Mencintai.

372 51 34
                                    

Keysa menatap malas tv yang sedang menyala itu.

Bosan.

Itu yang Keysa rasakan.

Sendiri di dalam rumahnya. Hanya ditemani suara tv yang tak terlalu menarik. Sejam yang lalu, bibi pergi pulang kampung karena ayah dari mertua anaknya meninggal.

Albi juga tak kunjung pulang, entah ke mana kakaknya itu pergi.

Keysa benar-benar sendiri kali ini.

Satu-satunya yang bisa menemani Keysa hanyalah Galava. Tapi sejak kejadian di kantin kemarin ia tak lagi berbicara dengan Galava.

Galava pun sepertinya tak ada niat ingin menelpon Keysa, atau sekedar bertanya keadaan Keysa.

Menghela napasnya, Keysa menatap kontak Kayvi dengan lekat. Ingin menelpon tapi gengsinya terlalu besar. Ia mengetuk layar ponselnya, kemudian menatapnya lagi. Menggeleng tapi masih tetap menatap kontak itu.

Keysa dilema.

Melirik jam, Keysa mendengus kesal.

20:23

Keysa berdiri, memilih masuk ke dalam kamarnya. Menunggu pun percuma. Albi mungkin akan pulang saat sudah dini hari. Meletakkan ponselnya di atas nakas, Keysa masuk ke dalam selimut dan memilih tidur.

21:53

Ceklek.

Brak.

Keysa melenguh kecil, matanya mengerjap melihat sosok yang masuk ke dalam kamarnya. "Kak Al-hmmpp."

Keysa terdiam.

"Hmmpp."

Mata Keysa seketika memanas. Bibirnya kelu. Deru nafasnya begitu cepat hingga tersenggal merasakan ciuman pada bibirnya dengan tergesa-gesa.

"Cwen ...," lirih Albi mulai memasukkan tangannya ke dalam baju gadis yang ia lihat sebagai mantan kekasih. 

Keysa mengerjap sadar. "Argh ...," erangnya berusaha mendorong tubuh besar sang kakak.

"Kenapa kamu tidak membalas!!"

"Argh ...." Keysa meringis. Kepalanya berdenyut sakit merasakan jambakan itu. "Kak Albi, sadar!!" Semakin memberontak, ia mendorong sang kakak dengan kuat. Beranjak ingin turun tetapi tubuhnya ditarik dan dicium lagi.

"Jangan pergi, Sayang."

Keysa berontak merasakan bibir beraroma alkohol itu. "Kak Albi, ini Keysa!!! Sadar, Kak!!"

Keysa masih terus berontak, menggelengkan kepalanya menghindari ciuman yang malah semakin dalam itu. Kehabisan oksigen, ia mendorong sekuat tenaga tubuh itu hingga terjatuh.

Keysa segera meraih ponselnya, tangannya bergetar takut menekan sandi ponsel. Menekan tombol panggilan pada kontak Kayvi tanpa pikir panjang.

"Hmmpp."

Rasanya Keysa sudah kehabisan tenaga.

Ponselnya jatuh begitu saja seiring dengan sang kakak yang kembali mencium bibirnya. Tangan besar yang selalu menjaganya itu perlahan menjamah tubuhnya. Ciuman itu turun ke leher membuat Keysa semakin menangis.

"KAK ALBI SADAR, INI KEYSA!! AKH!!"

Tak ada yang bisa Keysa lakukan selain berteriak. Kepalanya berdenyut sakit. Mulutnya bahkan bisa merasakan darah yang mengucur dari hidungnya. Tubuhnya dikurung dan ditahan begitu kuat.

Keysa hanya bisa menangis menggeleng takut. "Kak Albi ... ini Keysa. Pliss, jangan lakuin itu!!" Rengekannya bahkan sudah mengecil karena kehabisan tenaga. "Kak Albi ... jangan!!"

Fam(ily)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang