No Tolerance (2)

1.1K 107 4
                                    

        "Dara, tolong beri Dhimas kesempatan sekali lagi Nak? Mama mohon. Kamu dengar sendiri kan, Dhimas sudah berjanji untuk tidak mengulang lagi?" Hanum ikut merayu Danurdara.

        "Maaf Tante, Dara tidak bisa," jawab gadis berambut panjang itu tegas.

        Matanya tidak lepas dari Dhimas, laki-laki yang sudah mengkhianatinya. Bayangan tubuh Dhimas bersatu dengan Tasya kembali melintas, tubuh Danurdara goyah. Dipegangnya tiang pintu kuat agar tidak jatuh.

       "Dara," serempak mereka berteriak memanggil namanya.

       Reflek Dhimas menahan tubuh gadisnya yang hampir jatuh. Danurdara menolak halus, tidak sudi disentuh laki-laki yang sudah memberikan tubuhnya untuk perempuan lain. Bagus segera mengambil alih tubuh anak gadisnya.

        "Kita pulang Pa," pinta Danurdara lirih. Bagus menurut, dituntun putri sulungnya perlahan.  Hayu yang baru saja sampai di belakang Dara, memegang di sisi satunya. Ajeng mengikuti dari belakang.
      
        "Sayang, please maafkan mas," Dhimas mengejar Dara, namun ditahan oleh Ajeng.

        "Berikan saja sayangmu untuk perempuan itu. Dara tidak pantas bersanding denganmu!" Sentak Ajeng kasar. 

        "Dhimas mencintai Dara, Ma. Jangan pisahkan kami," mohonnya lebay. Ajeng tertawa sumbang.

        "Cinta? Baru tahu kalau berselingkuh itu bukti sebuah cinta? Kamu benar-benar lucu. Selama ini aku yang buta, Dara benar. Kamu hanya mencintai dirimu sendiri. Kamu tidak pernah mencintai anakku. Lucu, kamu yang melakukan kesalahan, kok merasa menjadi korban!" Tandas Ajeng membuat keluarga Harsanto terkesima.

        "Satu lagi, jangan pernah memanggilku Mama lagi!" Dhimas terkulai lemas.

        Selama ini Ajenglah yang selalu membelanya, membantunya meluluhkan hati Danurdara setiap kali mereka bermasalah. Dhimas menangis, menyesali kebodohannya menghancurkan hati gadis yang sangat dicintainya.

        Ajeng berbalik, mengejar suami dan anak-anaknya. Airmata yang dari tadi ditahan tidak terbendung lagi, butiran bening itu mengalir di pipi. Dilirihnya anak gadisnya yang hari ini terlihat rapuh.

         "Maafkan Mama Ra, mama sudah menjerumuskan kamu,"

        "Gak apa-apa Ma, Dara baik-baik saja," Danurdara berusaha tersenyum. Jawaban Dara membuat Ajeng semakin merasa bersalah. Ibu seperti apa aku?

        Hayu memeluk Danurdara erat, membiarkan kepala saudara perempuannya itu menempel dipundaknya. Selama ini, Danurdaralah yang menjaganya. Sungguh tidak dia sangka, kakak yang sangat baik hati itu mempunyai hubungan percintaan yng buruk.

        Perlahan mobil bergerak meninggalkan rumah mewah itu. Meninggalkan keluarga calon besannya yang menatap kepergian mereka dengan berbagai ekspresi.

         Setelah mobil Bagus menghilang, Harsanto mengalihkan pandangannya ke arah Dhimas tajam. Anak muda itu menunduk, tidak berani melawan tatapan ayahnya.

         "Apa yang akan kamu lakukan sekarang?" Dhimas mendongak, wajah ayahnya masih mengeras. Hanum bersikap waspada, kuatir suaminya akan menghajar anak kesayangannya lagi.

        "Maksud Papa?"

        "Kamu menyerah begitu saja? Tidak banyak gadis seperti Dara di Jakarta ini, dan kamu mau melepaskannya? Kamu ganti dengan perempuan gampangan yang kamu tiduri kemarin?" Sindir Harsanto pedas.

        Dhimas terdiam, apa yang diucapkan papanya benar. Danurdara gadis istimewa yang pernah dia kenal. Tiga tahun bersama, Dara menjaga dirinya dengan baik. Untuk dapat menciumnya saja, Dhimas harus berjuang keras. Terlalu banyak tipu daya yang sudah dia lakukan untuk mendapatkan hati dan ciuman gadis itu.

         "Papa benar Dhim, mama suka gadis seperti Dara. Sederhana dan mandiri, pas untuk menjadi pendampingmu yang agak rewel dan manja," Hanum ikut menimpali.  Merasa mendapat dukungan Dhimas kembali bersemangat.

         "Dhimas akan berusaha mendapatkannya lagi," sahutnya mantap.

         "Caranya? Mamanya bahkan sudah tidak sudi melihatmu, apalagi Dara!" Dhimas terdiam sesaat. Menimbang dan memikirkan langkah selanjutnya.

         "Pikirkan baik-baik. Jangan gegabah! Tentang gadis itu, singkirkan. Papa tidak mau dia ada di antara kita!" Ancamnya serius.

       "Kalau kamu tidak bisa melakukannya, Papa sendiri yang akan turun tangan,"

       "Dhimas bisa tangani Pa," Harsanto mengangguk, lalu berbalik masuk rumah.

        "Berusahalah, mama akan membantumu," Dhimas tersenyum mendengar janji mamanya.

                         ***

Bayar utang ya..
Keluarga Harsanto tidak menyerah lho...
Lha iya lah, sayang banget melepas permata di tangan diganti batu kali hahaha..

Semangat Dhimas, kamu dapat saingan berat lho... Bimasena sudah mengambil hati Danurdaramu.

Salam literasi

        

All About Danurdara (LENGKAP Alias Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang