Jealous

1K 101 2
                                    

        "Lepaskan!" Dhimas membentak laki-laki memegang tangannya. Mata Danurdara yang sempat terpejam, perlahan terbuka.

        "Bima," desis Damar lirih. Pukulan Dhimas masih terasa nyeri, pelipisnya sedikit berdarah karena pukulan Dhimas menekan kacamatanya.

        Danurdara terkesima, Bima tengah menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Dadanya bergemuruh, bersyukur sekaligus senang. Sejenak gadis itu melupakan Dhimas yang saat ini sedang menatapnya tajam.

       "Dasar jalang!" Reflek Bima menarik tangan Dhimas sehingga laki-laki itu meringis kesakitan. Bima tidak suka Danurdara dihina laki-laki mana pun, termasuk Dhimas.

       "Laki-laki seperti kamu tidak pantas mendampingi Dara. Pergi, atau kupatahkan tangan kirimu!" Bentak Bima kasar. Dihentakan sekali lagi tangan laki-laki sombong itu.

       "Argh, siapa kamu?" Sentak Dhimas marah. Bima menyeringai, satu rencana gila melintas dibenaknya.

        "Siapa gue? Kenalkan, gue pacar Dara. Mungkin sebentar lagi akan jadi suaminya," Semua memandang Bima tidak bersuara, Damar terdiam tidak percaya dengan apa yang didengarkan.

        "Bajingan!" Kemarahan Dhimas semakin tidak terbendung. Sekuat tenaga dia berusaha melepaskan diri tetapi pegangan Bima semakin kuat.

        "Kamu tidak apa-apa sayang?" Bima memegang pundak Danurdara dengan satu tangannya yang bebas. Danurdara terdiam, tidak menyangka Bima akan mengatakan pengakuan bohong itu.

        "Maaf Mas, sebaiknya dilanjutkan di luar saja. Pengunjung kami terganggu," seorang laki-laki berdasi mendekati mereka. Bima menoleh, berangsur wajah keras mengendur.

        "Maaf Mas, jadi mengganggu," mohon Bima tulus.

       Dilepaskan pegangannya, Dhimas terhempas ke samping. Dikibaskan tangannya dengan mata nyalang menatap gadis yang sekarang berada dalam pelukan laki-laki lain. Dadanya terasa sesak, karena kebodohannya gadis yang dicintainya lepas dari genggaman. Tetapi semua belum berakhir, Dhimas masih akan berjuang mendapatkannya lagi.

        "Dengar, aku tidak akan melepaskanmu begitu saja. Tunggu pembalasanku," Ancamnya lalu melangkah keluar dengan langkah cepat.

        "Huuuuuu," Pengunjung yang dari tadi hanya diam menonton menyorakinya.

        Bima membungkuk hormat, pengunjung malah bertepuk tangan menyambut salamnya. Bima menghalau Danurdara kembali ke kursinya di ujung, gadis itu masih syok.

        "Lo, sudah lama di sini?" Tanya Bima pada Damar, yang ditanya hanya mengangguk samar.

        Semua yang baru saja dilihatnya, membuat pikirannya buntu. Bersaing dengan Dhimas akan jauh lebih mudah, tetapi Bima sahabatnya sendiri. Tidak mungkin, Bima terlalu baik untuk dijadikan musuh.

        "Kenapa Lo, kok jadi gagu?"

        "Gak apa-apa. Eh, kapan kalian jadian?" Tanyanya polos. Bima tergelak, jadi itu yang membuat Damar diam saja dari tadi.

        "Kenapa tertawa?" Dipicingkan matanya memandang sahabatnya tidak percaya. Bima yang biasa kalem tiba-tiba jadi aneh begini. Berani lagi meluk Dara di depan umum.

        "Lo aneh, mana mungkin gue merayu tunangan orang," Tapi bohong besar, aku bahkan sudah menciumnya beberapa minggu yang lalu, katanya dalam hati.

      Hasrat itu kembali lagi melihat gadis yang dirindukannya tersakiti. Mati-matian Bima menahan diri untuk tidak mengganggu Dara lagi. Tidak menghubungi gadis itu meski rindu menyerangnya.

      Keinginan datang ke kafe selalu ada, tetapi tidak dia lakukan. Bima hanya bisa melihat gadis itu dari jauh, menunggunya berjam-jam di seberang kafe sampai Danurdara keluar dan kembali ke rumahnya.

        Bima menghargai ikatan yang dimiliki Dara dan Dhimas. Dia bertekad untuk tidak melanjutkan kesalahan hatinya, mencintai perempuan yang sudah terikat dengan orang lain.

        Danurdara menatapnya bingung, Bima tersenyum lembut. Sementara Damar hanya melihat interaksi intim dua manusia di depannya, Damar yakin sudah terjadi sesuatu di antara mereka.

       "Maaf, terpaksa mengarang cerita yang mungkin akan membuat hubungan kalian memburuk," ujarnya lembut.

        Damar terpaksa menajamkan pendengarannya, semua yang didengar dan dilihat nyata. Itu Bimasena Damar Narayana sahabatnya dari kecil. Bahkan nama mereka pun sama, apakah cinta mereka akan berlabuh dihati yang sama?

                    ***
Triple update
Kalau ini kulakukan untuk Namaku Daito pasti pada kegirangan. Penunggunya banyak, lapak ini sepi.
Gak apa-apalah, namanya juga jualan. Padahal aku merasa konflik cerita ini lebih oke drpd Daito.

Eh apa ganti judul yang lebih sensasional, biar booming?

Ada yang mau usul judulnya apa? Aku gak pinter buat judul..

Oke lah, alon-alon waton kelakon.

Salam literasi

All About Danurdara (LENGKAP Alias Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang