Jumat siang ini aku disibukkan dengan pembayaran gaji karyawan radio karena bertepatan dengan awal bulan. Aku baru saja kembali dari bank setelah melakukan transfer ke rekening pimpinan, staff maupun penyiar. Perlahan aku langkahkan kaki memasuki kantor Mentari FM, hanya Ni Fitri yang ada di kantor siang ini, dia sedang bersiap untuk makan siang.
"Syukurlah kau datang Wi, jadi Uni tidak makan sendirian hari ini," ujarnya.
"Lho, kok sendirian Uni? Mana Putri?" tanyaku sambil meletakkan tas di meja dan mengambil bekal makan siangku.
"Dia tidak masuk, katanya sakit," jawab Ni Fitri, "sudah dua hari ini aku lihat Putri agak pucat, seperti ada masalah berat. Apakah kau tahu apa yang terjadi, Wi?" lanjutnya.
'Apakah Putri sudah bicara sama Andika? Haruskah aku tanya langsung sama Andika?' batinku.
"Aku tidak tahu, Ni. Dua hari ini aku juga sangat sibuk, bahkan tidak sempat makan siang sama Putri. Apakah dia ada cerita?" tanyaku.
"Tidak, biasanya Putri selalu makan bersama Dewi. Kalian juga terlihat sangat dekat, makanya Uni tanyakan ada masalah apa," kata Ni Fitri.
Aku menarik nafas panjang.
"Apakah sebaiknya kita jenguk Putri di tempat kosnya? Kalau bisa, kita pergi sore ini," ujarku.
Ni Fitri terlihat berpikir sejenak, "Sore ini Uni tidak bisa, ada keluarga dari kampung yang akan datang dan menginap di rumah."
"Baiklah. Rysha saja yang pergi, Uni. Kasihan juga dia kalau sakit parah. Semua keluarganya tidak ada di sini," kataku yang disambut anggukan kepala Ni Fitri.
***
Tempat kos Putri merupakan sebuah rumah berlantai dua yang terdiri dari delapan petak kamar dan semua penghuninya adalah anak kuliah atau pekerja seperti Putri. Hanya anak pemilik kos yang masih kuliah tinggal di salah satu kamar yang terletak di lantai satu, sekaligus menjadi ibu kos. Keluarga pemilik kos tinggal di Kota Payakumbuh dan hanya sebulan sekali berkunjung ke sini.
Perlahan aku memarkirkan sepeda motorku di halaman kos Putri, tiba-tiba mataku menatap sebuah sepeda motor yang terpakir di bawah batang pohon mangga yang ada di halaman kos itu. Jantungku langsung berdegup kencang. Untuk memastikan penglihatanku, aku pun menghampiri sepeda motor tersebut.
'Tidak salah lagi, ini motor Andika. Apa yang dia lakukan di sini?' batinku.
Tiba-tiba ada rasa tidak enak yang merasuk ke hatiku, aku pun menjadi ragu untuk masuk atau justru segera pergi. Setelah kedatangan Andika ke rumah malam itu, kami memang tidak banyak berkomunikasi. Aku berusaha menghindarinya karena aku tidak mau teman-teman di radio mengetahui hubungan kami.
"Hubungan? Memangnya kami sudah berhubungan?" gumamku.
Perlahan aku menarik nafas dalam. Di antara kami memang belum ada hubungan apapun, itu hanya makan malam biasa. Belum ada lamaran, pertunangan apalagi pernikahan. Kalaupun dia akhirnya berpaling ke Putri, itu tidak melanggar apapun. Dia masih menjadi laki-laki yang bebas. Aku langsung memukul keningku pelan.
'Dasar bodoh kau, Rysha. Apa yang kau takutkan? Belum tentu juga kau berjodoh dengan Andika. Dia lebih muda dan lebih cocok dengan Putri. Masuklah dan jadi teman yang sejati!' batinku.
Aku menatap kamar kos Putri yang terletak di lantai satu, berdampingan dengan kamar anak ibu kos. Pintunya terbuka lebar dan aku yakin Andika ada di dalamnya. Letak halaman dan pintu kamar itu memang menyamping, sehingga orang di dalamnya tidak bisa melihat orang yang datang, begitupun sebaliknya. Perlahan aku langkahkan kaki menuju kamar Putri dengan sekantong buah-buahan yang ada di tangan kananku.
"Assalamu'alaikum ..." aku tersenyum dan mengucapkan salam.
Dua orang anak manusia yang ada di dalamnya segera menatap ke arahku, ada wajah terkejut di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU BUKAN PERAWAN TUA
Romansa(SUDAH TERBIT) Alhamdulillah. Cerita ini sudah menjadi sebuah Novel. Open PO tanggal 08 - 18 September. Harga PO Rp. 85.000. Harga normal setelah PO Rp. 95.000. BLURB Kenapa masalah jodoh ini menjadi begitu rumit? Rysha Dewi, seorang gadis usia 30...