"Apakah kamu benar-benar tidak mau aku antar pulang?" tanya Andika ketika kami hendak beranjak keluar restoran. Ni Lisa telah mengatakan padaku bahwa mereka akan datang menjemputku dalam waktu lima belas menit.
"Tidak, aku pulang sama Ni Lisa saja. Lagipula mereka sudah dekat, sebentar lagi juga sampai," kataku sambil berjalan keluar bersama Andika.
"Bang Dika ...," seru seseorang yang suaranya sangat aku kenali.
Tiba-tiba Putri sudah muncul di hadapan kami, wajahnya seketika berubah ketika melihatku. Di belakang Putri berdiri beberapa orang teman satu kostnya.
"Apa yang kalian berdua lakukan di sini?" tanyanya dengan wajah penuh curiga. Aku pun salah tingkah.
Ya Tuhan, dia datang pada saat yang tidak tepat. Dia pasti akan sangat marah padaku, bisikku.
Andika menatap Putri dengan wajah datar. "Kami baru saja selesai makan malam," katanya singkat.
"Makan malam? Aku mengajak Bang Dika makan malam untuk merayakan ulang tahunku, tetapi Bang Dika bilang sedang sibuk. Sibuk apanya?" ujar Putri dengan nada tinggi sambil menatapku dengan sinis.
Ternyata dia lagi ulang tahun, pantas dia datang bersama teman-temannya, batinku.
"Sudah Put, kita masuk saja! Ntar bisa kemalaman di sini !" seru Rahma, teman kost Putri.
"Kalian masuk saja dulu! Aku masih ada urusan," balas Putri dengan nada emosi.
"Kami juga harus pergi, Put. Silahkan dilanjutkan acara ulang tahunnya," kata Andika dengan datar.
Dia memegang tangan dan menarikku untuk menjauh. Sekarang tidak ada lagi yang perlu disembunyikan. Putri sudah mengetahui semuanya justru pada saat yang tidak tepat. Andika pasti tidak mau ada keributan di tempat seperti ini, bisa-bisa kami bertiga viral dan masuk berita di lambe turah.
"Hey, Kak. Apa-apaan ini? Kalian berdua pacaran? Kakak tega ya, aku percaya sama sekali sama Kak Dewi, tapi ini balasan untukku?" kata Putri yang datang mengejarku. Dia menatapku dengan mata berkaca.
"Put, tenanglah. Aku tidak mau bicara sekarang karena kamu sedang emosi. Kita akan cari waktu yang tepat dan aku akan jelaskan semuanya," kataku mencoba untuk tetap tenang.
"Penjelasan? Aku sudah melihat semuanya. Cih ... dasar munafik!" kata Putri sambil berlari meninggalkan kami.
Aku bisa mendengar suara tangisnya. Dia pasti sangat marah dan merasa dikhianati. Aku menatap Andika dengan sedih.
"Sudahlah, jangan dipikirkan. Ketika dia sudah tenang, kau bisa bicara pada Putri. Kalau perlu aku juga akan bicara padanya," kata Andika mencoba menenangkanku.
Aku pun mengangguk. Hatiku menjadi sedikit lega ketika melihat mobil Da Ip datang mendekat. Setelah berpamitan dengan Andika, aku pun pulang bersama keluargaku dengan membawa perasaan bersalah untuk Putri.
***
Hari ini, Putri tidak masuk kantor lagi dengan alasan sakit. Aku juga bisa merasakan perbedaan sikap Ni Fitri padaku. Dari pagi, dia terlihat pendiam dan agak menjauhiku. Perasaanku benar-benar tidak enak.
Perlahan aku membuka bekal makan siangku, menatap goreng ikan tongkol dan tumis kangkung dengan tidak selera.
"Boleh Uni ikut makan bersama?" kata Ni Fit yang tiba-tiba muncul entah dari mana. Mungkin karena pikiranku yang tidak fokus, sehingga tidak menyadari kehadirannya.
Aku pun tersenyum dan berkata, "tentu saja Uni, bukankah kita selalu makan bersama?"
Ni Fitri duduk di depanku sambil membuka bekalnya.
"Uni tidak sempat masak banyak, cuma bawa dadar telur saja," katanya sambil tersenyum, "kemarin tidak sempat ke pasar, karena menjenguk Putri di kosnya," lanjut Ni Fit.
"Bagaimana keadaan Putri?" tanyaku dengan hati-hati.
"Kau benar-benar ingin tahu? Kondisinya tidak baik. Tetapi sakit fisiknya tidak lebih parah dari sakit di hatinya," kata Ni Fit sambil menatapku.
Aku pun menarik napas dan terdiam. Sepertinya Putri sudah menceritakan peristiwa malam itu.
"Uni tidak mau salah paham. Kalian berdua sudah seperti adik Uni sendiri. Ijinkan Uni bertanya, kenapa Dewi lakukan semua ini? Bukankah Dewi sudah tahu kalau Putri sangat mencintai Andika?" tanya Ni Fit.
"Ya, Dewi tahu. Andika dan Dewi sebelumnya tidak ada hubungan khusus, kami tidak berpacaran. Ni Lisa yang menjodohkan Andika dengan Dewi. Kalau akhirnya Dewi menerima perjodohan tersebut, apakah itu salah, Uni? Apakah Dewi salah, kalau Andika tidak menerima cinta Putri?" kataku.
"Ahh, Uni jadi serba salah. Uni tidak mau memihak. Sebaiknya bicara baik-baik dengan Putri. Semoga masalah ini bisa kalian selesaikan dengan cara yang baik," ujar Ni Fit.
"Tentu saja, Dewi hanya mencari waktu yang tepat. Kalau sampai besok, Putri tidak masuk kantor. Dewi akan datang ke tempat kosnya," balasku sambil tersenyum.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU BUKAN PERAWAN TUA
Romance(SUDAH TERBIT) Alhamdulillah. Cerita ini sudah menjadi sebuah Novel. Open PO tanggal 08 - 18 September. Harga PO Rp. 85.000. Harga normal setelah PO Rp. 95.000. BLURB Kenapa masalah jodoh ini menjadi begitu rumit? Rysha Dewi, seorang gadis usia 30...