Hai hai hai... author muncul ini, pas lagi mentok dengan ide cerita baru wkwkwk.. bukan pelampiasan lho...
Sesuai janji aku, mau nambahin dikit aja chapter, biar pada gak sedih ceritanya ngegantung. Ngomong-ngomong tentang kisah menggantung, aku tuh suka kisah begitu. Berawal dari zaman masih imut (sekarang amit-amit), suka nonton drama seri Jepang. Dulu gak ada drakor, yang ada Jepang macam Oshin, Tokyo Love Story, apalagi ya.. entah lainnya lupa. Nah, cerita Jepang itu kebanyakan gak heppy ending lho... dan itu sah-sah saja! Kenyataan hidup gak selalu sama dengan yang kita minta kan?
Oke, happy reading aja ya..
****
Danurdara memang menginginkan Bima menjadi kekasihnya, mungkin juga suaminya. Namun fakta Bagus bukan ayah kandungnya, jauh lebih menyakitkan. Laki-laki yang selama 25 tahun mendampinginnya, ternyata ayah Bima dan Hayu, bukan ayahnya.
Semua orang tahu, Bagus lebih menyayanginya daripada Hayu. Dia juga lebih dekat dengan sang ayah daripada Ajeng, ibu kandungnya. Sekarang, apa yang harus dilakukannya? Danurdara menjadi canggung dan malu, sudah mengambil hak Bima dan Hayu.
Berhari-hari Danurdara menghindari Bagus dan Bima. Gadis cantik itu menghabiskan waktunya di kafe, berangkat lebih pagi dan pulang lebih malam. Telpon kedua laki-laki yang dicintainya itu, diabaikannya. Hanya pesan yang masih dibalas secukupnya. Danurdara tidak tahu harus bersikap bagaimana?
Bersyukur, Bagus dan Bima tidak mengejarnya. Mereka seperti memberi ruang untuk Danurdara menata hatinya. Memang Ajeng yang salah, tetapi Danurdara merasa dialah sumber masalahnya. Kalau saja dia tidak ada?
Ting, satu notifikasi pesan masuk, Danurdara menatap malas benda pipih yang tergeletak di atas meja kerjanya. Sudah jam 11 malam, hening di sekelilingnya, kafe sudah sepi. Putri dan Rajasa yang biasa pulang paling akhir sudah pamit beberapa menit yang lalu. Danurdara minta keduanya mengunci semua pintu kafe.
Rajasa sempat memaksanya pulang, tetapi Danurdara beralasan masih ada pekerjaan. Akhirnya Chef andalannya itu menyerah, dan pulang lebih dulu. Dia sudah terlanjur berjanji menjemput Saras. Gadis itu akan marah besar jika dia membatalkannya, apalagi karena Dara. Rajasa malas melayani emosi kekasihnya itu. Sejak Dara dekat dengan Bima, Rajasa berusaha menerima gadis sahabat Danurdara itu.
Beberapa notifikasi pesan kembali masuk, Danurdara masih enggan membukanya. Sepuluh menit kemudian, gawainya kembali berbunyi. Mas Bima calling... Danurdara mendesah, haruskah menerima panggilan laki-laki yang dirindukannya itu? Sampai panggilan terputus Dara tidak juga mengangkatnya.
Bima tidak putus asa, suara panggilan dan notifikasi masuk secara bergantian. Sudah cukup lama Dara menyimpan kesedihannya sendiri, Bima merasa harus segera membantu mengurainya. Laki-laki itu menimang kunci yang diserahkan Rajasa sebelum pergi. Mungkin sekarang saatnya. Bima beranjak dari duduknya melangkah masuk ke area kafe. Membuka dan menutup kembali, pintu kafe yang menghalangi langkahnya. Tanpa menyalakan lampu, Bima berjalan perlahan menuju ruang kerja kekasihnya. Bima tidak ingin mengagetkan gadisnya.
Sorot lampu ruang kerja Dara terlihat dari kaca. Bima menghentikan langkahnya. Di hela napas panjang, mengurai sesak yang tiba-tiba datang. Laki-laki itu bisa merasakan sakit yang ditanggung pujaan hatinya. Dia sudah merasakan lebih dulu, saat tahu Dara anak bapaknya beberapa bulan lalu.
Bima juga sulit menerima keadaan itu. Marah, jengkel, benci, bercampur menjadi satu. Untungnya, perasaannya tertutupi oleh masalah Hayu. Semua sibuk mengurus gadis cantik, adik bungsunya itu. Tidak ada waktu untuk bermanja-manja dengan luka hatinya.
Kondisi Dara sangat berbeda. Bukan hanya hubungan mereka, tetapi juga hubungan kedua orangtuannya terancam bubar. Bima ingat ekspresi lega sang ayah, saat Ajeng menjelaskan semuanya.
Mereka memang mempunyai Hayu, tetapi Bagus tidak mencintai istrinya. Bagus masih mencintai ibu kandungnya. Ibunya juga begitu, Adriani masih setia pada Bagus yang sudah mengkhianati pernikahan mereka. Akankah mereka kembali menyatu?
Laki-laki muda itu kembali menghela napas, sebelum mengetuk pintu didepannya perlahan. Tidak ada jawaban. Bima kembali mengetuk, tetap tidak ada jawaban. Perlahan tangannya memutar gagang pintu, kepalanya menjulur ke dalam ruangan. Terlihat olehnya, Danurdara sedang tidur di sofa.
Tidurnya tenang, dadanya turun naik secara perlahan. Tangan gadis itu memeluk bantal sofa berwarna krem. Bima terpaku melihatnya. Kamu pasti sangat lelah berlari menghindariku dan bapak, bisik Bima lirih.
Bima mendekat, berjongkok di dekat kepala kekasihnya. Rindu yang memaksanya datang setiap malam, melihat Dara dari jauh. Mengantarnya pulang, meski tidak terlihat. Bima tidak pernah ingin memaksakan hasratnya, dia terlalu mencintai Dara. Dia hanya ingin menjaga sang gadis dengan matanya.
Wajah ayu Dara terlihat lelah. Lingkaran hitam pekat menghiasi di kedua matanya. Bima mendesah, dadanya bergemuruh. Ingin rasanya mencium, dan memeluk gadis cantik yang sekarang tidur nyenyak didepannya. Namun Bima menahan diri untuk tidak melakukannya.
Dara lelah, biar kan dia istirahat Mas, jaga dia saja, pesan ibunya kembali terngiang. Berikan dia ruang, dan waktu, agar dapat memgambil keputusan terbaik buat dirinya. Jangan memaksa karena cinta sejati tidak pernah memaksa.
Bima memutuskan mundur, menjauh dari tubuh sang kekasih. Duduk di sofa kecil didekat kaki Dara, bermaksud menunggu. Hingga kantuk menyerang, dan dia ikut tertidur.
****
Yes berhasil update, hasil wfo pp naik krl jadi bisa nulis dikit-dikit. Maaf hanya monolog, semoga gak kecewa.. update selanjutnya, moga-moga lebih seru.Makasih
Salam literasi
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Danurdara (LENGKAP Alias Tamat)
ChickLitDanurdara Agni Pratista Cinta, silahkan berakhir dan pergilah! Aku tak butuh cintamu, tak terima pengkhianatanmu. Cukup bagiku jika kamu pergi menjauh Pengkhianatan, adakah kamu masih mau menghancurkanku? Bahkan ketika kau tabur itu lewat gen yang m...