Kecelakaan.

285 45 31
                                    

Keysa berlari kecil masuk ke dalam lapangan basket. Duduk di samping Kayvi yang sedang memasang kneeped pada kakinya. "Kay."

Yang dipanggil mendongak dan tersenyum. "Lama banget."

Keysa mengerucutkan bibirnya. "Tadi kantin rame, lo tau sendiri kalau lagi gak belajar semua orang pada ke kantin."

"Pantes."

"Pantes apa?"

Kayvi mengibaskan tangannya di depan hidungnya. "Bau keringat."

Plak.

Keysa segera saja memukul kepala sahabatnya itu dengan botol pocary. Kayvi tertawa melihat wajah kesal itu. Selesai memakai kneeped, ia lalu memakai sepatu basketnya.

"Kay."

"Huh?"

"Sini gue pasangin headbandnya."

Kayvi menundukkan kepalanya membiarkan Keysa memasang bando kepala agar rambutnya tidak jatuh atau akan menggangu penglihatannya.

Keysa merapikan rambut cepak hitam pekat itu ke belakang dan segera memasang headband. Setelahnya, ia kembali duduk menopang dagu menatap sahabatnya itu.

Kayvi meraih pocary yang dibawa. Kebiasaannya sebelum olahraga, selalu meminum Pocary. Setelah olahraga, ia lebih pilih minum air mineral.

Without ice.

Kayvi sangat menjaga kesehatan dan juga tubuhnya. "Key, pocarynya pake cuka 'kan?"

Keysa mengangguk. "Pake cayang juga"

Kayvi mengulum senyumnya gemas. "Cinta juga gak?"

Keysa mengangguk. "Dicampur sekalian sama bucin," ucapnya dengan gerakan seolah menuangkan kecap.

Kayvi lagi-lagi tertawa dan meminum pocary-nya.

Keysa menelan ludah sambil menggigit bibirnya sendiri melihat jakun Kayvi yang bergerak naik turun. Tangannya bergerak menyentuh jakun itu dan tertawa.

Kayvi ikut tersenyum mengacak rambut gadis di depannya itu. Keysa itu walaupun galak dan suka ngambek, tapi sangat lucu dan imut. Apalagi dengan pipi chubby, dan bentuk tubuh yang sempurna.

Keysa kembali menarik tangannya dan menoel-noel otot Kayvi yang ter-ekspos bebas dengan bibir yang manyun. Ia tak suka orang lain menikmati sesuatu yang seharusnya dinikmati sendiri. "Kay."

"Kenapa?" tanya Kayvi menaikkan alisnya.

"Kenapa gak pake sarung tangan aja sih, atau baju yang lengannya panjang."

"Panas, Key."

"Iya, tapi orang-orang lihat otot-otot kesayangan gue," cibir Keysa mengerucutkan bibirnya tak suka.

Kayvi malah tertawa. "Lebih sayang ototnya atau orangnya?"

Keysa melirik wajah tengil Kayvi yang menaik turunkan alisnya. "Uangnya lah."

Senyum Kayvi langsung hilang. Kini Keysa yang tertawa, meninju kecil otot sahabatnya itu yang sudah ikut tertawa.

"Mereka cuma bisa lihat Key, gak bisa nyentuh."

"Iya juga sih. Pokoknya, lo harus jaga otot kesayangan gue. Gak boleh ada yang pegang, apalagi sampai nyium. Kalau sampai gue liat orang lain pegang otot lo, siap-siap anu lo gue potong."

Kayvi berpura-pura bergidik ngeri menutupi asetnya menggunakan kaki. "Jahatnya."

"KAYVI, BURU WOY. JANGAN PACARAN MULU."

Fam(ily)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang