Kayvi ....

238 37 14
                                    

Kayvi menyangkutkan sebuah bingkai foto di dinding menghadap kasur. Ia tersenyum melihat bagaimana senyum Keysa begitu lebar memeluk Ny. Febby dan dirinya yang bertopang tangan pada kepala gadis pujaannya itu. Foto itu sudah sangat lama diambil, tetapi ia baru memiliki niat untuk memajang dengan bingkai besar. Masih teringat jelas bagaimana ia bertengkar dengan Keysa saat pengambilan foto.

Derap langkah kaki membuat Kayvi menoleh dan tersenyum lebar. "Mama cantik banget."

Ny. Febby tersenyum, menatap foto itu dengan sendu.

"Ma, nanti Keysa tidur di sini ya."

Ny. Febby mengangguk tanpa melirik lawan bicara. Matanya saat berkaca-kaca dan tubuhnya ditarik menghadap putranya.

"Ma," panggil Kayvi lirih mengusap bahu yang merosot itu. "Aku janji tiap hari bakal telpon mama."

Ny. Febby mengangguk dengan senyum dan satu cairan lolos jatuh ke pipinya.

Kayvi menggeleng, menangkup wajah itu memberikan ciuman di sana. "Nanti kalau ada waktu, Kayvi pulang ke sini lihat mama."

Seketika tangis Ny. Febby pecah. Wanita itu memeluk putranya dengan erat. "Kayvi ...."

Kayvi balas memeluk dengan senyum dan air mata yang berusaha untuk ia pertahankan agar tidak terjatuh. "Iya, Ma?"

"Jaga diri kamu di sana. Jangan ikut dunia, ingat mama di sini."

Kayvi mengangguk. "Aku akan jadi anak yang baik dan membanggakan mama," ucapnya menarik tubuh itu dan merendahkan diri. "Mama juga jaga diri di sini," lirihnya menghapus cairan bening itu.

Ny. Febby mengangguk. Ia mengusap rambut putranya itu dengan tangis. "Mama sangat menyayangimu, Kayvi."

"Me too, Mom," aku Kayvi dengan senyum lebar hingga giginya terlihat.

Ny. Febby seketika tertawa.

"Mommy janji harus sayang Keysa sama seperti sayang mommy sama aku."

Ny. Febby mengangguk dengan senyum yang lebih tulus. "Mama janji."

***

Keysa memasuki sebuah taksi di mana Tn. Herry berada di samping supir dan Ny. Mira yang duduk di sampingnya. Ia menatap keluar dengan gelisah. Berulangkali membuang napas panjang untuk menenangkan diri.

Jujur saja, sejak semalam ia tidak bisa tenang. Walau Kayvi mengatakan Keysa harus tidur tenang, tetapi ia tidak mampu. Pikirannya penuh, perasaannya tak enak dan jantungnya berdetak lebih cepat seperti ia habis berolahraga.

Lama mereka menyusuri jalan. Taksi itu berhenti di depan sebuah bandara. Ketiganya keluar dan memasuki bandara. Kian masuk, pun Keysa gelisah menatap sekitarnya. Mencari seseorang yang mengatakan mereka akan bertemu di bandara. Namun, ia tak kunjung melihat kehadiran orang yang ia cari.

"Jangan seperti orang gila, perhatikan jalanmu."

Keysa berdecak mendengar perkataan itu. Ia tidak peduli dan tetap berjalan dengan memperhatikan sekitarnya. Tidak ada yang ia bawa selain dirinya, ponsel pun ia tak punya. Mereka hampir mencapai eskalator yang akan membawa ke lantai atas untuk melakukan check in. Kakinya berhenti melangkah di depan  eskalator itu. Tak ingin naik dan tetap memperhatikan sekelilingnya.

Fam(ily)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang