"Rysha ... kok melamun. Rysha!"
Suara Ni Lisa dan sentuhannya di lenganku segera menyadarkanku dari kilas balik masa lalu, ketika pertama kali berjumpa dengan laki-laki itu.
"Eh, ... hmm, iya Ni," jawabku seperti orang linglung. Andika masih mengulurkan tangannya dan tersenyum.
'Jadi diakah tamuku malam ini? Apakah Andika bekerja di BIMBEL yang sama dengan Ni Lisa? Kenapa dia tidak pernah cerita kepadaku?' batinku.
"Kok melamun lagi! Andika ngajak kenalan itu," tegur Ni Lisa.
Aku pun menjabat tangan Andika, "Kabar baik. Ayo, ikut!" perintahku sambil menyeretnya keluar menuju teras diikuti tatapan heran Ni Lisa.
"Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau tidak memberitahukan kepadaku tentang masalah ini? Kita bertemu setiap hari tapi kau menyembunyikannya?" cecarku setengah berbisik sambil melotot ke arahnya.
Andika tersenyum, "Aku ingin memberikan kejutan. Eh, apakah aku tidak boleh datang? Bukankah sudah kukatakan kalau aku ingin melihat ibumu yang lagi sakit?" katanya sambil berbisik.
"Kau ke sini untuk melihat ibuku?" tanyaku sedikit bingung, "Bukan untuk ... "
"Dua-duanya," potong Andika cepat sambil menatapku.
"Eh, tapi ... " belum sempat aku melanjutkan perkataanku, tiba-tiba Ni Lisa berseru
"Kenapa kalian bisik-bisik di sana? Nanti ada setan lho," katanya sambil tertawa.
Aku pun berpaling ke arah pintu, Ni Lisa dan Ahya memperhatikan kami sambil tersenyum.
"Ayo, bawa masuk lagi tamunya!" perintah Ni Lisa.
"Apakah aku tidak boleh masuk, Kak Dewi?" dia menatapku sambil tersenyum menggoda.
'Dasar. Sekarang dia memanggilku Kakak. Waktu pertama kenal, panggil adek. Beberapa menit yang lalu, berani panggil nama saja. Sekarang balik lagi panggil kakak. Maunya apa sih,' batinku.
"Baiklah. Silahkan masuk, adikku," kataku sambil tersenyum manis.
Aku pun melangkah masuk di iringi tatapan ingin tahu Ni Lisa dan Ahya.
"Dia teman kerjaku di Mentari FM," bisikku.
Ni Lisa dan Ahya terlihat sangat terkejut dan saling pandang, tapi tidak berkata apa-apa. Di ruang tamu sudah menunggu semua anggota keluargaku. Andika menyalami mereka satu persatu.
"Jadi ini teman Lisa?" tanya ibuku yang duduk di kursi roda dengan raut wajah sedikit bingung, aku pun mengerti alasannya.
"Iya, Mak. Teman kerja di BIMBEL. Sudah seperti adik Lisa sendiri," jawab Ni Lisa.
"Tapi rasanya Mamak pernah jumpa," kata ibuku.
Aku berusaha menjelaskan kebingunan ini, "Iya Mak, ternyata teman Ni Lisa ini juga teman kerja Rysha. Dia pernah datang melihat Mamak waktu di rumah sakit."
"Nah, betulkan? Walau sakit begini, Mamak belum pikun," kata ibuku sambil tertawa.
"Wah, berarti dua pekerjaan ya?" tanya Da Ip dengan rasa ingin tahu.
"Iya, Bang. Saya kerja paruh waktu di radio. Malam hari baru mengajar di tempat yang sama dengan Ni Lisa," kata Dika memberikan penjelasan.
Bapak dan Yandi hanya mengangguk dan mendengarkan, bagaimanapun mereka senang ada tamu yang berkunjung ke rumah walau mereka belum tahu maksud kedatangannya. Andika langsung terlihat akrab dengan anggota keluargaku, mereka berbincang-bincang sambil tertawa. Aku dan Ahya segera pergi ke dapur untuk mempersiapkan makan malam.
"Jadi kakak udah kenal lama sama bang Dika?" tanya Ahya sambil tersenyum.
"Ya, sekitar empat tahun."
Sambil mengedipkan matanya, Ahya menyenggol bahuku, "Berarti diam-diam dia suka sama Kakak."
"Gak tahu. Dia tidak pernah bilang," jawabku sambil mengangkat bahu.
"Kadang cinta tidak perlu diungkapkan, Kak. Cukup dibuktikan saja. Malam ini dia datang, itu sebagai bukti kalau dia mencintai Kak Rysha," kata Ahya sambil berbisik.
'Benarkah dia mencintaiku? Bagaimana dengan Putri?' batinku.
Tiba-tiba wajah Putri Melisa melintas dalam pikiranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU BUKAN PERAWAN TUA
Romance(SUDAH TERBIT) Alhamdulillah. Cerita ini sudah menjadi sebuah Novel. Open PO tanggal 08 - 18 September. Harga PO Rp. 85.000. Harga normal setelah PO Rp. 95.000. BLURB Kenapa masalah jodoh ini menjadi begitu rumit? Rysha Dewi, seorang gadis usia 30...