Urusan bisnis Danurdara dengan kedua fotografer ganteng, Bimasena dan Damar berjalan lancar. Seminggu setelah pemotretan selesai, Damar datang membawa foto the Jadoel kafe dalam bingkai kuning emas.
"Bagus banget, terima kasih Mas Damar. Jadi merepotkan," Damar tersenyum senang, gadis yang diam-diam disukainya menerima pemberian dengan senang hati.
"Sama-sama Mbak, klien kami senang dengan hasil pemotretan di kafe ini. Malah ada temannya yang mau ikutan foto prewed di sini. Tidak keberatankan kita kerjasama lagi?" Ujarnya dengan wajah senyumnya.
"Boleh Mas, jadi promo gratis kami juga kok. Sekali lagi terima kasih," Laki-laki murah senyum itu mengedarkan pandangannya ke salah satu sudut kafe. Sebuah senyum kembali menghiasi bibirnya, Danurdara mengamati apa yang dilakukan Damar.
"Mas Damar, ada yang lucu ya?" Damar tersentak dari lamunannya.
"Eh gak apa-apa, maaf tiba-tiba ingat sesuatu," kilahnya gugup.
Danurdara, gadis cantik bersahaja didepannya ini yang membuatnya bahagia. Melihatnya saja, dia merasa bahagia apalagi bisa memilikinya? Duh, mikir apa kamu Damar. Sadar, ngaca seleramu bagus tapi terlalu tinggi. Gak ingat apa, laki-laki yang begitu posesif mengawasi mereka saat pemotretan?
"Kalau saya minta tolong Mas Damar dan mas Bima yang membuat foto prewed saya bisa, Mas?" Pertanyaan malu-malu Danurdara membuyarkan mimpi Damar.
"Prewed, kapan Mbak?" Tanyanya balik dengan hati berdebar. Jadi, dia sudah mau menikah?
"Belum tahu sih, Mas. Nanti saya bahas dulu waktunya dengan calon suami saya," jawabnya diplomatis. Padahal sebenarnya Danurdara ngomong kapan pun, Dhimas pasti akan setuju. Sejak kemarahan Danurdara waktu itu, pengacara muda itu menjadi sangat penurut.
"Oke, kabari saja kalau sudah tahu waktunya," sahutnya sok kuat.
"Pasti, nanti saya kabari," sahutnya.
"Baik, karena urusan sudah selesai. Saya pamit, sekali lagi terima kasih kerjasamanya," pamitnya tanpa melepas senyum manis di wajah gantengnya. Mereka bersalaman hangat, lalu Damat berbalik membawa kekecewaannya.
"Lo jadi pergi dengan Dhimas?" Danurdara melonjak kaget. Tanpa dia sadari, Rajasa sudah berdiri disampingnya.
"Jadi, ini mau siap-siap terus berangkat," Rajasa menatap lekat bos cantiknya, seperti ada yang ingin disampaikan tetapi tertahan.
"Kenapa Bang?"
"Gak apa-apa, hati-hati di jalan," Laki-laki berambut ikal itu berbalik meninggalkan Danurdara yang menatapnya heran. Dua laki-laki yang baru saja dia temui, keduanya bersikap sama-sama aneh.
Danurdara mencoba tidak memikirkan sikap aneh Damar dan Rajasa. Seperti yang dikatakan pada Rajasa, gadis itu segera bersiap. Mereka berjanji akan bertemu di butik pilihan Ajeng.
"Oya Put, Tasya gak datang lagi ya?" Putri, karyawan kepercayaannya sekaligus kasir di kafenya malah tersenyum sinis.
"Ditanya baik-baik, kok jawabnya gitu,"
"Aku belum jawab kali, Bos," sahutnya menyebalkan. Danurdara geleng-geleng kepala.
"Ya udah, gue berangkat. Kalau ada apa-apa koordinasi aja sama abang," Putri mengangguk.
"Anak singa dipelihara," lirih Putri yang sempat ditangkap Danurdara
"Kenapa Put?"
"Enggak Mbak, mending Mbak Dara cepet berangkat. Makin macet lho.." usirnya pada sang Bos. Danurdara melenggang santai meninggalkan Putri yang menatapnya kasihan.
Benar kata Putri, jalanan Jakarta menjelang waktu makan siang cukup padat. Sejujurnya Danurdara tidak suka harus meninggalkan kafe saat makan siang, tetapi titah ibu suri tidak mungkin dia bantah.
Sejak obrolan malam itu, Danurdara mencoba memahami apa yang diinginkan ibunya. Meski semakin mendekati hari pernikahannya, hati gadis cantik itu semakin ragu. Cintanya pada Dhimas sudah menghilang bahkan sebelum pertunangan mereka.
Butik yang dia tuju, tinggal beberapa meter lagi. Notifikasi pesen whassap beruntun mengganggu konsentrasinya. Danurdara menghentikan mobilnya tepat di depan butik, dan membuka gawainya.
"Laki-laki seperti ini yang lo inginkan jadi suami?"
Pesan tidak bernama itu, diikuti kiriman beberapa foto Dhimas sedang bermesraan dengan seorang perempuan.
***
Kacau dah, Dhimas parah!
Kalau kalian jadi Danurdara, apa yang akan kalian lakukan?Laki-laki... hahhaha... tauk ah..
Ngantuk..Makasih sudah baca
Salam literasi
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Danurdara (LENGKAP Alias Tamat)
Chick-LitDanurdara Agni Pratista Cinta, silahkan berakhir dan pergilah! Aku tak butuh cintamu, tak terima pengkhianatanmu. Cukup bagiku jika kamu pergi menjauh Pengkhianatan, adakah kamu masih mau menghancurkanku? Bahkan ketika kau tabur itu lewat gen yang m...