CWEN.

324 44 22
                                    

"Keysa, udah siap belum? Galak udah datang nih."

"IYA!!" Keysa meraih heelsnya dan langsung berlari ke bawah.

Terlihat Albi dan Galava sudah rapi menunggunya.

Keysa segera saja memakai heelsnya. "Kak Galak udah lama nunggunya?"

Galava tersenyum sambil menggeleng. Berjongkok, membantu gadis itu memakai heels lalu kembali berdiri. Tangannya ia ulurkan di sambil membungkuk.

Keysa tersenyum menyambut uluran itu. "Terima kasih Pangeran Galava."

Galava tersenyum manis.

Keduanya mulai berjalan keluar dengan Albi mengikuti mereka dari belakang. 

"Kak Galak hari ini ganteng. Lebih ganteng dari yang sebelum-sebelumnya," puji Keysa. 

Galava lagi-lagi tersenyum. "Pasti dong. Kan mau jemput Princess Keysa buat dinner sama keluarga."

Mendengar itu, Keysa seketika tersenyum malu. "Kita dinnernya di mana?"

"Di resto mama."

Mata Keysa seketika berbinar cerah. "Semua udah di sana, 'kan? Kayvi sama mommy ikut 'kan? Stavy sama Irene juga ada 'kan?" tanyanya beruntun.

"Sesuai keinginan Princess Keysa," jawab Galava sembari membukakan pintu mobil.

Keysa tersenyum menaikkan kaki dan hampir ingin masuk, tetapi berhenti saat matanya tertuju menatap Albi di belakang.

"Kenapa?" Tanya Galava ikut menatap.

"Kak Albi kok pake mobil sendiri?" tanya Keysa bingung.

Galava seketika mengerjap gugup. "Hm ... itu ..."

"Kenapa?" tanya Keysa memicingkan mata.

Galava malah menggaruk tengkuknya bingung.

Keysa mulai curiga dan berjalan menghampiri sang kakak. "Kak Albi kenapa pakai mobil sendiri?"

Albi tampak terkejut dan gugup seperti Galava. "Huh? Ah itu ... hm—"

"Kenapa?!"

"Nanti biar pulangnya kita pakai mobil sendiri. Galava gak perlu repot ngantar, ya kan Galak?"

Galava mengangguk samar.

"Bukannya kita nginap di rumahnya Kak Galak? Barang-barang kita udah di mobil kak Galak, 'kan?" tanya Keysa lagi.

"Ya ... iya ... semua udah beres kok," jawab Albi kian gugup melihat sang adik menatap semakin lekat.

"Kalau gitu ngapain pakai mobil sendiri? Besok sekolah bareng aja sama Kak Galak. Biasanya juga gitu."

Albi dan Galava menelan ludahnya gugup.

Keysa memicingkan mata menatap keduanya dengan curiga. "Ada yang kalian sembunyiin dari aku?"

Keduanya langsung menggeleng.

"Trus ... kenapa gugup gini?"

"Hm, Keysa ... Princessnya kak Galak. Mending kita pergi sekarang, mama sama yang lain pasti udah nunggu. Kak Albi biarin aja pake mobil sendiri."

Keysa menepis tangan Galava, menatap Albi dengan tajam. "Jujur sama aku!"

"Dek—"

"Jujur!!"

"Kakak ada janji sama Cwen, Key."

"KAKAK!! KAKAKKANUDAHJANJIMAUTEMENINKEYSADINNERSAMA KELUARGAKAKGALAK!!" teriak Keysa tanpa jeda hingga wajahnya memerah.

Albi mengangguk ragu. "Iya, Kakak tau. Tapi kakak udah ada janji duluan sama Cwen. Nanti Kakak nyusul—"

"Cwen, Cwen, Cwen. Cwen mulu yang dipikirin!!"

Ting.

Albi memejamkan matanya mendengar bunyi ponselnya.

"Kalau aku tau kakak gak bakal ikut, mending batalin aja dinnernya!!"

Albi dengan cepat menggeleng. "Loh, loh, jangan dong."

"Makanya kakak harus ikut!!"

"Keysa, jangan marah-marah, Sayang. Ini kita mau dinner loh."

Keysa langsung menatap dengan tajam. "Kak Galak diem, jangan ikut campur!!"

Galava langsung membungkam mulutnya mengangguk patuh.

"Sekarang kakak telpon Cwen bilang kakak mau putus!!"

Albi langsung menatap sang adik dengan protes.

"Cepetan," desak Keysa.

"Tapi dek—"

"Atau aku gak mau lagi tinggal di sini sama kakak."

"Ja-jangan dong."

"Makanya putusin Cwen!!" kesal Keysa menahan suaranya.

"Key—"

"KAK GALAVA DIAM!!"

Galava kembali menutup mulutnya.

Ting.

Albi mencengkram ponselnya erat.

"Cepetan!!" desak Keysa semakin tak sabar.

Albi jadi bingung sekarang.

"Kak Albi!!"

"Iya, iya." Albi menekan ikon telepon pada kontak Cwen.

"Pasangin speakernya!!"

Albi dengan patuh memasang speakernya.

"Halo."

Albi membasahi bibirnya sebentar, mencoba untuk menenangkan diri. "Ha ... halo Cwen."

"Albi di mana? Cwen udah tunggu di depan rumah loh ini."

"Huh? Ah i ... iya."

Keysa menatap dengan tajam, memaksa kakaknya itu untuk berbicara.

Albi menghela napasnya pasrah. "Cw ... Cwen."

"Iya? Albi kenapa? Kok ngomongnya gugup gitu? Albi gak bisa ya?"

"Hm ..."

"Kalau Albi gak bisa, gapapa kok. Tapi Cwen harus tau alasannya, kenapa—"

"KAK ALBI PUTUSIN CWEN SEKARANG!!"

Albi langsung menjauhkan ponselnya. "Keysa, jangan teriak-teriak nanti Cwen denger gimana?!"

"AKU GAK PEDULI. SEKARANG PUTUSIN KAK CWEN!!"

"Dek, Cwen itu baik. Kakak gak mau sakitin dia," ucap Albi memelas.

"Tapi kakak nyakitin aku!!" Isak Keysa mulai menangis.

Albi semakin dilema sekarang.

Cwen terlalu baik untuk ia putuskan.

"Halo? Albi ... kamu masih di sana kan?"

Albi mematikan speakernya dan menempelkan ponselnya di daun telinga. "Iya Cwen, aku di sini kok."

"Kok diam aja?"

"Hm, Cwen ...."

"Albi kenapa sih? Gugup gitu."

Albi melirik Keysa sebentar. Adiknya itu semakin menangis dan geram. Menghela napasnya, sepertinya ia memang harus melakukannya."Sorry Cwen, kita putus."

Tut Tut Tut.

Albi langsung memasukkan ponselnya ke dalam sakunya. Berjalan mendekati Keysa, mengusap lembut bahu adiknya itu. "Udah kan? Kakak udah putusin Cwen. Jangan nangis lagi ya."

Keysa menepis tangan itu dengan kasar.

"Sekarang kita pergi ya—"

"Aku udah gak mood!"

***

Vote💚

Fam(ily)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang