahkan berakhir dan pergilah! Aku tak butuh cintamu, tak terima pengkhianatanmu. Cukup bagiku jika kamu pergi menjauh Pengkhianatan, adakah kamu masih mau menghancurkanku? Bahkan ketika kau tabur itu lewat gen yang m...