PMS (2).

345 49 18
                                    

Teng Nong

"Keysa tunggu di sini ya, Kak Galak ambil makanan dulu."

Keysa mengangguk kecil.

Galava mencium kening Keysa sebentar, kemudian pergi keluar dari kamar.

Keysa sedang ada di rumah Kayvi. Semalam Ny. Febby yang menyarankan menginap di rumah supaya ada yang menjaga.

Keysa masih marah pada Kayvi, apalagi pada Albivaran.

Semalam kakaknya itu datang ke rumah Kayvi, marah-marah dan membentak Keysa karena tidak memberitahu menginap di rumah Kayvi.

Setelah Ny. Febby menjelaskan Keysa sedang sakit, barulah Albi meminta maaf dan menyesal. Keysa yang sedang datang bulan dan memang memiliki perasaan yang sensitif langsung menangis dan tidak mau bertemu dengan sang kakak.

Karena tidak ada yang bisa Keysa ajak bicara, ia akhirnya menyuruh Galava datang.

Galava yang baru saja sampai dan melihat Keysa nangis langsung marah. Ia terus memaksa agar bercerita kenapa menangis dan Keysa akhirnya menceritakan yang sebenarnya.

Galava jelas saja semakin marah. Hampir saja memukul Albi jika tidak mendengar rengekan Keysa yang ingin ditemani tidur. Galava jarang marah tetapi sekali marah akan langsung main tangan. Apalagi ini menyangkut Keysa, ia tidak akan berpikir dua kali siapa yang dia pukul. Karena tidak jadi memukul, Galava akhirnya nyuruh Ny. Febby buat hukum Kayvi dan Albi.

Kok Kayvi ikut?

Iya, itu karena Keysa mengadu pada Ny. Febby kalau di sekolah Kayvi juga membentaknya. Padahal, Kayvi yang jadi korban amukan Keysa, tetapi dia yang dihukum.

Kayvi sangat malang.

Terlalu malang.

Albi dan Kayvi dihukum membersihkan rumah.

Mulai dari jam 8 sampai jam 11 baru selesai. Rumah harus benar-benar bersih. Mulai dari Kolam, alat fitnes dibersihin, setiap ruangan juga harus kinclong. Pokoknya, rumah harus bener-bener bersih, wangi, dan steril.

Dan pagi ini seharusnya Keysa dan yang lain sekolah. Tetapi karena Keysa masih sakit perut, ia akhirnya libur.

Kayvi dan Albi ikut libur karena kelelahan, Galava juga dengan alasan ingin menemani Keysa walau gadis itu menyuruhnya untuk sekolah.

Keysa, Kayvi dan Albi praktis dalam keadaan diam di kamar Kayvi. 

Keysa punya kamar sendiri, tetapi ia merengek mau tidur di kamar Kayvi.

Kayvi tau, Keysa ini sebenarnya ingin mengotori kamarnya. Misal, kalau Keysa bocor. Kayvi sangat tahu pikiran licik seorang Keysa.

Keysa lagi-lagi meringis sakit mencengkram perutnya.

"Key."

Keysa mendengus kesal dan melempar bantal pada Kayvi yang langsung menangkap dan memeluk bantal itu.

Terdengar deritan pintu, Keysa menoleh.

Galava masuk dengan segelas air hangat dan juga mangkok berisi bubur ayam. Duduk di depan Keysa, meletakkan gelas dan juga mangkok yang ia bawa di atas nakas. Menatap wajah Keysa dengan khawatir. "Perutnya masih sakit?"

Keysa mengangguk kecil, matanya bahkan sudah menitikkan air mata dari sudut matanya.

Galava menghapus cairan bening itu. Mengambil minyak angin dari laci nakas. Ia menuangkan sedikit di telapak tangan Keysa yang langsung mengoles pada perut. Ia jadi bingung sekarang. "Keysa makan dulu ya."

Keysa lagi-lagi hanya bisa mengangguk dan Galava mulai menyuapi.

Kayvi hanya diam tidur berbaring di sofa menonton Galava yang menyuapi Keysa. Ia mengeram kesal meremas bantal yang dilempar Keysa padanya.

Walaupun Keysa sering manja dan sering ngerepotin, tetap saja Kayvi sayang pada Keysa. Wajar kalau ia kesal melihat Keysa manja pada Galava.

Terlihat sangat mesra.

Dan Keysa, jelas saja ia tahu Kayvi sedang kesal sekarang. Ia punya jiwa psikolog, bisa baca ekspresi orang. Hanya Albi yang ekspresinya susah untuk ia baca.

Setidaknya, itu menurut Keysa seorang psikolog amatir.

Setelah bubur habis, Galava langsung memberikan Keysa minum air hangat. Selesai, ia menatap masih dengan wajah khawatir nya. Menarik tangan Keysa untuk ia genggam dan mencium punggung tangan gadis itu. "Kak Galak ke rumah sebentar gapapa ya."

Keysa mendengus kesal. "Mau ngapain sih? Kak Galak tega ninggalin Keysa di sini sendiri?!"

"Ada gue Key, biarin aja—"

"Diem lo!!"

Kayvi yang baru saja berbicara langsung mendengus kesal dan berbalik memunggungi Keysa. Ia sudah sangat kesal.

"Kak Galak ambil buku sebentar."

Keysa menekuk bibirnya. "Yaudah, sana." Ia menarik tangannya dan berbaring memunggungi Galava.

"Kak Galak cuma sebentar, Key, habis itu langsung balik."

Keysa menarik selimut menutupi tubuh.

"Key—"

"Udah sana pergi!!" kesal Keysa hampir berteriak.

Galava menghela napasnya. "Kak Galak gak jadi pergi."

"UDAH SANA, KEYSA GAK MAU KETEMU KAK GALAK LAGI!!"

Galava lagi-lagi menghela napasnya.
"Hp Keysa rusak 'kan? Kakak beliin yang baru mau? Tapi Keysa jangan marah lagi sama Kakak."

Keysa semakin menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.
"Beliin airpods sekalian. Keysa mau hari ini juga!!"

Galava mengangguk pasrah. "Keysa tunggu di sini, Kak Galak beliin bentar" Ia meraih jaket dan kunci motornya, segera keluar dari rumah.

Kayvi mengintip, memastikan Galava sudah pergi. Bergerak turun dari sofa dan naik ke atas kasur dengan hati-hati.

Keysa melirik dengan malas, tetapi bergerak menaikkan kepalanya dan tertidur di atas dada kiri sahabatnya itu. Menikmati irama jantung yang masih normal. Tangannya menarik tangan Kayvi menyentuh pipinya.

"Key."

Keysa semakin merapatkan tubuhnya pada Kayvi mendengar suara itu. "Keysa gak mau ngomong sama Kak Albi lagi!"

Albi menghela napasnya pelan. "Kakak pulang sebentar. Keysa mau nitip sesuatu?"

Keysa tak lagi menjawab.

Kayvi menyuruh segera pergi dan akan mengurus Keysa. Mendengar suara langkah kaki dan pintu terbuka-tutup, Keysa mendengus kesal memukul dada Kayvi yang sudah sangat pasrah.

***

Vote💚

Fam(ily)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang