Sweet moment (2)

2.2K 129 2
                                    

      "Dara, menikahlah denganku," pinta Dhimas sekali lagi. Danurdara tidak siap menerima lamaran alay Dhimas, tetapi tatapan menunggu sang kekasih dan orang-orang membuatnya harus sehera mengakhiri kekacauan ini. Gadis berambut pendek itu menghela napas panjang.

        "Dhim, bangun deh! Gak usah drama," pelototnya marah. Rasanya pingin menendang laki-laki yang sudah mempermalukan dirinya didepan tamu kafenya.

       "Jawab dulu, iya gitu," sahut Dhimas kekeuh. Senyum manis menghiasi wajah gantengnya.

        "Udah jawab aja Bos, kelamaan kasihan tuh pengunjung!" Sindir Rajasa sinis. Chef andalan sampai keluar dari sarangnya berarti ada sesuatu yang dikuatirkan laki-laki berambut panjang itu. Rajasa tidak suka suka Danurdara berpacaran dengan Dhimas. Sebagai sesama laki-laki, dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan pengacara muda itu. Tetapi apa haknya, dia hanya seorang teman yang kebetulan menjadi chef di kafe milik gadis itu.

         Danurdara menatap Dhimas sekali lagi, mempertimbangkan apa yang diucapkan temannya. Kenyamanan pelanggan perlu dipertimbangkan baik-baik. Senyum terpaksa tersungging di bibir merahnya.

       "Bagaimana?" Dhimas kembali bersuara. Danurdara mengangguk. Tepuk tangan membahana di seluruh penjuru ruangan. Dhimas merasa sangat bahagia. Diambilnya cincin bermata berlian yang dari tadi dipegangnya dan disematkan di jari manis sang gadis.

        "Terima kasih sayang," dikecup kening kekasihnya lembut.

        "Kita bicara di dalam," bisik Danurdara tajam membalas kecupan sang kekasih. Dhimas kaget, sekilas wajahnya berubah.

        "Teman-teman maaf, sudah mengganggu kenyamanannya, silakan dilanjutkan kembali makan siangnya," ucap Danurdara sambil membungkuk. Satu persatu pengunjung kembali duduk.

       "Bang, tolong berikan free tiramisu cake kepada pengunjung ya?" Bisiknya pada Rajasa sebelum meninggalkan tempat itu, diikuti sang kekasih. Rajasa mengangguk lalu ikut berlalu.

        Di ruangan kerjanya Danurdara tidak bisa membendung emosi yang ditahannya. Gadis berdiri dengan tangan di dada. Matanya menatap tajam laki-laki yang baru saja melamarnya tak berkedip.

       "Kok wajahnya galak begitu?" Dhimas mendekati kekasih dengan tangan terentang yang langsung ditepis.

       "Caramu norak tahu!"

       "Kok norak? Romantis kali Non," sahutnya percaya diri.

        "Romantis dari Hongkong, fals gitu," Dhimas malah tertawa lepas, dipeluknya sang gadis dengan mesra. Kali ini Danurdara diam saja.

        "I love u, Honey," bisiknya lembut. Danurdara tetap diam tidak menjawab, Dhimas tidak tersinggung dengan sikap acuh kekasihnya itu. Dengan berani, laki-laki itu mencoba keberuntungan. Bibirnya menjelajah tengkuk sang gadis, Danurdara mencoba menolak keintiman yang ditawarkan Dhimas.

        "Dhim, jangan begini," tolaknya menghindar. Dhimas bergeming, lengan kokohnya mempererat pelukannya, mengunci tubuh Danurdara, menciumi tengkuknya.

        "Aku hanya ingin menciummu sayang," desah Dhimas sebelum melumat bibir merah didepannya. Danurdara tidak kuasa menolak, Dhimas sudah menguasainya. Mereka bukan anak kecil, tiga tahun menjalin hubungan terkadang Dhimas menuntut romantisme layaknya sepasang kekasih. Selama masih wajar, seperti ciuman Danurdara masih  menerimanya.

        Tok..tok..tok..ketukan di pintu menghentikan aktivitas mereka. Danurdara segera melepaskan diri dari Dhimas dan bergegas membuka pintu. Di balik pintu, Rajasa menatap mereka dengan sorot menyelidik. Dhimas balas menatapnya tajam, aura permusuhan selalu saja hadir dalam perjumpaan mereka. Melihat kedua anak manusia di depannya berdiri dengan posisi tidak wajar, Rajasa mencium terjadi sesuatu di antara mereka. Dengan cuek, laki-laki itu melangkah masuk, meletakan makanan yang dia bawa di atas meja.

        "Nih, gue buatin nasgor spesial buat merayakan lamaran romantis kalian," sindirnya sinis.

         "Makasih Bang, tahu aja Gue laper," sahut Danurdara. Bersyukur laki-laki itu bisa membaca situasi, kalau tidak dia tidak tahu apa yang akan terjadi.

        "Jangan lupa dimakan, lamaran romantis gak otomatis membuat perut kenyang,"

        "Maksud Lo, apa?" Tanya Dhimas terpancing. Rajasa mengangkat bahu, kemudian  berlalu meninggalkan ruangan itu. Danurdara tersenyum tipis melihat perdebatan kedua laki-laki itu.

         "Kenapa tersenyum, kamu suka sama dia?" Tanya Dhimas sewot.

         "Cemburumu gak lucu, makan ah lapar," sahut sang gadis santai. Lalu duduk, dan mulai melahap makanan kesukaannya, mengabaikan protes laki-laki labil yang tengah terbakar cemburu.

                    ***

Malam reader, bagaimana ceritaku alay gak?
Hahaha.. aku memang lagi belajar menulis yang agak lain. Menanggalkan kekakuan bahasa, lu gue itu bukan aku banget tapi pingin keluar dari zona nyaman. Terus gaya tokohnya yang sedikit beda dari biasa juga, cuek dan lebih gaul. Kasih masukan dong... biar lebih baik dan baik lagi.

Makasih yang sudah baca...

Salam literasi

All About Danurdara (LENGKAP Alias Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang