Part 70 : Pengkhianat Cinta

124 11 0
                                    


Aldo memarkirkan mobilnya di jalan setapak, tidak jauh dari tempat kami duduk sambil menikmati keindahan pemandangan sore di Danau Maninjau. Diam-diam aku memandang wajah Aldo, dia tidak banyak bicara selama perjalanan ke sini. Bahkan, yang terucap di antara kami hanya pertanyaan basa basi.

Sebelumnya aku selalu membayangkan, seperti apa perjumpaan kami nanti setelah sekian tahun berpisah. Namun tidak pernah terpikirkan sama sekali untuk merasa asing satu sama lain, seperti saat ini. Bahkan kejutan akan sebuah lamaran pernikahan seperti yang diperkirakan Arina, tidak menunjukkan tanda sama sekali.

Perlahan, kutarik napas panjang. Kesunyian ini harus dihentikan. Sepertinya, aku yang harus memulai duluan.

"Kenapa kau tidak memberitahuku kalau balik ke Indonesia? Apakah kuliahmu benar-benar sudah selesai? Selama beberapa bulan ini, kau juga jarang menghubungiku. Ada apa?" Akhirnya semua pertanyaan yang tersekat di rongga dada itu keluar juga.

Aldo berpaling dan menatapku. Ada senyum di wajahnya, senyum yang terlalu dipaksakan. Dia masih belum menjawab pertanyaanku.

"Kenapa kau diam saja. Apakah kau menyembunyikan sesuatu?" tanyaku penuh selidik.

Dia pun menarik napas panjang. "Banyak sekali yang ingin kuceritakan , tapi tidak tahu harus mulai dari mana."

Aku menatap sinar matahari sore yang menyinari air danau, tiba-tiba mataku terasa panas.

"Selama ini, aku menunggu kau kembali. Hari perjumpaan kita selalu menjadi impianku. Namun ternyata, aku adalah orang terakhir yang mengetahui kedatanganmu. Sungguh aneh, bukan?" ujarku pelan.

"Maaf, aku tidak mengabarimu. Selama beberapa bulan ini, aku memang sibuk. Banyak hal yang harus aku lakukan," katanya, "kadang ... apa yang telah kita rencanakan, tidak sesuai dengan kenyataan," lanjutnya.

"Apa maksudmu? Bukankah kau berjanji untuk menikahiku setelah menyelesaikan kuliah?" tanyaku dengan suara bergetar.

Darahku tiba-tiba berdesir, perasaan tidak enak menjalari hati dan tubuh sehingga menimbulkan rasa gelisah. Tidak pernah sekalipun dalam benakku terlintas rencana untuk menikahi orang lain. Selama bertahun-tahun, aku selalu setia kepada Aldo dan tentu saja sangat mempercayainya. Bahkan jarak yang sangat jauh memisahkan kami, tidak membuat rasa cinta di hati luntur sedikit pun.

Aku pun segera berdiri. Aldo masih duduk merenung dan tidak berani menatapku sama sekali. Perlahan air bening tumpah dari kedua sudut mataku.

"Kau ... sudah lupa dengan janjimu? Apakah kau ...."

Aku tidak sanggup melanjutkan kalimatku. Tidak pernah terpikir bahwa Aldo akan mengingkari janjinya.

"Sha, tenanglah dulu. Kumohon, duduklah. Aku akan menceritakan semuanya padamu," katanya sambil memegang lenganku., Seketika kutepiskan tangannya dengan kasar.

"Aku tidak mau duduk! Katakan saja apa pun yang mau kau katakan!" teriakku.

Mana mungkin dia menyuruhku tenang sementara hatiku sudah hancur berkeping-keping. Sekarang aku mengerti, mengapa dia menghindari dan tidak menghubungiku. Yang tidak aku mengerti, apa salahku padanya hingga dia tega melakukan ini?

"Sha ... kau tahu kalau aku sangat mencintaimu. Sampai detik ini, cintaku padamu tidak pernah berubah. Menikah denganmu adalah impianku juga. Tapi ...."

"Tapi apa? Apakah kau menemukan gadis lain di sana? Jawab aku!"

Aku menatap Aldo dengan wajah yang memerah, air mata sudah tak terbendung lagi. Tanganku gemetar menahan amarah yang hampir meledak.

Dia menarik napas panjang. Tatapannya begitu sendu dan penuh rasa bersalah.

"Tapi kita tidak bisa menolak takdir yang sudah ditentukan. Maafkan aku ... sesungguhnya aku tidak berdaya, Sha. Aku ... telah menikah."

Pengakuan Aldo bagaikan petir yang menyambar di siang bolong. Aku menganga tak percaya. Haruskah dia megkhianatiku dengan cara seperti itu?

"Ka−kau sudah menikah?" kataku terbata-bata.

Tiba-tiba aku merasakan pandangan yang mulai menggelap. Dengan cepat kukendalikan diri dan menepis tangan Aldo yang coba memegangku. Rasanya tidak sudi disentuh oleh seorang pengkhianat.

***

AKU BUKAN PERAWAN TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang