Bimasena

1.2K 104 6
                                    

       Pukul tujuh lebih Danurdara sampai di kafe setelah bertemu Saras di luar. Sahabatnya itu sedang malas bertemu Rajasa yang katanya semakin dingin padanya. Padahal menurut Danurdara sikap laki-laki itu biasa aja, Saras aja yang lagi baper.

       Lagu Perfect nya Ed Shearan, mengiringi langkah sang pemilik masuk kafe yang semakin ramai dibanding tadi siang. Maklum, ini Jumat malam banyak anak muda menghabiskan waktu karena besok libur. Putri berlari tergopoh menyongsong kedatangannya

       "Ada apa?" Tanya Danurdara begitu Putri didepannya.

       "Mbak, sudah ditunggu dua mas ganteng yang duduk di pojok sana," bisiknya lirih. Mata Danurdara beralih ke arah yang Putri tunjuk.

      "Yang mana?" Banyaknya pengunjung membuat gadis itu sulit menemukan orang yang dimaksud bawahannya.

       "Itu lho Mbak, yang memakai kaos hitam dan baju kotak-kotak itu," Danurdara masih tidak bisa melihat orang yang dimaksud Putri.

       "Kita ke sana aja," Danurdara langsung berjalan diikuti Putri. Semakin dekat, tamu yang dimaksud Putri mulai terlihat. Dua orang laki-laki sedang ngobrol asyik, di depan mereka hanya ada dua gelas kopi.

       "Selamat malam, maaf perkenalkan saya Dara," sapanya sopan begitu sampai di dekat tamunya. Keduanya menoleh, yang memakai baju kotak-kotak tersenyum, temannya hanya menatapnya datar.

       "Oya selamat malam Mbak, kenalkan saya Damar dan ini teman saya Bima," Laki-laki bernama Damar berdiri, mengajaknya bersalaman. Danurdara menyambut uluran tangan tamunya dengan sopan. Lalu menyalami Bima yang tetap duduk di tempatnya. Pantatnya kayak ada lemnya aja.

       "Silakan duduk Mas. Maaf, sudah menunggu lama. Ada apa nih, apa yang bisa saya bantu. Kata Putri, Mas berdua menunggu saya," Putri tersenyum namanya disebut, matanya tidak lepas melirik kedua tamunya yang memang ganteng.

        Danurdara ikut duduk di kursi kosong di sebelah Bima, laki-laki itu menatapnya dingin. Gile, tatapan matanya cool banget. Danurdara merasa terintimidasi.

      "Bim, Lo aja yang ngomong," Damar menyenggol temannya. Bima menoleh, lalu kembali menatap gadis di dekatnya.

       "Kelihatannya pentingnya, bagaimana kalau kita bicara di kantor saya saja. Di sini agak berisik, mungkin akan sedikit mengganggu," tawar sang tuan rumah yang disambut hangat tamunya.

       "Boleh Mbak, terima kasih," lagi-lagi Damar yang menjawab. Bima menatap temannya seperti keberatan, yang ditatap malah nyengir.

      "Mari ikut saya," Danurdara berdiri, diikuti Putri dan kedua tamunya.

      Gadis cantik itu sempat berbisik sebentar kepada Putri untuk menyiapkan minuman buat tamu mereka. Putri mengangguk, lalu berjalan menjauh setelah sebelumnya melempar senyum manis untuk tamu gantengnya. Danurdara geleng-geleng kepala melihat tingkah over Putri.

        Danurdara membuka ruang kerjanya, mempersilakan kedua tamunya duduk di sofa. Mata elang Bima menjelajah sekeliling ruangan gadis itu, seperti mau menilai selera sang pemilik kafe. Beberapa lukisan dipajang di ruangan berukuran empat kali empat meter itu.

       "Lumayan juga seleranya," gumam laki-laki dingin itu pelan, sayangnya Danurdara mendengarnya.

        "Selera apa, Mas?" Bima menatapnya kaget.

       "Lukisan," suara beratnya membuat gadis itu merinding. Kok jadi deg-degan ya? Damar terlihat jengah, tidak enak melihat kelakuan temannya.  Segera ditarik temannya untuk duduk.

       "O lukisan, kebetulan suka," sahutnya enteng, tanpa mengatakan bahwa itu hasil karyanya sendiri. Kalau sedang tidak sibuk, Danurdara suka melukis di studio yang disediakan ayahnya.

       Laki-laki itu mengangguk paham, dengan santai dia duduk sofa panjang. Damar duduk di sofa tunggal, terpaksa Danurdara duduk di sofa yang sama dengan laki-laki dingin itu. Tidak lama, Putri masuk membawa tiga cangkir kopi dan makanan kecil. Setelah meletakan bawaannya, Putri keluar.

      "Terima kasih, Mbak Putri," kata Damar yang disambut senyuman manis gadis itu. Rona merah menjalar di pipi putihnya, sepertinya Putri jatuh cinta.

                       ***
Malam reader, authot kasih cast nya ya.... berhubung author pencinta produk dalam negeri dan mengagum berat dulu aktor watak ini jadi author pake doski.
Maaf, kalau terlihat lebih tua dari usia dalam cerita.

         Si dingin Bimasena

        Damarlangit alias Damar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        Damarlangit alias Damar

Gimana, pas gak? Author pernah deg2an tiap lihat doi difilm hahhaha...

Salam literasi

All About Danurdara (LENGKAP Alias Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang