Keysa dan Albivaran sedang menuju mall sekarang. Mereka sempat ke rumah berganti pakaian agar lebih nyaman untuk bermain keluar.
Karena ada rapat guru dan sekolah dipulangkan, jadilah Keysa mengajak sang kakak jalan.
Tadinya Kayvi dan Galava ingin ikut tetapi Keysa tak mengijinkan.
Katanya, mau quality time sama Albi.
Akhirnya, Kayvi dan Galava mengiyakan, karena Keysa dan Albi memang sudah lama tidak jalan berdua.
Albi sedari tadi tidak melepaskan tangan Keysa dan terkadang ia merangkul adiknya itu. Keysa sendiri tidak merasa risih sama sekali, malah terlihat sangat teramat senang.
Menyukai jika Albi benar-benar menjadikannya seorang adik.
"Keysa mau makan?"
Keysa mengangguk. "Aku mau makan ayam."
"Mekdi?"
"Boleh."
Albi mengangguk kecil, menarik tangan Keysa masuk ke dalam McD.
"Pesan PaNas 2 with fries, Mbak," ucap Keysa lancar dengan senyum lebar.
"Gak mau yang pake nasi aja?"
Keysa menggeleng. "Inikan masih jam 11, aku belum lapar."
"Katanya tadi lapar."
Keysa tertawa malu. "Sedikit."
Albi menggeleng gemas lalu akhirnya memesan 2 PaNas 2 with Fries. Keysa semakin tersenyum senang, sesekali melirik kanan kirinya dan malah semakin senang.
Albi ikut tersenyum. "Seneng banget, Neng," godanya mencolek hidung sang adik.
Keysa mengangguk semangat. "Aku senang, akhirnya pacarku balik lagi," gemasnya mencubit pipi sang kakak.
Albi memalingkan wajahnya saat orang-orang memperhatikan mereka—malu diperlakukan seperti anak kecil.
Pesanan mereka akhirnya datang. Keysa segera memakan ayamnya. Sesekali ia memakan kentang dan mencuri pesanan sang kakak dengan kecohan yang sebenarnya sudah dapat ditebak dan lebih terdengar tidak masuk akal.
Seperti.
"Kak, ada cicak terbang!"
Untung Albi juga sedang merasa seneng dan memilih mengikuti alur permainan. Jika tidak, ia akan marah dan mengomeli adiknya itu karena merebut makanannya.
Keysa sedang beruntung sekarang.
Selesai makan, Keysa dan Albi kembali keluar dan berjalan-jalan menyusuri mall.
Hanya berjalan-jalan saja, keduanya tidak berniat masuk ke store.
"Keysa sekarang mau ke mana?" tanya Albi masih dengan senyum dan semangat, walau langkah kakinya mulai melambat.
Keysa menggeleng. "Gak tau, aku juga capek sih tapi gak mau pulang," rengeknya memohon.
"Keysa gak mau beli sesuatu?"
Keysa menggeleng.
"Nonton bioskop?"
Keysa tetap menggeleng.
"Timezone aja yuk."
"Mager."
Albi menghela napasnya sabar. "Terus ke mana dong?"
"Kita jalan-jalan nyari angin aja."
Akhirnya mereka berjalan-jalan saja. Keluar dari mall, hanya berjalan di sekitar.
Tidak ada yang ingin bercerita.
Tidak ada yang ingin berbicara.
Lima menit setelahnya, Albi memutuskan membawa sang adik ke pantai. Cuaca tidak terlalu terik, jadi keduanya duduk di kursi besi yang ada di sana.
Keysa tak mau makan lagi. Walau sudah diberikan izin untuk memakan jajanan kaki lima.
Albi bisa melihat adiknya murung sekarang. "Keysa gapapa?"
Keysa menggeleng.
"Kenapa murung gini?"
Keysa menekuk bibirnya. "Harusnya kita tadi terbang aja, biar kaki gak capek jalan."
Albi tertawa mendengar gerutuan adiknya itu. "Sini kakak pijitin."
Keysa langsung mengangkat kaki dan menekuknya di atas paha sang kakak. Memeluk Albi dari samping, bersandar di bahu lebar kakaknya itu. "Kak Albi," lirihnya memanggil.
Albi hanya berdehem, sibuk memijat kaki sang adik.
"Aku bersyukur banget punya kakak."
Albi tersenyum, matanya mengerjap cepat mendengar lirihan itu.
"Walaupun mama sama papa gak ada, kakek nenek gak terima kita, tapi aku bersyukur punya kakak."
Albi hanya bisa tersenyum menanggapi. Ingatannya kembali pada masa lalu.
Masa di mana Albi tahu jika ia hanya sebuah hasil pergaulan bebas orang tuanya. Kemudian entah kenapa, orang tuanya berpisah sewaktu Keysa berada di bangku junior.
Keysa menarik napasnya sebentar kemudian menghembuskannya perlahan. "Kakak bisa jadi orang tua aku, kakak bisa jadi saudara aku, kakak bisa jadi sahabat aku, kakak bisa jadi pacar aku, dan yang paling penting itu ...." Ia kini menatap wajah dan tangannya beralih memeluk leher sang kakak.
Albi lagi-lagi tersenyum menatap wajah Keysa.
"Dan yang paling penting itu ... Kakak bisa jadi ATM berjalan untukku."
Hancur.
Hancur sudah suasana romantis mereka.
Albi berdecak kesal. Keysa tertawa, mencium pipi, menggoda kakaknya itu.
"Awalnya romantis akhirnya bikin nangis," gerutu Albi memasang sepatu Keysa lagi dan menurunkan kaki adiknya itu.
"Kakak bersyukur gak punya aku?"
"Bersyukur. Walaupun Keysa itu ogeb dan bisanya cuma nyontek sama Kayvi, Stavy. Kakak tetap bersyukur punya Keysa."
Keysa memayunkan bibirnya."Gak ada yang lebih hina lagi?" sindirnya.
Albi mengangguk. "Ada."
Keysa seketika menatap dengan kesal.
Balik Albi yang malah tertawa. "Guoblok," ucapnya tepat di depan wajah sang adik dan langsung lari.
"KAKAK!!!"
Albi memeletkan lidahnya. Semakin berlari menghindar sang adik yang sudah mengejarnya.
Akhirnya, mereka kejar-kejaran seperti bocah di pantai.
***
Vote💚

KAMU SEDANG MEMBACA
Fam(ily)
Подростковая литератураIni Kisah Keysa. Yang tidak pernah merasakan masa 'jomblo'. Karena setiap putus dari pacarnya, Keysa masih punya tiga cadangan. -Galava. -Kayvi. -Albivaran(?) *Ini bukan short story yang masalahnya selesai satu chapter aja. *Walau setiap chapter p...