Fanny.

326 49 32
                                    

Keysa dan Kayvi sedang ada di taman kota. Berjalan-jalan menikmati angin sore. Sebelum ke taman kota, mereka sempat ke konter membeli ponsel.

Keysa?

Syukur, Keysa gak jadi beli hp dan memilih menyimpan untuk kesempatan lain. Dan sekarang, gadis itu sedang berfoto-foto ria dengan ponsel baru.

Sementara Kayvi hanya menonton, sesekali tersenyum, tertawa dan menggeleng melihat tingkat sahabatnya yang terlalu konyol. Bagaimana tidak, Keysa dengan sangat pede mengambil foto dari bawah dengan lidah yang memelet. Orang-orang bahkan memperhatikan, tetapi gadis itu tidak peduli.

"Hai."

Kayvi menoleh, menaikkan sebelah alis menatap seorang perempuan di depannya.

"Hm, kenalin gue Fanny," ucap perempuan itu mengulurkan tangan.

Kayvi hanya mengangguk. "Kayvi," ucapnya singkat tanpa menerima uluran tangan itu. Ia hanya tidak ingin merusak suasana hati Keysa yang mulai membaik.

Fanny tampak mengangguk dengan canggung. "Sorry, gue sama temen lagi main ToD. Gue di hukum buat minta nomor lo. Lo ... mau ngasih nomor lo sama gue kan? Gue janji, setelah itu gue bakal hapus. Gue gak bakal gangguin lo. Pliss, gue gak mau dihukum makan cabe rawit ...."

Bla bla bla ....

Kayvi menatap perempuan itu tak suka. Terlalu cerewet.

"Lo mau kasih, 'kan?"

Kayvi melirik Keysa yang berada sedikit jauh di depannya. "Lo kenal cewek itu?"

Fanny ikut menatap arah tunjuk itu.

Kayvi balik menatap Fanny, wajah perempuan itu tampak gugup. "Minta sama dia."

"It ... itu Keysa, 'kan? Yang suka lempar hp orang sembarangan."

"Minta aja. "

Fanny menggeleng. "Lebih baik gue makan cabe rawit." Ia langsung lari menuju teman-temannya lagi.

Kayvi terkekeh, bukan karena Fanny tetapi mengetahui bagaimana sahabatnya itu dikenal oleh orang lain. Tangannya ia letakkan di pembatas jembatan taman melihat sekitar.

"Siapa?"

Kayvi melirik Keysa yang sudah berdiri di depannya dengan tatapan intimidasi. Ia mengangkat bahunya acuh.

"Ngapain?"

"Minta nomor."

"Lo kasih?!"

"Hp gue baru dan ada sama lo. Gue suruh minta sama lo aja, eh dia malah takut terus lari. Mungkin lo mirip ghost."

Keysa menaikkan alisnya dan Kayvi ikut menatap heran.

"Apa?"

"Gos itu apa?"

"Astaga, Key." Kayvi menggeleng pasrah. "Ghost itu jurig."

Keysa membelakkan matanya menendang kaki Kayvi yang malah tertawa. Ia lalu menatap Fanny dengan tajam. "Dasar pelakor." Lengan bajunya ia angkat, kakinya ingin melangkah, tetapi segera ditahan.

"Mau ngapain?" tanya Kayvi.

"Lepasin Kay, gue mau ngasih pelajaran sama tuh cewek biar gak kegenitan sama pacar orang," geram Keysa kesal.

Kayvi menggeleng menarik kerah baju Keysa berjalan menjauh. Merasa tercekik, Keysa memukul-mukul tangan sahabatnya itu dengan brutal.
Kayvi segera memutar tubuh dan merangkul gadis itu.

Keysa kesal sendiri, matanya masih terus menatap Fanny. "Awas aja kalau ketemu lagi, gue pisahin kelamin sama dadanya!!" geramnya menendang udara.

Kayvi hanya bisa menggeleng mendengar kata-kata kejam itu.
"Mending kita makan es krim."

Fam(ily)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang