Kacau.

202 36 12
                                    

Kayvi menepi dan segera menaikkan kaca helmnya. Ia merogoh kantong mengeluarkan ponsel. Foto Pujaan Hatinya yang melet dengan mata yang berkedip satu menjadi wallpaper. Nama sebuah kontak 'Bro Albi LopLop💚' terlihat jelas. Segera Kayvi menerima panggilan telepon itu.

"Keysa, ini kakak."

"Gue Kayvi, Kak," ucap Kayvi lirih.

"Keysa di mana? Kasih sama adek gue dulu, gue mau ngomong, cepet!"

Kayvi menghela napas mendengar suara buru-buru dari seberang. "Keysa gak ada sama gue, Kak. Keysa dibawa, sekarang gue lagi cari Keysa."

"Keysa di bawa sama mama?!"

Kayvi berdehem dengan anggukan kepala. "Gue gak tau harus cari—"

"Albivaran! Berani sekali kamu mengambil ponsel itu tanpa seijin papa! Siapa yang kamu telpon?! Adikmu Keysa?!"

Kayvi mengerutkan keningnya mendengar suara bentakan itu.

"Ini milikku, bukan milik papa. Papa tidak berhak—"

"Kemarikan ponselnya!"

"Tidak!"

"Papa bilang kembalikan atau Keysa tidak akan baik-baik saja!"

"Berhenti mengancam kehidupan Keysa!"

Kayvi tak tau harus berbuat apa mendengar pertengkaran dari seberang. Bahkan suara samar-samar ia dengar dan bergoyang. "Halo, Kak—"

"Bar Refaeli!"

Prang!!

Seketika, Kayvi tidak mendengar suara apapun lagi. Panggilan terputus begitu saja membuatnya semakin bingung. Namun, kalimat terakhir berhasil ia dengar.

Bar Refaeli.

Drrrtd Drrrtd Drrrtd.

Kayvi merogoh kantongnya lagi dan mengambil ponsel miliknya. Ia mengangkat panggilan dari Galava dan segera menempelkan ponsel pada daun telinga. "Halo, Kak."

"Keysa udah ketemu?"

"Belum, Kak. Tadi Kak Albi telpon tapi langsung terputus karena papanya Kak Albi kayaknya tahan hp dia. Lo tau di mana Bar Refaeli, Kak?"

"Keysa di sana?!" Suara dari seberang terdengar begitu khawatir.

"Gak tau, terakhir gue dengar Kak Albi teriak nama bar itu."

"Di ujung kota. Gue suruh orang cari—"

"Gak usah, Kak. Gue aja yang langsung ke sana. Gue tau harus gimana," ucap Kayvi mengakhiri telepon.

Menyalakan mesin motornya lagi, Kayvi segera melaju dengan lumayan cepat untuk berkendara di jalan raya. Saat ia selalu memikirkan keselamatan dan berpikir saat menyelip, sekarang ia melakukannya tanpa pikir panjang. Di persimpangan jalan, lampu lalu lintas baru saja berwarna merah, tetapi Kayvi menerobos begitu saja. Untungnya, dari arah lain belum ada kendaraan yang lewat.

Kayvi berhenti saat membaca nama sebuah bangunan yang begitu besar. Bar Refaeli. Ia segera memarkirkan motornya di basement dan turun. Kakinya melangkah begitu cepat sembari merogoh kantong mengambil kartu identitas dari dompet.

Hampir ingin menunjukkan kartu itu, Kayvi melihat seorang pria yang ia pukul kemarin keluar dari pintu lain. Tatapan mereka bertemu. Kayvi segera menunjukkan kartu identitasnya agar segera masuk dan tidak perlu bertemu dengan pria itu.

"Jangan perbolehkan dia masuk."

Kayvi segera dihalangi dua orang pria bertubuh besar dan berotot. Ia menatap tajam dan menghempaskan tangan itu dengan kasar. Melangkah lagi, tetapi dengan kasar tubuhnya di dorong keluar.

Fam(ily)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang