Senin sore yang cukup panas ini, aku ikut mengantri untuk membeli martabak manis yang cukup terkenal di kota Padang. Martabak pesanan Ni Lisa ini akan menjadi hidangan penutup untuk makan malam nanti. Aku tidak tahu apa saja yang dimasak oleh Ni Lisa dan Ahya untuk rencana malam ini, mereka berdua sudah kelihatan sangat sibuk dari pagi, terutama Ahya. Yandi dan keluarganya akan kembali ke Aceh besok pagi, jadi hari ini Ahya sudah mempersiapkan barang-barang mereka. Rumahku akan kembali sepi.
Ni Lisa dan Ahya terlihat lebih bersemangat untuk menyambut kedatangan laki-laki itu daripada diriku, laki-laki yang bahkan aku tidak tahu namanya siapa. Biasanya untuk setiap perjodohan, aku selalu meminta biodata singkat dan foto laki-laki yang akan dijodohkan denganku, tapi tidak untuk kali ini.
'Apakah aku sudah menyerah? Kenapa aku tidak begitu antusias? Mungkinkah perjodohan ini juga akan gagal?,' batinku.
Setelah kegagalan dengan sepupu Arina kemarin, hari ini adalah perjodohanku yang kesekian, sejujurnya aku tidak ingat lagi yang keberapa. Aku pernah dijodohkan dengan teman kantor Arina, tapi ternyata laki-laki itu perokok berat. Aku paling tidak suka dengan asap rokok, di dalam keluargaku tidak ada laki-laki yang merokok. Ada lagi perjodohan dengan teman lama semasa SMA dulu, aku jumpa dengannya di acara reuni sekolah. Ketika sampai tahap pendekatan beberapa bulan, aku baru tahu kalau dia belum cerai secara resmi dengan istrinya, padahal dia mengaku sudah menjadi duda. Selain itu ada beberapa laki-laki beristri yang mencoba mendekatiku dan ingin menjadikanku istri kedua, yang tentu saja aku tolak. Aku belum begitu putus asa sehingga harus merebut suami orang lain.
"Uni, martabaknya sudah siap," seru laki-laki yang duduk di bangku kasir kearahku.
"Oh ya, berapa semuanya, Da?" kataku sambil membuka dompet, bersiap untuk membayar.
"Rasa pisang coklat, keju spesial, sari kaya kacang dan keju jagung. Porsi jumbo untuk empat martabak, totalnya seratus dua puluh lima ribu rupiah, Uni," katanya setelah selesai menghitung.
Aku pun membayar pesananku dan memacu sepeda motor ke rumah. Berbagai pikiran berkecamuk di kepalaku. Aku merasa sedikit berdebar-debar untuk acara makan malam nanti. Mungkin karena aku tidak mengetahui apapun tentang laki-laki ini. Ada rasa sesal dalam hati karena menolak tawaran Ni Lisa untuk melihat foto laki-laki tersebut.
'Kenapa aku bisa sebodoh itu? Seharusnya aku meminta biodata lengkap dan fotonya,' rutuk batinku.
Setelah sampai di rumah, Ahya segera mengambil martabak yang kubawa dan menyimpannya untuk malam nanti. Ibuku juga sudah bersih dan wangi walaupun hanya ganti diaper dan mandi dengan lap basah. Dokter memang tidak memperbolehkan luka di kakinya terkena air sehingga untuk sholat, dia harus melakukan tayamum. Kami memang tidak memberitahu orang tua kami tentang perjodohan ini. Ni Lisa hanya bilang bahwa akan ada temannya yang berkunjung dan makan malam di rumah bersama kami. Bahkan Da Ip dan Yandi juga tidak tahu dengan rencana ini. Semua atas permintaanku. Aku tidak mau mereka berharap terlalu banyak, bagaimanapun aku belum mengenal laki-laki ini. Perjodohan kali ini bisa saja gagal.
"Jam berapa dia akan datang, Uni?" tanya Ahya.
Kami bertiga duduk di ruang tamu setelah sholat maghrib, sedangkan keempat keponakanku ada di rumah ibunya Ni Lisa. Dia memang minta bantuan ibu dan adik-adiknya untuk mengasuh mereka selama makan malam nanti. Kedua saudara dan orang tuaku sedang menonton TV di ruang tengah.
"Sepuluh menit yang lalu, dia SMS kalau sudah di jalan. Mungkin akan sampai sebentar lagi," kata Ni Lisa.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara sepeda motor memasuki halaman rumah kami. Ni Lisa segera berdiri dan berjalan ke arah pintu.
"Dia sudah datang," katanya sambil tersenyum.
"Assalamualaikum ... " suara seseorang menyebut salam, suara yang sudah aku kenali sejak bertahun-tahun yang lalu.
Tiba-tiba jantungku berdegup cepat.
'Ini tidak mungkin,' jerit batinku.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU BUKAN PERAWAN TUA
Romansa(SUDAH TERBIT) Alhamdulillah. Cerita ini sudah menjadi sebuah Novel. Open PO tanggal 08 - 18 September. Harga PO Rp. 85.000. Harga normal setelah PO Rp. 95.000. BLURB Kenapa masalah jodoh ini menjadi begitu rumit? Rysha Dewi, seorang gadis usia 30...