Is it possible

811 74 0
                                    

       "Bim, Bapak bisa bicara sebentar di luar?" Ajakan Bagus membuyarkan lamunan putranya.

       Bima mengalihkan pandangannya kepada sang ayah yang tertunduk lesu. Dara mengikuti pandangan mantan kekasih dua harinya itu.

        "Papa sakit?" Tanyanya kuatir.

        "Gak, Papa baik-baik saja," elaknya tersenyum.

       Mereka bertiga saling berpandangan, Ajeng memperhatikan ketiganya dari tempat duduknya. Perempuan itu merasa ada yang aneh dari pandangan mata ketiganya. Tetapi apa?

        Untuk apa suaminya mengajak teman atau kekasih anaknya keluar, pada saat keadaan genting seperti ini? Bukankah urusan Hayu lebih penting daripada hubungan Dara dengan Bima? Sejak kapan Bagus mengenal Bima, mereka terlihat cukup dekat.

        "Papa pinjam Bima sebentar ya," kata Bagus minta izin yang dibalas anggukan oleh Dara.

        Bagus berdiri, diikuti Bima dan Dara. Bima terlihat kembali menggemggam tangan Dara erat. Matanya mengatakan, tidak apa-apa. Dara mengangguk.

        Mereka berdua keluar diiringi tatapan curiga Ajeng. Ada apa dengan mereka?

         Bagus membawa Bima ke kedai kopi kenamaan di Dunia yang ada di lantai bawah rumah sakit. Mencari tempat di sudut agar bisa leluasa berbicara dengan putranya yang baru ditemui tadi pagi. Sampai pesanan terhidang di atas meja, mereka masih saling diam.

        Bima tahu ayahnya sedang berpikir keras, wajah kuatirnya menjelaskan itu.  Sepertinya penyakit Hayu cukup serius, kalau tidak laki-laki di depannya itu tidak akan seserius itu.

        "Pak, ada apa?" Bagus tersentak, sepertinya dia sedang melamun.

        Laki-laki itu mendesah lirih, menatap putranya sejenak lalu membuang pandangannya kembali ke tempat lain. Bima menatap ayahnya tidak berkedip. Rasa kasihan menyelinap diam-diam dalam hati. Peristiwa beruntun hari ini pasti membuatnya tertekan.

        "Apa yang bisa Bima bantu," ujarnya menawarkan diri.

        Bagus mengalihkan matanya kepada putranya. Tidak percaya anak yang diabaikannya dua puluh enam tahun lalu, menawarkan bantuan yang belum tahu bentuknya. Seharusnya kamu marah pada bapak Bim, biar bapak tidak semakin merasa bersalah, jerit hatinya.

        "Maafkan Bapak, Nang," bisiknya lirih namun sampai di telinga Bima dengan sempurna.

         Panggilan itu? Hatinya menghangat, ibu sering memanggilnya seperti itu, selain memanggil mas di depan saudara atau keluarga yang lain. Bima anak tunggal, tetapi Adriani mengambil beberapa anak angkat dari keluarga sehingga Bima dianggap anak sulung bagi mereka.

        "Bapak sudah mengatakan itu dari tadi pagi. Untuk apalagi permintaan maaf kali ini?" Tanyanya membuat Bagus terhenyak.

        Benar, dari pagi puluhan maaf sudah dikatakannya pada kedua anaknya. Untuk apa permintaan maafnya kali ini?

       Apa yang dipikirkannya, tegakah dia menyampaikan keinginan gilanya itu? Kemungkinan Bima memiliki golongan darah yang sama dengan Hayu cukup besar. Seingat Bagus, golongan darah Adriani O, jadi kemungkinan golongan darah Bima A atau B.

          Masalahnya, maukah anak laki-lakinya membantu bapak yang sudah membuatnya menderita selama 26 tahun? Maukah Bima menjadi donor untuk Hayu, anak perempuan yang mengambil bapaknya?

         "Pak, Hayu sakit apa?" Lagi-lagi pertanyaan Bima membuyarkan lamunan Bagus.

         "Gagal hati," sahutnya lirih.

         Bima mengeryitkan dahinya, gagal hati? Beberapa waktu lalu dia sempat bertemu gadis ceria itu. Seperti tidak ada tanda-tanda sakit, apakah bapaknya tidak sedang bercanda!

         "Maksudnya apa? Gagal hati, separah apa?" Bagus menatap putranya lekat.

         Melihat pandangan ayahnya, Bima tahu jawabannya tidak akan menyenangkan. Lalu apa maksud ayahnya mengajaknya bicara?

         "Tidak ada jalan keluar? Second opinion Pak, cari dokter lain,"

        Bima mencoba memberi jalan keluar. Laki-laki muda itu masih tidak percaya, gadis ceria yang belum sempat disapanya sebagai adik divonis dokter gagal hati.

        "Hasil pemeriksaannya sudah sangat jelas,"

        "Second opinion tetap penting Pak, atau pindahkan ke Singapura. Mungkin ada jalan keluar,"

All About Danurdara (LENGKAP Alias Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang