1

4.6K 233 2
                                    

Tinggal Di Rumah
Sang Pangeran Muda

SEORANG WANITA bertopi coklat memilih pergi dari rumah membawa koper menuju mobil di halaman depan rumah mewah itu. Ada seorang anak kecil yang mengejar wanita itu seraya berteriak memanggil mamanya menangis.

"Apa kamu ingin ikut bersama mama, Seokjin?" tanya wanita itu pada anaknya ketika berada di teras depan rumah.

Anak kecil itu menggeleng lalu kemudian mengusap wajahnya yang berlinang air mata. "Aku ingin tinggal bersama mama dan papa."

Wanita itu berlutut lalu mengusap wajah anak kecil itu dengan raut wajah memerah menahan tangis yang akan pecah.

"Mama dan papa tidak bisa bersama lagi sayang. Jadi, kamu harus memilih tinggal bersama mama atau papamu."

"Kenapa kalian tidak bisa tinggal bersama lagi? Apa karena aku yang nakal? Kalau itu alasanya. Aku berjanji tidak akan nakal lagi Ma."

Tangis wanita itu akhirnya tumpah juga. Dia menggeleng pelan pada anaknya. "Tidak sayang, kamu anak yang baik ini semua bukan salahmu."

"Lalu salah siapa Ma?"

Wanita itu menatap pada seorang pria dengan jas hitam yang berdiri tidak jauh dari mereka berdua. Matanya menatap tajam pada pria itu.

"Mama harus pergi sekarang sayang. Jadi, apa kamu ikut dengan mama?" tatap wanita itu dengan senyuman lembut.

"Tapi bagaimana dengan kakak? Dia masih sekolah. Kita harus menunggunya pulang."

Tiba-tiba seorang pria dengan setelan jas biru tua keluar dari mobil yang terparkir di halaman rumah itu. Pria itu berjalan mendekati mereka.

"Sayang kenapa lama sekali? Kita harus segera pergi," tutur pria itu menunjuk jam tangannya.

"Dia siapa Ma?" tanya anak kecil itu menatap pria tersebut.

"Dia yang akan menjadi papa barumu jika kamu tinggal bersama mama nanti."

Anak kecil itu melepaskan dirinya dari usapan tangan mamanya. Berjalan mundur beberapa langkah. "Papa baru?"

"Iya sayang," balas wanita itu tersenyum.

"Aku tidak mau papa baru!" tolak anak kecil itu lantang lalu berlari menuju ke dalam rumah.

"Seokjin!" panggil wanita itu melihat anaknya yang berlari menjauh.

"Dia sudah memilih dengan siapa dia akan tinggal begitu juga kakaknya," seru pria berjas hitam yang sedari tadi hanya menonton.

"Ayo sayang kita pergi," ajak pria berjas biru membantu wanita itu bangkit lalu mengajaknya masuk ke dalam mobil.

Gas mobil di hidupkan lalu tak berapa lama kemudian berjalan meninggalkan halaman rumah itu. Saat itu tiba-tiba turun hujan padahal langit bersinar cerah.

Pria yang sedang menyetir mobil melirik pada wanita yang sedang bersandar lemah pada kursi penumpang di sampingya. Wanita itu masih saja menangis.

"Suatu hari nanti mereka berdua akan tinggal bersamamu sayang. Tidak usah bersedih," tenang pria itu mengusap tangan wanita itu dengan tangan kirinya sementara satu tanganya yang lain masih sibuk menyetir.

"Sampai kapan?" tanya wanita itu berlinang air mata.

"Sampai mereka berdua tau semua kebenarannya."

"Mereka berdua pasti sangat membenciku."

"Semuanya pasti akan jelas suatu saat nanti. Pada saat itu mereka berdua akan memelukmu dengan bahagia. Untuk sekarang kamu harus menguatkan dirimu. Ini semua baru saja dimulai."

Wanita itu mengepalkan tanganya menatap pada luar kaca mobil. Saat itu hujan lebat di luar sana meski hari sedang cerah.

Mobil itu melaju kencang menerobos derasnya hujan. Membuat seorang gadis kecil dengan jas hujan dan payung di tangannya menoleh pada mobil itu. Dia hanya melihat sesaat pada mobil itu dan melanjutkan kembali perjalanannya. Pulang ke rumah.


♡♡♡

Suny melepas sepatu dan jas hujannya lalu setelah itu menaruhnya di rak sepatu dan gantungan. Tak lupa juga menaruh payung bewarna pinknya.

"Ibu aku pulang!" teriak Suny sembari berlari masuk ke ruang tengah.

"Kamu dari mana saja Suny? ibu khwatir," tanya Manda pada putrinya. Dia sedang sibuk berbenah dengan kardus-kardus berukuran besar.

"Aku tadi dari rumah temanku Bu. Sekalian pamitan 'kan kita akan pindah."

Manda tersenyum geli. "Tapi kita tidak akan pindah jauh dari sini Suny. Jadi kamu masih bisa bertemu dengan temanmu."

"Tetap saja kita akan pindah 'kan. Nanti kalau aku tidak memberi tau teman-temanku mereka tidak akan tahu rumah baru kita."

"Itu bukan rumah baru kita Suny. Ibu hanya akan bekerja di sana. Tuan rumahnya memperbolehkan kita untuk tinggal di sana."

Suny terlihat ingin berucap tapi tidak jadi lalu melangkah duduk ke kursi sofa. "Apa benar aku akan mulai bersekolah tahun ini Bu?"

"Berterima kasihlah pada majikan ibu. Dia berbaik hati membiayai sekolahmu. Kamu harus belajar yang rajin ya."

"Baik Bu. Aahhh... tidak sabarnya bersekolah pasti menyenangkan!"
seru Suny merebahkan dirinya di atas kursi sofa.

Terdengar ada orang yang mengetuk pintu. Manda buru-buru menghampiri. Samar-samar Suny mendengar percakapan ibunya dengan seseorang. Lalu langkah kaki ibunya terdengar menuju ke ruang tengah lagi.

"Suny ayo bergegas mobil truck pengangkut barangnya sudah datang."

Akhirnya semua persiapan untuk pindah sudah selesai. Hujan sudah reda beberapa saat yang lalu. Kini semua kardus-kardus besar itu sudah tersusun di bak belakang mobil truck.

"Suny ayo naik ke mobil," ajak Manda mengandeng tangan putrinya.

Suny menoleh pada rumah lamanya. Meski baru sekitar empat tahun tinggal di sana karena mereka sering berpindah-pindah tempat tinggal. Suny merasa agak sedih harus berpamitan dengan rumah sederhana mereka.

"Selamat tinggal." Suny melambaikan tangan pada rumah itu sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil truck.

Tidak butuh waktu lama mobil truck itu akhirnya sampai di depan gerbang rumah yang akan Suny dan ibunya akan tempati. Suny terkagum-kagum pada rumah itu. Karena dari luar saja terlihat sangat megah.

"Apa iya kita akan tinggal di sini Bu?"

"Iya sayang," balas Manda mengusap puncak kepala Suny dengan senyuman hangat.

Setelah mobil truck masuk ke pekarangan rumah megah itu Suny dan ibunya turun. Suny masih saja terkagum-kagum memandang sekeliling rumah itu.

"Suny kamu tunggu di sini sebentar ya. Ibu mau menemui majikan rumah ini dulu."

"Baik Bu," balas Suny lalu ibunya beranjak pergi. Sopir truck pengangkut barang terlihat mulai mengangkut kardus-kardus di dalam bak truck ke dalam rumah itu.

"Kamu siapa?" suara anak lelaki mengagetkan Suny membuat dia berbalik pada pada anak lelaki itu.

"Aku Suny," jawabnya tersenyum tipis.

"Kenapa kamu bisa di sini?"

"Ah itu aku ikut bersama ibuku. Dia akan bekerja di sini."

"Oh begitu." Seokjin terlihat melirik gadis itu dari bawah sampai atas. Suny mengedipkan matanya bingung diperhatikan seperti itu.

"Kalau kamu sendiri siapa?" tanya Suny ragu.

"Aku Seokjin. Papaku pemilik rumah ini."

"Benarkah? Berarti kamu tinggal di sini juga donk. Senangnya bisa punya teman seumuran."

Seokjin tidak membalas. Lalu Manda keluar dari rumah itu. "Suny ayo masuk," seru ibunya.

"Aku masuk ke dalam dulu ya. Senang bisa berkenalan dengamu," pamit Suny berlalu pergi. Seokjin hanya menatap kepergian Suny.

folow instagram @pangeranbulan__

My Prince Friend - Kim Seokjin BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang