Setelah mengunjungi Putri, aku sampai di rumah sebelum azan maghrib berkumandang dan melihat sebuah mobil toyota avanza warna merah marun terparkir di halaman.
'Apakah itu mobil yang aku pesan?', batinku.
Aku memang telah meminta Da Ip untuk mencari sebuah mobil bekas merek apa saja asal sesuai dengan budgetku. Aku membutuhkan sebuah mobil untuk membawa ibuku yang harus cuci darah dua kali seminggu, kebetulan Da Ip juga bisa menyetir mobil. Aku akan menggunakan hampir semua tabunganku selama bekerja di Jakarta untuk keperluan ini. Perlahan kulangkahkan kaki memasuki rumah, Ni Lisa, anak-anaknya dan ibuku sedang duduk di ruang tengah menonton televisi. Aku segera mencium tangan ibuku.
"Ante, kita punya mobil baru," Galih langsung menghampiriku dengan wajah ceria.
Ni Lisa tersenyum melihat tingkah anaknya, "Itu bukan punya kita, tapi mobil Ante Rysha."
"Tapi Galih boleh ikut naik mobil dan pergi jalan-jalankan?" tanyanya polos.
"Ratna ikut juga ya, Ante Rysha?" tiba-tiba Ratna juga datang menghampiriku.
Aku pun tertawa renyah, sungguh lucu melihat tingkah kedua keponakanku ini.
"Itu mobil kita bersama. Tentu saja semua boleh ikut. Nanti Ayah yang nyetir, kalian boleh minta kemana saja," kataku sambil memeluk mereka berdua. Ayah adalah panggilan mereka untuk Da Ipdal.
"Asyikkk ," teriak Galih yang diikuti oleh Ratna. Ibuku pun tersenyum bahagia melihat cucu-cucunya yang gembira.
"Da Ip dan Bapak lagi ke Mesjid, sebaiknya istirahat dan sholat dulu, Sha. Nanti Da Ip yang jelaskan tentang mobil itu. Setahu uni temannya tadi datang dan bawa mobil ini supaya kau bisa lihat dulu," jelas Ni Lisa.
Aku pun mengangguk dan segera masuk ke kamarku. Setelah menunaikan kewajiban di waktu maghrib, sebuah SMS dari Andika masuk ke ponselku.
{Assalamualaikum. Maaf, kejadian tadi sore hanya salah paham. Aku akan menjelaskannya pada pertemuan kita sabtu malam nanti. Apakah kau mau memilih tempatnya?}
Aku membaca SMS tersebut dengan perasaan bimbang.
'Apakah hubungan ini tetap dilanjutkan, sedangkan dilain pihak aku tahu bahwa Putri sangat mencinta Andika?' batinku.
Aku berpikir beberapa saat. Bagaimanapun semua harus jelas sebelum hubungan ini terlalu jauh. Aku tidak mau lagi ada cinta segitiga atau drama percintaan lainnya. Sungguh, hatiku sangat lelah. Di usiaku sekarang, pernikahan menjadi fokus utama. Bukankah menikah itu ibadah? Bukankah menikah jauh lebih baik daripada memiliki hubungan yang tidak jelas. Perlahan aku tarik nafas panjang dan mulai mengetik sebuah pesan untuk Andika.
***
Sabtu malam ini, suasana jalanan kota Padang padat merayap, terutama di daerah pusat kota. Perlahan kuarahkan mobil menuju sebuah restoran dengan menu martabak dan masakan India lainnya. Tempat ini menjadi pilihanku karena menunya yang variasi dan tempatnya yang mudah dijangkau. Setelah mendapatkan tempat parkir, aku pun menuju ke dalam restoran dan mendapati Andika telah menungguku. Dia tersenyum melihat kedatanganku, tiba-tiba jantungku berdegup kencang seperti seorang remaja yang sedang menghadiri kencan pertamanya.
Dia pun berdiri dan memberiku tempat duduk.
"Maaf, aku terlambat. Agak macet di jalan tadi," ujarku.
"Tidak apa-apa. Aku bersedia menunggumu sampai pagi di sini, asalkan kau datang," katanya sambil menatapku.
Aku hanya tersenyum, 'Dasar gombal,' batinku.
Setelah memesan sebuah martabak mesir, sate padang dan dua gelas jus alpukat, kami pun duduk dalam diam.
"Apakah kau marah karena kejadian sore itu?" tanya Andika memecah kebisuan di antara kami.
Aku menaikkan sebelah alisku, " Kenapa aku harus marah? Apakah aku kekasih atau istrimu?"
Dia menarik nafas panjang dan menatapku lama, sehingga aku pun tidak berani membalasnya.
'Bukankah yang kukatakan itu benar. Di antara kami belum ada hubungan apapun, bukan?' batinku.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU BUKAN PERAWAN TUA
Romantik(SUDAH TERBIT) Alhamdulillah. Cerita ini sudah menjadi sebuah Novel. Open PO tanggal 08 - 18 September. Harga PO Rp. 85.000. Harga normal setelah PO Rp. 95.000. BLURB Kenapa masalah jodoh ini menjadi begitu rumit? Rysha Dewi, seorang gadis usia 30...