Kayvi menarik napas dalam sebelum akhirnya membuka pintu perlahan. Menampakkan suasana di dalam ruangan itu yang sangat berantakan. Ia menghela napas pelan, membuka hoodie dan menyangkutkan di sangkutan kain.
Membuka sepatu lalu meletakkannya di rak sepatu. Kayvi meraih keranjang sampah mengutip bungkus makanan yamg berserakan. Bahkan ada beberapa yamg belum habis dan bersemut. Minuman kaleng, kotak susu coklat, dan juga kotak pizza yang tergeletak begitu saja di meja.
Selesai mengutip sampah itu, Kayvi meraih kain dan melap meja. Menata lagi bantalan sofa yang berjatuhan. Setelahnya, ia meraih hoodie dan beberapa baju yang tergantung sembarang. Meraih plastik hitam, memasukkan semua pakaian itu kemudian berjalan keluar menuju laundry yang berada di bawah.
Setelah menitipkannya, Kayvi kembali lagi ke dalam kamar hotel. Sudah bersih, tetapi masih terasa engap. Ia akhirnya membuka jendela membiarkan angin masuk ke dalam ruangan itu.
"Engh"
Lenguhan kecil itu menarik perhatian Kayvi. Ia berbalik dan tersenyum melihat seorang gadis yang tertidur lelap. Ia ikut berbaring di samping perempuan itu, menatap wajah polos itu dengan lekat lalu tersenyum. Menyingkirkan anak rambut yang turun menghalangi pemandangannya.
"Engh"
Lenguhan itu lagi disertai dengan mata yang mengerjap pelan. Mata yang awalnya tertutup itu mulai terbuka, menatap dengan wajah terbengong membuat Kayvi tertawa.
"Kayvi."
Kayvi tersenyum. "Keysa."
Gadis itu tertawa saat Kayvi menirukan suaranya.
Kayvi ikut tertawa, mengusap pipi Keysa dengan lembut. "Gue ganggu ya?"
Keysa menggeleng kecil. Matanya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 16:32 lalu melirik Kayvi lagi sembari memeluk gulingnya. "Kenapa baru datang sekarang?"
Kayvi tak menjawab. Ia menurunkan guling yang dipeluk Keysa, lalu menarik tubuh itu ke dalam pelukannya.
Keysa memejamkan matanya, mengecilkan diri dalam rengkuhan itu. "Kenapa?"
Kayvi memejamkan matanya, mencium puncak kepala gadis yang ia peluk itu.
"Lo bilang lo cinta sama gue, tapi kenapa ... lo nolak ciuman gue dan malah ciuman sama Fanny?" tanya Keysa lagi.
"Kenapa semalam lo ke rumah?"
"Jangan alihin pembicaraan Kayvi!!"
"Gue tau gue salah, gue minta maaf. Gue lakuin itu karena gue mau lindungin lo. Gue gak mau Fanny curiga kalo sebenarnya gue tau lo dimana, Key."
"Tapi gak harus ciuman juga kan? Masih banyak—"
"Cuma itu yang dia mau Key. Gue gak ada cara lain."
Keysa menarik diri, menatap dengan tidak bersahabat. "Jadi kalau dia nyuruh lo nyentuh dia lo mau?!"
"Key, ini cuma ciuman doang."
"Ciuman doang?! Lo anggap ciuman itu hal sepele? Terus kenapa lo gak cium gue?!" tanya Keysa hampir berteriak. Ia berdiri saat tak mendapat jawaban.
"Key—"
"Ah, gue tau. Gue sampahkan? Gue lebih sampah dari pacar lo itu."
Kayvi menghela napasnya pelan. Ia berdiri perlahan melingkarkan tangan di pinggang Keysa. "Ayo keluar," pintanya dengan lirih. "Kemana pun yang bisa buat lo tenang"
Keysa melepaskan pelukan itu lalu melangkah pergi menuju kamar mandi.
Kayvi tersenyum tipis, menatap punggung yang mulai menghilang masuk ke dalam kamar mandi. Ia sadar sudah melewati batas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fam(ily)
Teen FictionIni Kisah Keysa. Yang tidak pernah merasakan masa 'jomblo'. Karena setiap putus dari pacarnya, Keysa masih punya tiga cadangan. -Galava. -Kayvi. -Albivaran(?) *Ini bukan short story yang masalahnya selesai satu chapter aja. *Walau setiap chapter p...