Kamar Hotel.

370 52 24
                                    

Kayvi bangun dari tidurnya dengan erangan kecil. Merasakan sesuatu bergerak merapat, ia lalu tersadar pada gadis yang ia peluk sepanjang malam tidur.

"Engh."

Erangan itu lagi-lagi terdengar, setelah beberapa jam yang lalu Keysa bisa tertidur. Kayvi menatap wajah itu, terlihat tenang tetapi ia masih bisa melihat guratan gelisah. Itu membuatnya marah.

Marah pada kejadian yang seharusnya tidak pernah terjadi dan membuat gadis yang ia cintai itu ketakutan sepanjang malam. Pelukannya bahkan tak bisa memberikan ketenangan sepenuhnya, erangan ketakutan dan kegelisahan masih terlihat jelas.

Kejadian itu sudah pasti membuat Keysa ketakutan setengah mati. Belum lagi orang yang melakukannya adalah orang yang selama ini juga menjaga Keysa dengan begitu baik.

"Engh."

Kayvi menghela napasnya, memeluk Keysa lagi dan memberikan usapan.

"Kayvi," gumam Keysa perlahan membuka matanya.

"Kenapa, Keysa?"

Keysa tersenyum mendengar suara itu menyapanya dengan begitu lembut. "Gue lapar."

Mendengar itu, Kayvi seketika tertawa gemas dan tentu saja Keysa ikut tertawa.

"Mau makan menu apa?" tanya Kayvi beranjak meraih telepon.

"Asian."

"Okey, nasi goreng?"

Keysa mengangguk dengan senyum lebar. Kayvi ikut tersenyum lalu mulai melakukan pesanan dengan menu tambahan. Melihat Keysa berdiri, matanya mengikuti langkah sahabatnya itu yang membuka gorden.

"Lo butuh hal lain, Key?" tanya Kayvi menjauhkan telepon.

Keysa menggeleng.

"Baju ganti mau?"

Keysa menaikkan alisnya lalu mengangguk ragu. "Kalau ada."

"Dan tolong satu pakaian wanita lengkap."

Keysa mengambil duduk lagi di kasur—bingung harus melakukan apa.

"Ya, terimakasih kembali," ucap Kayvi menutup telepon. Ia melirik Keysa yang lagi yang menatapnya. "Kenapa?" tanyanya.

Keysa segera menggeleng dan memalingkan wajahnya.

Kayvi seketika tertawa melempar bantal pada sahabatnya itu. "Muka lo, Key, kayak baru ketahuan maling!"

Keysa mendelik, balas melempar bantal. "Lo pesan gue pakaian kayak om-om mesum!!"

Keduanya lalu tertawa, saling melemparkan pukulan dengan bantal.

***

Keysa dan Kayvi duduk di bawah sofa dengan pesanan makanan yang sudah datang. Keysa juga sudah mengganti pakaiannya dan mulai mengisi perut.

Kayvi melirik gadis di depannya itu dengan senyum kecil. "Key," panggil yang hanya dijawab dengan deheman. "Semalam Kak Albi ...."

Keysa terdiam, otaknya seketika memutar balik kejadian semalam. Namun ia segera mengenyahkan pikirannya. "Semalam Kak Albi mabuk, dia pikir gue Cwen."

Kayvi mengangguk paham.
"Semalam samar-samar gue denger Kak Albi bilang Cwen itu bukan saudaranya. Maksudnya gimana?"

"Lo denger?"

Kayvi mengangguk.

"Ternyata bokap Cwen itu bokap Kak Albi"

Kayvi mengerut bingung. "Gimana-gimana?"

"Gitu, Kak Albi sama Cwen ternyata adek kakak. Satu bokap."

Kayvi menganga dengan mata yang melotot. "Lo serius, Key?"

Fam(ily)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang