Part 33 : Kilas Balik

297 15 0
                                    

Laki-laki itu berdiri di depan pintu rumah kami. Dia memakai kemeja kotak-kotak kombinasi warna putih dan dongker dengan celana jeans warna biru, sangat serasi dengan wajahnya yang tampan. Dia tersenyum dan kelihatan begitu santai dengan membawa seplastik buah-buahan di tangan kanannya. Aku menatapnya tak berkedip, seakan tak percaya dengan apa yang ada di depanku.

"Waalaikumsalam ..." jawab Ni Lisa sambil mempersilakan tamu kami masuk.

"Perkenalkan ini Ahya, istri adik ipar dan ini Rysha ... adik ipar Ni Lisa," kata Ni Lisa.

Setelah perkenalan, Ahya mempersilakannya duduk sambil membawa buah yang dibawa oleh si tamu ke ruang belakang. Sedangkan aku hanya mematung seperti orang bodoh.

Dia tersenyum dan mengulurkan tangannya ke arahku. "Apa kabar, Dewi?"

***

Hidup itu seperti sebuah drama, kita hanya tinggal memilih mau menjadi penonton atau pemain. Kehidupanku yang mapan di Jakarta, dengan terpaksa harus aku tinggalkan. Mungkin rejekiku di sana hanya sampai bulan ini. Aku memutuskan untuk kembali pulang ke kota Padang, berkumpul bersama keluarga tercinta setelah drama percintaan yang berakhir duka di Jakarta. Untuk saat ini, keputusan itulah yang terbaik, walaupun aku juga punya kenangan tentang Aldo yang ingin aku lupakan di kota ini. Tetapi aku tidak bisa terus lari dari masa lalu. Aku sudah memutuskan, tidak akan ada drama percintaan lagi dalam hidupku.

Sudah hampir dua minggu di rumah, tapi aku belum memasukkan lamaran kerja kemanapun, aku ingin menikmati istirahat sebentar saja. Kedua orang tuaku yang melihatku kembali ke rumah, tidak banyak bertanya. Mereka sangat senang, akhirnya kami bisa berkumpul kembali. Selain itu, ada yang lebih penting yaitu pernikahan adikku, Yandi. Aku memang telah memberikan restu kepada mereka, Yandi dan Ahya untuk melangkahiku. Kedua pihak keluarga juga sudah setuju. Kami memutuskan pernikahan mereka akan dilangsungkan tiga bulan kedepan.

"Berapa orang yang akan pergi ke Aceh, Mak?" tanyaku pada ibuku yang sedang sibuk menonton drama India kesukaannya di televisi.

"Belum tahu. Beberapa keluarga di Padang sudah dihubungi, tapi belum ada jawaban untuk jadi berangkat atau tidaknya. Lebih baik besok pagi kau pergi mengunjungi Pak Tuo Rizal di Padang Panjang, sudah lama kau tak ke sana. Sekalian pastikan, apakah mereka bisa ikut rombongan kita ke Aceh atau tidak," kata ibuku.

Pak Tuo Rizal adalah abang kandung ibuku yang paling tua. Setelah pensiun jadi tentara, Pak Tuo memilih berwirausaha. Dia punya sebuah ruko tingkat dua di pinggir jalan raya yang digunakan sebagai tempat berdagang beras. Selain itu keluarga mereka juga punya banyak petak sawah. Pak Tuo Rizal punya dua orang anak yang sudah menikah dan tinggal tidak jauh dari rumah mereka. Mereka sekeluarga tinggal di kota dingin yang memiliki julukan sebagai kota Serambi Mekkah, dan juga dikenal sebagai Mesir van Andalas.

"Iyalah, Mak. Sudah lama Rysha tidak berjumpa dengan keluarga Pak Tuo. Nanti Rysha juga akan sempatkan ke rumah Etek Marni di Bukit Tinggi," kataku yang disambut anggukan kepala ibuku.

Aku pun melangkah ke kamar untuk mempersiapkan pakaian yang mau kubawa, rencananya aku akan pergi selama lima hari. Ibuku anak nomor dua dari tiga bersaudara. Etek Marni adalah adik ibuku yang tinggal di kota Bukit Tinggi, sekitar delapan belas kilo meter dari Padang Panjang. Aku sangat menyukai kedua kota ini, dibandingkan kota Padang yang panas. Anggap saja, ini adalah liburan untuk melepaskan diri dari drama percintaan yang tak kunjung usai.

AKU BUKAN PERAWAN TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang