"Kak Albi udah mau les?"
Yang ditanya mengangguk. Berbelok, masuk ke dalam kawasan sekolah.
"Trus Keysa pulangnya gimana? Naik mobil sendiri?"
"NO!!"
"Gausah ngegas juga kali," kesal Keysa melepaskan seatbeltnya.
"Nanti Keysa pulang bareng Stavy aja atau Irene. Ajak mereka sekalian main di rumah supaya Keysa gak bosan"
Keysa mengangguk paham. Keluar dari mobil diikuti Albi dari seberang.
"Kakak ke kantin dulu ya, Keysa masuk kelas. Jangan bolos!!"
Keysa mengacungkan jempolnya, memperbaiki letak kacamata dan juga masker yang masih setia ia gunakan. Berjalan menyusuri koridor menuju kelas.
Kakinya melambat saat melihat sosok wanita berjalan mendekatinya, dengan seorang gadis yang tampak memakai seragam yang sama dengan yang ia kenakan.
"Mommy ...," lirih Keysa pelan, tatapannya turun ke bawah. Menatap tangan yang memeluk lengan itu dengan erat, serta tawa kecil yang tercipta.
Keduanya terdiam sesaat melihatnya. Keysa mengerjapkan matanya pelan, menatap keduanya lekat. Cemburu dengan kedekatan itu. Keduanya lewat begitu saja dari samping, memperhatikannya dari atas sampai bawah.
"Kamu yang pake kacamata sama masker ...."
Keysa menghentikan langkahnya, berdiri di tempatnya tanpa ada niat untuk berbalik.
"Ini sekolah, punya aturan. Tidak boleh memakai aksesoris sembarangan!!"
Keysa mengepalkan tangannya, menggenggam erat tali tasnya mendengar bentakan itu.
"Woy, lo gak denger mommy gue bilang apa? Buka kacamata lo!!"
Keysa masih diam mencengkram tali tasnya.
"Kamu gak pernah diajarin orang tua kamu ya? Sekolah itu tempat belajar bukan tempat bergaya. Kamu memberikan contoh buruk tentang sekolah ini!!"
Keysa tetap diam mendengar perkataan itu. Matanya mulai memburam berusaha menahan tangis. Ia paling lemah jika sudah ada yang membawa pengajaran orangtuanya.
"Kak Keysa."
Keysa mendongak, menatap seorang laki-laki yang berlari ke arahnya dengan senyum lebar. Ia tak kenal tetapi bibirnya ikut tertarik tersenyum dibalik maskernya.
Laki-laki itu berdiri di depan Keysa. Menyodorkan sebuah plastik putih bening menampakkan beberapa obat di sana.
Keysa menerima plastik itu, menerimanya dengan kebingungan. "Apa nih?"
Laki-laki itu tersenyum malu, membuat Keysa gemas melihat tingkahnya.
"Ada titipan buat Kak Keysa."
"Buat gue? Dari siapa?"
"Dari Bara."
Keysa semakin mengerut bingung. "Bara siapa?"
"Bara itu aku."
Keysa mengangguk kecil. "Terus, ngapain kasih obat?"
"Itu vitamin buat Kak Keysa."
"Vitamin?"
"Iya, biar Kak Keysa gak pingsan dan mukanya gak pucat lagi," ucap Bara dengan kaki yang bergerak gelisah dan telinga yang memerah.
Keysa malah tertawa kecil. "Makasih loh ya."
Bara mengangguk semangat. "Diminum ya, Kak."
Keysa mengangguk sambil tersenyum manis membuat Bara ikut tersenyum malu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fam(ily)
Fiksi RemajaIni Kisah Keysa. Yang tidak pernah merasakan masa 'jomblo'. Karena setiap putus dari pacarnya, Keysa masih punya tiga cadangan. -Galava. -Kayvi. -Albivaran(?) *Ini bukan short story yang masalahnya selesai satu chapter aja. *Walau setiap chapter p...