Danurdara menerima ajakan Dhimas makan malam di tempat romantis pilihan calon suaminya dengan terpaksa. Laki-laki berkacamata itu menjemputnya tanpa pemberitahuan, dan gadis itu dipaksa harus mengikuti kemauannya. Padahal kafe sedang sibuk, hari ini ada tamu spesial membooking separo kafenya untuk acara ulang tahun. Dhimas tidak mau tahu alasannya. Laki-laki itu terus mendesak kekasihnya menuruti kemauannya. Katanya setiap hari Danurdara sudah mengurusi kafe, sekarang saatnya mengurusi calon suaminya.
Danurdara merasa semakin hari, laki-laki itu semakin menyebalkan. Sejak mereka bertunangan, Dhimas banyak mengatur dan menguasai kehidupannya. Keegoisannya diperlihatkan dengan jelas, ada-ada saja hal kecil yang membuatnya marah dan selalu minta dinomorsatukan. Persis seperti anak kecil yang suka ngambek kalau keinginannya tidak dipenuhi. Masalah akan menjadi semakin rumit jika sang mama mulai ikut campur.
"Kamu harus belajar menurut sama calon suamimu, sebentar lagi kalian akan menikah," Beh, kayak zaman Siti Nurbaya saja! Apa gunanya Raden Ajeng Kartini memperjuangkan emansipasi wanita, jika perempuan sendiri yang membuat mereka diperhamba, omel Danurdara dalam hati.
"Tapi Ma, Dhimas suka seenaknya. Tidak bilang dulu, langsung aja mengajak pergi," bantah Danurdara membela diri.
"Namanya juga surprise, mana ada ngomong dulu," jawab si mama kekeuh. Gadis cantik itu mendengkus kesal.
"Memang mama mau dipaksa mengikuti papa kemana pun," dumelnya jengkel. Sesaat sang mama terdiam, wajahnya terlihat pucat. Sayang si putri sulung tidak sempat menyadari perubahan wajah itu.
"Kalau papamu mau, mama pasti ikuti," desah Ajeng terdengar lirih. Danurdara mengawasi sang mama heran, ada yang lain dari cara perempuan paroh baya itu menyampaikan pesan.
"Perempuan itu harus bisa menjadi pendamping laki-laki, penyemangat sekaligus melayani pasangan dengan baik. Atau kamu akan menyesal menjalani kehidupan kalian,"
Kalau mama sudah bicara, gadis dua puluh lima tahun itu terpaksa mengikuti kemauan calon suaminya, sehingga dengan terpaksa juga dia sering meninggalkan kafe, seperti malam ini. Untunglah ada Rajasa dan Putri yang bisa diberi tanggungjawab mengelola kafe.
Disinilah dia sekarang, di resto hotel bintang lima bersama laki-laki yang sangat sibuk dengan gawainya. Sikap berlawanan yang Dhimas lakukan ketika memaksanya ikut ke sini. Makanan yang terlihat mengiurkan, sama sekali tidak bisa memperbaiki moodnya.
"Kok gak dimakan, masih marah ya?" Sudah tahu masih nanya, jawabnya dalam hati.
"Please Honey, tidak setiap hari Mas minta waktu kamu. Apa salahnya kita makan malam berdua mumpung mas lagi gak sibuk," ujarnya dengan wajah memelas.
"Gak sibuk tapi gawainya gak ada matinya," sahut Danurdara ketus.
"Maaf, ini ada klien yang agak rewel. Maaf ya?" Dipeluk dan dikecupnya puncak kepala sang gadis dengan mesra. Perasaan Danurdara menghangat menerima perlakuan romantis calon suaminya. Kejengkelannya sedikit mereda, Danurdara belajar berkompromi dengan hatinya.
"Makan yuk! Apa kamu mau ganti menu? Sepertinya makanannya sudah dingin," tawar Dhimas mencoba merayu. Buat pengacara berduit seperti Dhimas, membuang makanan bukan masalah besar tetapi tidak buat Danurdara. Gadis penyuka kuliner itu sangat menghargai makanan, karena dia tahu perjuangan para chef mempersiapkannya. Apalagi jika mengingat banyak orang tidak seberuntung mereka, bisa menikmati apa pun yang mereka mau tanpa harus berjuang keras atau berpikir besok akan makan apa.
"Sayang, kok malah melamun. Mikir apa sih?" Dhimas menangkup tangan Danurdara yang tertelungkup di atas meja. Matanya menatap lembut gadis yang membuatnya jatuh cinta sejak pertama kali bertemu, lima tahun lalu. Gadis cantik berhati mulia meski kadang terlihat jutek.
Sesungguhnya Dhimas sangat mencintai Danurdara, sejak tetapi ada rasa lain yang membuatnya ingin menguasainya. Rasa yang tidak dia sadari akan menghancurkan hubungan mereka.
***
Yes, akhirnya setelah molor tiga hari bisa update lagi.
Gimana belum ada yang kangen kan sama Danurdara atau sama Dhimas?
Author akan mencoba mengejar ketinggalan dua part lag.. doakan ya..Salam literasi
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Danurdara (LENGKAP Alias Tamat)
Literatura FemininaDanurdara Agni Pratista Cinta, silahkan berakhir dan pergilah! Aku tak butuh cintamu, tak terima pengkhianatanmu. Cukup bagiku jika kamu pergi menjauh Pengkhianatan, adakah kamu masih mau menghancurkanku? Bahkan ketika kau tabur itu lewat gen yang m...