Kak Albi ....

392 50 31
                                    

Albi berjalan memasuki kelas 11 IPA 1. Matanya langsung menangkap sang adik sedang tertawa bersama Stavy dan Irene, serta Kayvi yang terlihat sibuk belajar. "Keysa."

Yang dipanggil langsung mendongak.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Keysa langsung mengalihkan pandangannya lagi pada dua sahabatnya. "Sampai di mana tadi cerita kita?"

Stavy dan Irene awalnya berkerut bingung, tetapi Keysa tak peduli.

"Kipas lo yang kayak motor mogok itu, ya?"

Irene mengangguk semangat dan tertawa. "Krutuk krutuk krutuk. Berisik banget sumpah, gue aja sampai gak bisa tidur."

Keysa tertawa renyah mendengar cerita sahabatnya itu.

"Makanya lo jangan pelit, tinggal beli AC aja apa susahnya sih?" Timpal Stavy.

"Ey, gue itu lebih suka pakai kipas daripada AC," sewot Irene tak terima.

"Kipas sama AC itu kakak beradik. Apa bedanya?"

"Siapa yang kakak?" tanya Keysa penasaran.

"AC lah, AC yang paling besar," jawab Stavy enteng.

"Tapikan yang lebih dulu ada itu kipas," sambung Irene.

Stavy bungkam.

Keysa tertawa.

Irene tersenyum miring.

"Keysa." Albi memanggil lagi.

Kayvi yang sedari tadi menulis akhirnya meletakkan penanya dan menatap Keysa. "Key, telinga lo masih berfungsi, 'kan?"

"Masih lah!" nyolot Keysa tak terima.

"Kak Albi manggil kenapa gak disahutin?!"

Keysa melirik sebentar, lalu segera memalingkan wajahnya. "Gak kenal."

"Keysa, ayo kita makan di kantin. Kamu gak bawa bekal, 'kan?" Albi dengan senyum manisnya mengajak sang adik.

Keysa diam sebentar hingga colekan pada lengannya membuatnya menghela napas. "Gak sama Cwen, 'kan?"

Albi segera menggeleng. "Cuma kita berdua, kok. Kakak yang traktir."

"Aku juga mau ditraktir," ucap Stavy semangat mengangkat tangannya.

Kayvi langsung menatap gadis itu dengan tajam.

"Apa?" tanya Stavy heran.

"Nanti gue yang traktir lo!" geram Kayvi melihat wajah polos itu.

"Tumben."

"Gue jugalah, Kay, masa Stavy doang." Irene ikut menibrung.

"Just shut up!!" geram Kayvi.

Keduanya langsung bungkam.

"Ayo, Key."

Keysa masih berpikir.

Kayvi geram sendiri melihat sahabatnya itu. "Keysa!!"

"Oke," pasrah Keysa akhirnya berdiri.

Albi tersenyum senang. Mengikuti Keysa yang berjalan sangat cepat menuju kantin. Duduk di salah satu meja, saling berhadapan.

"Keysa mau pesan apa dek?" tanya Albi dengan senyum manis.

"Mie ayam."

"Minumnya, Mbak?" tanya Albi lagi seperti seorang pelayan.

Fam(ily)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang